Liputan6.com, Jakarta - Beban lingkungan sudah begitu berat, dan pandemi justru tidak mengurangi tanggungan itu. Sebut saja limbah masker sekali pakai yang umum didapati selama masa krisis kesehatan global, mengingat pemakaiannya merupakan salah satu upaya mencegah penyebaran virus.
Karena itu, HIPMI Jaya menggandeng Parongpong Raw Lab, MVB Indonesia, dan EVOWARE dalam membuat program Kresek Kesadaran, atau lebih dikenal sebagai KESAN. Penyelenggaraannya bermaksud jadi solusi pengolahan limbah masker sekali pakai.
Gagasan yang sudah berjalan sejak September lalu ini mengawali fokusnya di tiga kota di Indonesia: Jakarta, Bandung, dan Bali. Anda dapat berpartisipasi dengan mengumpulkan masker bekas dan membuangnya ke dalam kantong KESAN.
Advertisement
Baca Juga
Kantong KESAN dapat dibeli seharga Rp100 ribu per kantong di laman e-commerce untuk eceran atau langsung ke MVB Indonesia untuk pemesanan 10 kantong atau lebih. Kantong tersebut terbuat dari 100 persen singkong kering yang mampu terurai secara alami dan dapat dikomposkan.
Sebelum dibuang, pastikan masker sudah didisinfeksi dan didekonstruksi secara menyeluruh dengan memotong tali pengait telinga, juga membelah masker jadi dua bagian.
Kepala Seksi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rosa Ambarsari, mengingatkan dalam bincang KESAN, Senin, 29 November 2021, bahwa masker yang didaur ulang harus dipastikan bukan masker bekas pasien COVID-19.
Setelah itu, masker bisa dikirim ke Phoenix Communications Jl. Kemang Utara VII no. 19 C, Bangka, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan; Parongpong RAW Lab Jl. Cigugur Girang no. 145, Parongpong, Bandung Barat; atau NOW! Bali Jl. Pengubengan Kauh no. 99, Bali 80361.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didaur Ulang Jadi Furnitur
Proses daur ulang sampah masker sekali pakai ini dijelaskan menggunakan limbah hidrotermal yang memungkinkannya dilarutkan, lalu dibentuk kembali jadi bahan baru yang tahan lama dan bermanfaat. Dalam hal ini, pendiri Parongpong Raw Lab, Rendy Aditya Wachid, menyebut pihaknya bekerja sama dengan conture CONCRETE LAB untuk mengubahnya jadi furnitur cantik.
Febryan Tricahyo dari conture CONCRETE LAB menyebut, material hasil daur ulang sampah masker sekali pakai ini menggantikan pasir dalam material beton yang mereka manfaatkan untuk membuat berbagai barang. "Risetnya kurang lebih tiga bulanan," katanya.
Sebelum sampah masker, studio desain berbasis di Bandung, Jawa Barat ini sudah lebih dulu berpengalaman mengolah material berbahan limbah lain, yakni puntung rokok. "Kami studio desain yang menggunakan beton sebagai bahan utama," imbuh Febryan.
Advertisement
Masalah Sampah Masker
Sebuah riset yang dilakukan University of Southern Denmark pada Maret 2021 menyebutkan, tiga juta masker sekali pakai dibuang manusia di seluruh dunia setiap menitnya. Kebanyakan masker tersebut terbuat dari plastik mikrofiber.
"Dengan meningkatnya laporan pembuangan sampah masker yang tidak tepat, ini jadi masalah mendesak yang mengancam lingkungan dan memerlukan pencegahan agar tidak menjadi masalah plastik berikutnya," tulis peneliti dalam riset yang diterbitkan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering, dilansir dari Science Daily.
Faktanya, masker bekas pakai sudah jadi masalah lingkungan secara global. Di Indonesia, banyak masker dibuang begitu saja, tanpa penanganan khusus. Ada yang dicampur dengan sampah organik. Ada pula yang berceceran di alam hingga terbawa ke lautan.
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Advertisement