Sukses

Studi HCC: Orang yang Belum atau Tidak Mau Divaksin Covid-19 Bisa Jadi Agen Penular

Studi terkait perilaku orang yang sudah atau belum divaksin ini melibatkan 1,8 ribu responden dari 24 provinsi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Health Collaborative Center (HCC) memaparkan temuan penelitian terkait perbedaan perilaku orang yang sudah dan belum divaksin Covid-19. Penelitian ini dilakukan  menggunakan metode Skor Covid-19 Prevention Behavior Index (CPBI scoring).

Founder dan chairman HCC, sekaligus peneliti utama Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK menyebut metode ini sebagai model perilaku kesehatan. Namun selama pandemi Covid-19, banyak para ahli kesehatan masyarakat yang memakai model CPBI.

"Skor CPBI ini terdiri dari 11 kecenderungan individu yang didapatkan dari sinkronisasi model kebiasaan dalam menerapkan tindakan-tindakan tertentu dalam pencegahan penyakit," kata dr. Ray dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11/2021).

dr. Ray melanjutkan, penelitian ini dimaksudkan melihat skor CPBI orang Indonesia terkait perilaku pencegahan Covid-19. Idealnya, dikatakan dr. Ray, semakin tinggi skor, berarti perilaku pencegahan kian baik, dan sebaliknya.

Survei penelitian ini dilakukan secara daring dengan menyebar kuisioner dari lebih 1.800 responden dari 24 provinsi di Indonesia. dr. Ray menyampaikan survei menggambarkan kondisi makro dari perilaku pencegahan dan penerapan protokol kesehatan terhadap pencegahan Covid-19.

"Pada waktu kami analisa, 65 persen responden sudah divaksin, 21 persen responden sudah pernah terinfeksi Covid-19, 30 persen memiliki anggota keluarga yang sudah pernah kena Covid-19, dan 45 persen pernah kontak erat dengan penderita Covid-19," tambahnya.

"Ternyata dari 35 persen responden yang belum divaksin atau tidak mau divaksin, skor CPBI mereka sangat rendah. Skor CPBI rendah, perilaku pencegahan mereka jelek. Jadi kami bisa katakan, hasil penelitian HCC menunjukkan orang Indonesia yang tidak mau atau belum divaksin Covid justru mereka yang tindakannya tidak sesuai prokes," ungkap dr. Ray.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Potensi sebagai Agen Pembawa

Setelah menganalisa, dr. Ray menyebut indeks terlihat jika orang khawatir akan Covid-19, skor CPBI mereka tinggi. "Artinya, orang yang khawatir pasti akan melakukan pencegahan yang baik," jelasnya.

"Mereka yang memilih untuk tidak mau divaksin dan belum divaksin, skor CPBI mereka rendah secara signifikan dari rentang 10--60, mereka itu 48, artinya mereka yang tidak mau divaksin justru ogah-ogahan dalam menerapkan protokol kesehatan," tutur dr. Ray.

Temuan itu tentu berbeda dengan mereka yang sudah divaksin dengan skor pencegahan lebih tinggi dengan rata-rata 52 hingga mendekati 60. "Yang dikhawatirkan, meski mayoritas orang Indonesia sudah divaksin atau masih vaksin pertama, kita tahu vaksin dosis kedua Indonesia coverage-nya masih sekitar 30 persen, meski dosis pertama sudah sangat tinggi," jelasnya.

"Tapi, kalau di masyarakat masih ada anggota masyarakat yang belum divaksin atau tidak mau divaksin, skor CPBI mereka rendah, mereka tetap bisa menjadi agen penular," tegas dr. Ray.

3 dari 4 halaman

Tetap Jalankan Prokes

dr. Ray menjelaskan, vaksinasi memang tidak 100 persen mencegah Covid-19. Meski mayoritas orang sudah divaksin, ketika ada kelompok yang tidak taat protokol kesehatan, mereka bisa menjadi agen penular Covid-19.

"Itu artinya ada potensi communal influence yang sangat tinggi, memengaruhi komunitas. Potensi ini dari mereka yang skor CPBI-nya rendah, rata-rata-rata tidak mau divaksin dan tidak taat prokes bisa menjadi potensi kegagalan program pengendalian Covid-19," tambahnya.

Pihaknya menganjurkan masyarakat untuk vaksinasi dosis lengkap dan perlunya edukasi bagi mereka yang belum atau tidak mau divaksin. "Meski sudah divaksin, prokes harus ketat, edukasi prokes tidak boleh cape," terangnya.

4 dari 4 halaman

Infografis 7 Tips Tingkatkan Kekebalan Tubuh Cegah Gelombang Ketiga Covid-19