Sukses

Gandeng Tangan untuk Selamatkan Eksistensi Perajin Furnitur Lokal

Apa saja sebenarnya yang mengancam kelestarian perajin furnitur lokal?

Liputan6.com, Jakarta - "Jepara 10 tahun lagi belum tentu bisa meneruskan tradisinya (membuat furnitur). Mereka punya sekolah pahat, enggak laku. Perajinnya banyak yang banting setir," kata desainer produk Eugenio Hendro saat ditemui Liputan6.com di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 11 November 2021.

Eugenio bercerita, setelah melakukan perjalanan dari satu ke daerah lain di Indonesia sejak 2010, ia mengaku menemukan kenyataan pahit akan perajin furnitur. Ia mencatat, makin ke sini, justru tidak ada lagi yang mau jadi perajin, meneruskan keterampilan yang sebenarnya telah ada secara turun-temurun.

Berkurangnya jumlah perajin, Eugenio menggarisbawahi hal ini sebagai isu global. "Memang tidak hanya di Indonesia," imbuhnya. Namun dalam kasus di dalam negeri, ia menyebut rantai ini terputus karena mayoritas perajin furnitur hanya mengopi produk.

"Mereka enggak pernah tahu cara membaca pasar dan butuh disambungkan ke pasar modern. Yang terjadi di Tulungagung, misalnya, mereka enggak tahu mau bikin produk apa. Alhasil, bikin produk, tapi ukurannya kebesaran lah, materialnya terlalu banyak lah," katanya. "Di sinilah fungsi desainer produk, untuk menjembatani."

Menarik para perajin furnitur dari jurang kepunahan juga tentang kolaborasi, menurut Eugenio. Karena itu, ia mengaku menyambut baik kerja sama yang ditawarkan brand furnitur lokal, EVERY. "Sekarang eranya kolaborasi, dan apa yang dilakukan EVERY adalah contoh nyata kolaborasi yang berhasil," tuturnya.

"Kami sebagai desainer menjembatani selera market dengan kebisaan produsen. Pak Edward (founder EVERY) memberi wadah untuk berekspresi dan menjual produk," kata Eugenio.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Eksplorasi Material Lokal

Eugenio menyebut, lingkaran kerja sama ini sudah seharusnya dilakukan. "Penjual berkolaborasi dengan produsen, desainer, sama banyak pihak. Sudah bukan zamannya dilakukan sendiri-sendiri. Ini juga berarti menyambungkan alur (industri furnitur lokal) dari hulu ke hilir," katanya.

Founder EVERY Edward Tirtajasa mengatakan, saat pihaknya merancang jenama furnitur lokal itu, mereka menemukan banyak hal-hal menarik. Salah satunya adalah bagaimana sudah banyak pihak yang riset tentang ragam material potensial asli Indonesia 

"Kalau bisa lihat di sini, salah satunya anyaman dari daun purun asal Kalimantan dari Duanyam (salah satu social enterprise lokal)," katanya.

Pihaknya mengaku ingin menggandeng banyak pihak untuk lebih memperkenalkan potensial material dalam negeri. "Selain itu ada juga kain dari jamur. Yang lain bermain dengan barang sisaan produksi. Itu juga masuk dalam radar kami, jadi endless posibility," tutur Edward.

Dalam memilih kolaborator, mereka mengaku akan memilih secara tepat, dengan mengedepankan keberpihakan pada lingkungan. "Kalau ternyata waste-nya banyak, otomatis kami mundur," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Furnitur Lebih Berkualitas

Edward mengatakan, pandemi sedikit banyak membantu meningkatkan kesadaran akan perabot rumah berkualitas, mengingat lebih banyak orang menghabiskan waktu di dalam ruang. "Jadi lebih kenal mana yang lebih sustain," ucapnya.

Dari pengalaman menyiapkan koleksi perdana yang akhirnya telah dirilis, mereka mencatat banyak produk furnitur berkualitas yang belum tersampaikan. "Kami mau memberi kesempatan, nantinya juga mungkin dipandu mas Eugenio, untuk mengembangkan potensi ini secara lebih luas," kata Edward.

Sementara EVERY baru berlayar sejak awal tahun ini, perusahaan yang menaunginya, Rovega, bukanlah pemain baru di bisnis manufaktur. "Kami punya dua pabrik di Cirebon. Satu sudah dari sebelum saya lahir, jadi saya ini generasi kedua, satunya dibuat khusus untuk pasar lokal sejak 2009 sampai akhirnya kami merilis EVERY," paparnya.

Biasa bermain di pasar ekspor, merambah pasar lokal dikatakan tidak terlalu membuat mereka kewalahan. Pasalnya, mereka telah terbiasa menerima pesanan personalisasi untuk berbagai proyek. "Termasuk di lini koleksi pertama kami, jika ada kuantitasnya, itu bisa custom," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan