Sukses

3 Pemenang Hair and Skin Research Grant 2021, Ada Penelitian Potensi Bengkuang Jadi Bahan Tabir Surya

Hair and Skin Research Grant 2021 merupakan program inisiasi L’Oréal yang bekerja sama dengan PERDOSKI dan Universitas Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dan Universitas Indonesia, L’Oréal memperkenalkan program filantropi sains terbarunya bertajuk "Hair and Skin Research Grant." Inisiasi ini bertujuan mendukung para peneliti dan dermatolog, serta memungkinkan mereka mengembangkan penelitian ilmiah seputar rambut dan kulit.

"Kami berkomitmen untuk terus mendukung para peneliti menghasilkan ide dan inovasi baru yang dapat membantu memberikan solusi untuk masalah dan tantangan global saat ini dan masa depan," kata Umesh Phadke, Presiden Direktur L’Oréal Indonesia, dalam virtual event L'Oréal Indonesia Hair and Skin Research Grant 2021, Rabu, 1 Desember 2021.

Medical Director L’Oréal Research, Innovation, and Technologies, Dr. Michèle Verschoore, menyambung pihaknya percaya peningkatan pengetahuan sains adalah kunci, terutama dengan para peneliti dan dermatolog dari masing-masing negara. "Karena kesehatan kulit dan kecantikan merupakan faktor penting dari kesehatan," imbuhnya.

Program tersebut memberikan hibah dana senilai total Rp250 juta untuk tiga proposal yang berfokus pada penelitian rambut dan kulit dengan domain studi laboratorium, studi klinis, studi kualitas hidup, dan/atau penelitian epidemiologi.

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum PERDOSKI Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV, mengumumkan tiga pemenang program tersebut. Pertama, ada tim pemenang dari Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya - RS Islam Jemursari yang terdiri dari Dr. dr. Winawati Eka Putri, Sp.DV dan dr. Meidyta Sinantryana Widyaswari, SpKK.

Proposal penelitian mereka berjudul "Pengaruh Topikal Human Adipose Stem Cell-conditioned Medium (hASC-CM) terhadap Perbaikan Photoaging." Photoaging dijelaskan sebagai jenis penuaan kulit yang terutama disebabkan radiasi ultraviolet.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh topikal hASC-CM terhadap perbaikan photoaging. Penelitian ini akan melihat derajat photoaging dan banyaknya kehilangan cairan dari lapisan kulit, serta perbaikan kerutan, level pori, dan tone kulit setelah menggunakan hASC-CM.

Dalam jangka panjang, penelitian ini diharapkan dapat membuat produk berbentuk gel mengandung hASC-CM guna memperbaiki photoaging.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Menguji Berdasarkan 9 Parameter Penuaan Kulit

Kemudian, ada tim peneliti dari Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Umum dr. Cipto Mangunkusumo, yakni dr. Uly Aanda Maria Nugraheni Pasaribu dan Dr. dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA, FINSDV, FAADV. Mereka akan meneliti "Hubungan Antara Mikrobioma Kulit dan Penuaan Kulit Wajah."

Dijelaskan bahwa mikrobioma adalah seluruh mikroba yang hidup pada lingkungan tertentu. Misalnya, mikrobioma kulit manusia adalah seluruh mikroba yang hidup di kulit manusia, baik mikroba yang berguna maupun yang berpotensi merugikan.

Penelitian deskriptif dan analitik ini akan melibatkan 48 subjek penelitian untuk membandingkan perbedaan ekologi mikrobiota antara dua kelompok usia, yakni dewasa muda (21--37 tahun) dan lanjut usia (60--76 tahun) pada kulit sehat etnis Indonesia dan hubungannya dengan proses penuaan.

Penelitian ini bertujuan melihat korelasi antara mikrobiota tertentu dengan sembilan parameter penuaan, yakni usia, pori-pori, flek hitam, UV spots, kerut, elastisitas, porfirin, sebum, dan kelembapan pada kulit wajah. Juga, bermaksud mendapatkan data deskriptif terkait jenis bakteri untuk membedakan mikrobioma kulit sehat antara dua kelompok tersebut.

Hasilnya diharapkan jadi tonggak untuk studi terapi anti-aging kulit di Indonesia dan global di masa mendatang.

3 dari 4 halaman

Potensi Bengkuang Jadi Bahan Tabir Surya

Terakhir, ada tim peneliti dari Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Umum dr. Cipto Mangunkusumo. dr. Hanny Nilasari, SpKK (K), Dr.rer.nat. Endang Lukitaningsih, M.Si., Apt, dr. Dian Pratiwi, SpKK, dr. Fitria Agustina, SpKK, dan dr. Githa Rahmayunita, SpKK (K) akan meneliti "Evaluasi In Vitro Khasiat Formulasi Fotoprotektif yang Mengandung (8,9) -Furanyl-Pterocarpan-3-Ol dariPachyrhiuz Erosus (Bengkuang)."

Sebagai negara dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun, penggunaan tabir surya penting bagi orang Indonesia. Tabir surya yang beredar di pasaran pun beragam. Ada yang menggunakan bahan mineral UV filter maupun chemical UV filter, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Meski mineral UV filter lebih aman untuk kulit sensitif, pengaplikasannya dapat menimbulkan white cast dan secara kosmetis, tampilannya tidak sebaik chemical UV filter. Di sisi lain, chemical UV filter juga kerap dipertanyakan keamanannya.

Senyawa (8,9) -Funaryl-Pterocarpan-3-Ol (FPO), senyawa baru yang diisolasi dari ekstrak bengkuang berpotensi memiliki aktivitas foto proteksi, di samping aktivitas antioksidan, anti-tirosinase, dan imunomodulato yang telah terbukti di berbagai studi. 

Tim peneliti berharap dapat membuktikan FPO memiliki efek foto proteksi dan stabil digunakan dalam formulasi produk tabir surya. Apabila FPO terbukti memiliki efek foto proteksi dan stabil digunakan, nantinya FPO dapat diuji lebih lanjut untuk ditambahkan dalam formulasi tabir surya.

4 dari 4 halaman

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan