Liputan6.com, Jakarta - Ekosistem mangrove tak bisa dipandang remeh. Keberadaannya sangat signifikan dalam menekan emisi gas rumah kaca. Direktur Pengendalian Kerusakan Perairan Darat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sri Handayaningsih menyebut bahwa mangrove bisa menyimpan 4--5 kali karbon dibandingkan tanaman di darat, merujuk riset para pakar.
Indonesia, sambung dia, memiliki kawasan mangrove terluas di dunia, yakni 3,3 juta hektare. Jumlahnya sekitar 20 persen dari total kawasan mangrove dunia atau 30 persen di Asia Tenggara.Â
"Kita bersyukur diberkahi Allah memiliki kekayaan mangrove sangat besar, tapi memang ada degradasi ekosistem mangrove," ujarnya dalam diskusi hibrid Satu Juta Mangrove Untuk Kehidupan, Kamis, 18 November 2021.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional, 171 ribu hektare kawasan mangrove harus direhabilitasi. Sri mengatakan degradasi itu terjadi karena banyak faktor, terutama alih fungsi lahan menjadi tambak, sawit, hingga untuk arang. Tindakan ilegal itu sedikit demi sedikit mengurangi luasan mangrove di Indonesia.
"Kita tidak tutup mata, di samping ekologi, juga harus perhatikan livelihood di sekitar mangrove," kata dia.
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab pemulihan mangrove bukan terletak di satu pihak, tetapi semua elemen, termasuk generasi muda. Dengan pulihnya mangrove, ia meyakini pemulihan emisi gas rumah kaca seperti yang dicanangkan di Paris Agreement 2030 bisa terwujud.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Mudah
Dalam praktiknya, merawat mangrove tidak mudah. Sururi, tokoh penggerak penanaman mangrove di Desa Mangkang Mangunharjo, Semarang, menjelaskan bibit mangrove yang ditanam pagi, bisa terbawa arus dan hilang saat malam hari.Â
Ia dan nelayan di desanya bahkan memerlukan 13 tahun untuk menumbuhkembangkan lebih dari satu juta pohon mangrove yang mengisi 2.700 meter kawasan pantai. Peluh yang dihasilkan berbuah manis. Jika pada 1992--2005, abrasi pantai di tempatnya adalah yang terparah, kini hal itu bisa teratasi.
"Dari rumah saya duduk itu dulu hanya sekitar 700 meter dari bibir pantai. Sekarang sudah tidak kelihatan sama sekali (bibir pantainya), maju 900 meter ke depan," ujarnya.
Masyarakat sekitar pun diarahkan untuk memanfaatkan mangrove secara lebih berkelanjutan. Tidak ada pohon mangrove yang ditebang untuk dibuat arang, tetapi memanfaatkan mangrove yang sudah mati sebagai pigmen batik. Ada pula yang mengolah mangrove sebagai kerupuk.
"Tapi, masalahnya di pemasaran. Karena batik canting, harganya cukup tinggi. Kami belum bisa turunkan harga," ucapnya. Ia pun meminta agar tidak ada lagi izin pembelian tanah dekat pantai diberikan. Tujuannya untuk menekan alih fungsi lahan.
Â
Advertisement
Jasa Lingkungan
Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, Mahawan Karuniasa mengingatkan bahwa kawasan mangrove memiliki jasa lingkungan yang sering tak diperhitungkan. Jasa lingkungan itu meliputi sebagai tempat ikan beranak, melindungi dari abrasi, hingga menyerap karbon. Sementara, proses rehabilitasi membutuhkan waktu yang lama.
"Kalau mangrove hilang, nelayan terganggu," kata dia.
Dalam upaya menyelamatkan mangrove, penting untuk melibatkan generasi muda. Putri Indonesia Lingkungan 2019 Jolene Marie meyakini bahwa mempersuasi anak muda cukup mudah karena mereka adalah golongan rentan akibat bencana alam. Hanya saja, perlu lebih banyak yang menyuarakan hal itu agar jadi perhatian lebih banyak orang.
"Sebuah masalah tidak akan dianggap masalah besar kalau tidak ada yang memperbincangkan itu. Kalau mau aware, marilah kita bicara tentang lingkungan itu," ujar Jolene.
Sementara itu, FX Supanji, Vice President Director Djarum Foundation, menyatakan pihaknya akan kembali melanjutkan program Djarum Trees For Life di wilayah Lasem, Jawa Tengah. Meski tidak disebutkan waktu pastinya, ia menyebut Lasem wilayah yang ideal karena sudah ada tokoh panutan yang menginisiasi rehabilitasi mangrove.
"Lebih gampang daripada dari nol. Nanti siapa yang dihubungi tak tahu," kata Panji.
Penurunan Muka Tanah di Jakarta
Advertisement