Sukses

Pesan Diam Bukan Pilihan dalam Kampanye 16 Hari Tanpa Kekerasan

Chelsea Islan dan Defia Rosmaniar mengatakan diam bukan pilihan jika terjadi kekerasan terhadap perempuan.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kekerasan terhadap perempuan terus meningkat. Berdasarkan data dari Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, hampir 300 ribu kekerasan terhadap perempuan terjadi pada 2020.

Sementaraa lebih dari 1.700 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi di ranah publik. Jumlah tersebut juga mencakup kekerasan di ranah dunia maya.

"Kekerasan tersebut terjadi tidak hanya di ranah privat, tapi juga di ranah publik. Kekerasan berbasis gender adalah pandemi yang perlu kita hentikan," ajak aktris dan pekerja seni, Chelsea Islan dalam tayangan YouTube yang diunggah oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Indonesia, 25 November 2021.

Hal senada diungkapkan oleh atlet taekwondo Defia Rosmaniar. Perempuan yang menggeluti taaekwondo sejak usia 12 tahun itu mengatakan, perempuan itu seharusnya bisa memilih untuk merasa aman di mana saja mereka berada, termasuk di tempat beraktivitas.

"Namun, saya tahu bahwa saat ini kekerasan berbasis gender merupakan pandemi bayangan yang menghantui gerak-gerik kita," ujar Defia.

Tak hanya itu, perempuan juga mengalami kekerasan di Internet. Chelsea mengatakan perempuan diintimidasi, dilecehkan secara seksual, bahkan konten dan foto pribadi mereka disebarluaskan tanpa izin.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 
2 dari 4 halaman

Diam Bukan Pilihan

"Semua ini merampas hak dasar kami untuk merasa aman," timpal Defia. "Diam bukan pilihan," sambung Chelsea.

"Diam merupakan pengkhianatan," lanjut Defia. "Jika kamu melihat tindakan kekerasan terhadap perempuan, segera laporkan," kata Chelsea lagi.

Bagi mereka penyintas, mereka juga tidak sendirian. Menurut Chelsea, negara akan selalu melindungi penyintas kekerasan dan menjaga kerahasian proses pelaporan kekerasan.

Chelsea dan Defia mengajak mereka yang mengalami kekerasan untuk segera melaporkan kasus yang dialaminya kepada pihak berwajib. Mereka juga secara tegas menolak kekerasan.

"Laporkan kepada pihak berwajib di sekitar kamu. Saya menolak kekerasan terhadap perempuan," kata Defia. 

3 dari 4 halaman

Berpihak pada Korban dan Pelapor

Pernyataan Chelsea Islan dan Defia Rosmaniar merupakan bagian Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Kampanye berskala global itu untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terjadap perempuan di seluh dunia.

UNDP Indonesia melalui Project RESTORE  telah mendukung pihak-pihak yang terkait dalam lingkaran pelaporan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang pandemi berlangsung. UNDP Indonesia bekerjasama dengan pihak kepolisan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dan beberapa rumah sakit rujukan dalam memperbaiki prosedur pelaporan dan penanganan kasus yang semakin terintegrasi dan berpihak pada pelapor dan korban.

Sepanjang 2021, pembenahan dalam alur penanganan kasus yang lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas juga berhasil diimplementasikan. UNDP Indonesia membantu penguatan lembaga rujukan yang menangani kasus kekerasan terhadap perempuan, salah satunya melalui jalur pelaporan Pos SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) di Jakara.

Pos SAPA merupakan perpanjangan dari Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) DKI Jakarta dan P2TP2A. Pos tersebut telah terintegrasi dengan fasilitas publik seperti fasilitas transportasi di TransJakarta dan MRT, di fasilitas pendidikan tinggi yaitu universitas dan fasilitas komunitas di RPTRA. 

4 dari 4 halaman

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia