Sukses

Survei: Anak Muda Paling Optimis Ada di Negara Lebih Miskin

Generasi muda mengatakan, anak-anak saat ini lebih baik dalam hal-hal mendasar, seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan keamanan fisik.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi kaum muda di negara-negara kaya, impian hidup lebih baik tampak seperti cerita masa lalu daripada kenyataan di zaman modern, menurut sebuah survei baru yang dilakukan di 21 negara. Namun, kondisi sebaliknya justru diperlihatkan generasi muda di negara lebih miskin.

Melansir New York Times, Sabtu, 20 November 2021, di negara-negara lebih miskin, masih ada harapan bahwa kehidupan kaum muda akan lebih baik daripada orangtua mereka. Angan "dunia jadi tempat lebih baik" tetap hidup.

"Di banyak negara berkembang, ada sedikit lebih banyak optimisme bahwa, dengan setiap generasi, standar hidup kita meningkat," kata Laurence Chandy, direktur kantor wawasan dan kebijakan global di UNICEF, yang melakukan survei dengan Gallup. "Tapi, pengakuan tersebut berhenti terjadi di Barat."

Di Amerika Serikat, 56 persen orang muda dan 64 persen orang tua mengatakan bahwa anak-anak hari ini akan lebih buruk, secara ekonomi, daripada orangtua mereka. Pandangan ini disebut "sesuai dengan kenyataan ekonomi bagi banyak orang dalam beberapa tahun terakhir."

Survei tersebut dilakukan terhadap 21 ribu orang dalam dua kelompok usia, yakni 15 hingga 24 dan 40 tahun ke atas, dengan sampel yang mewakili semua wilayah di dunia. Kelompok lebih muda mengatakan bahwa anak-anak saat ini lebih baik dalam hal-hal mendasar, seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan keamanan fisik.

Di negara lebih miskin, 57 persen dari mereka mengatakan dunia jadi tempat lebih baik dengan setiap generasi, dibandingkan 39 persen orangt ua. Bagian terbaik dari jadi anak muda hari ini? Teknologi, menurut responden dalam wawancara lanjutan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Berjuang dengan Kesehatan Mental

Victor Paganotto Carvalho Freitas, pria 24 tahun asal Sao Paulo, Brasil mengatakan, "Orang-orang muda saat ini memiliki akses informasi dan teknologi baru yang belum dimiliki generasi lain. Dengan munculnya internet, mempelajari berbagai keterampilan dari dalam kamar tidur jadi lebih mungkin."

Tapi, generasi muda juga memiliki keprihatinan yang signifikan. Dalam survei, sekitar sembilan dari 10 mengatakan mereka terkadang atau sering mengalami kecemasan. Enam dari 10 mengatakan anak-anak saat ini memiliki lebih banyak tekanan dari orang dewasa untuk berhasil daripada orangtua mereka.

Tujuh dari 10 mengatakan tindakan generasi orangtua mereka telah berkontribusi terhadap perubahan iklim. Survei yang dilakukan pada Februari hingga Juni 2021 ini tidak secara langsung menanyakan tentang pandemi. Pasalnya, para peneliti tidak yakin jawabannya bisa dibandingkan karena COVID-19 melanda negara-negara pada waktu berbeda.

Tapi, kaum muda mengatakan negara-negara akan lebih aman jika mereka bekerja sama melawan ancaman seperti COVID-19. Mayoritas mengatakan mereka berjuang dengan kesehatan mental. Sementara institusi dengan tingkat kepercayaan tertinggi adalah kedokteran dan sains.

Di enam negara terkaya yang disurvei, hanya sekitar sepertiga anak muda mengatakan mereka berpikir generasi hari ini akan lebih baik secara ekonomi daripada orangtua mereka. Mereka yang sangat pesimis berada di Jepang, Prancis, Inggris, dan Spanyol.

3 dari 4 halaman

Aspek Penting yang Bisa Dikendalikan

Akumulasi kekayaan dan peningkatan standar hidup mungkin melambat bagi banyak orang di bagian utara global, kata Sharlene Swartz, sosiolog Dewan Riset Ilmu Pengetahuan Manusia di Pretoria, Afrika Selatan, yang penelitiannya berfokus pada kaum muda. "Tapi di hampir semua belahan dunia Selatan, itu tidak benar," katanya.

"Standar hidup telah ditingkatkan secara menyeluruh. Orang-orang telah diangkat dari kemiskinan. Pengobatan Malaria, HIV, semua hal itu membuat orang hidup lebih lama," imbuhnya. Namun, optimisme itu tidak universal terjadi di negara berkembang.

"Bagian terburuknya adalah kehancuran ekonomi, dampak negatif kapitalisme, dan perubahan iklim, yang harus dihadapi generasi kita," kata Valeriia Drabych, 19, dari Kyiv, Ukraina. "Nafsu uang, yang nenek moyang kita tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, membawa kita ke keadaan seperti sekarang ini. Kita harus menyelesaikan semuanya, dan kita harus bertindak secepatnya!"

Generasi muda di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah cenderung mengatakan bahwa hal-hal yang berada dalam kendali mereka, seperti pendidikan dan kerja keras, adalah yang paling penting. Di Amerika Selatan, India, dan beberapa negara Afrika, mereka mengatakan bahwa pendidikan adalah faktor terkuat dalam kesuksesan.

Hal ini juga terjadi di Jerman, yang merupakan outlier di antara negara-negara kaya dengan cara ini.

4 dari 4 halaman

Infografis Survei Milenial Penjuru Dunia