Liputan6.com, Jakarta - Situs web Dr. Joseph Mercola, seorang dokter osteopati yang menurut para peneliti adalah penyebar utama misinformasi virus corona baru secara online, secara teratur mengunggah konten hewan lucu yang menghasilkan puluhan, bahkan ratusan ribu interaksi di Facebook. Kisah-kisahnya termasuk "Anak Kucing dan Anak Perempuan Tidur Siang dengan Sangat Manis."
Ada juga "Mengapa Kucing Oranye Mungkin Berbeda dari Kucing Lain," yang ditulis Dr. Karen Becker, seorang dokter hewan. Pemandangan serupa juga terlihat di Western Journal, publikasi sayap kanan yang telah menerbitkan klaim belum terbukti tentang manfaat penggunaan hidroksiklorokuin untuk mengobati COVID-19.
Pemilik Liftable Animals, halaman Facebook yang populer, ini juga menyebarkan kebohongan tentang penipuan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun lalu. Liftable Animals mengunggah cerita dari situs web utama Western Journal bersama cerita tentang golden retriever dan jerapah.
Advertisement
Baca Juga
Video dan GIF binatang lucu, kebanyakan kucing, telah jadi viral hampir selama internet ada. Sekarang, peneliti mencatat bahwa jadi semakin jelas seberapa luas trik internet digunakan orang-orang dan organisasi yang menjajakan informasi palsu secara online, lapor New York Times, Kamis (2/12/2021).
Unggahan menyertakan hewan tidak secara langsung menyebarkan berita bohong. Tapi, mereka dapat menarik banyak penonton yang dapat diarahkan ke publikasi atau situs yang menyebarkan informasi palsu tentang penipuan pemilu, penyembuhan COVID-19 yang belum terbukti, dan teori konspirasi yang sama sekali tidak terkait video tersebut.
Terkadang, mengikuti feed hewan lucu di Facebook tanpa sadar membuat pengguna terdaftar sebagai pelanggan unggahan menyesatkan dari penerbit yang sama. Melissa Ryan, kepala eksekutif Card Strategies, sebuah perusahaan konsultan yang meneliti disinformasi, mengatakan "umpan keterlibatan" semacam ini membantu pelaku berita bohong menghasilkan klik di halaman mereka.
Keunggulan itu dapat mendorong audiens yang lebih luas ke konten digital dengan informasi tidak akurat atau menyesatkan, katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Catatan Unggahan
Ryan mengatakan, "Strateginya berhasil karena platform terus mengandalkan keterlibatan di atas segalanya, bahkan ketika keterlibatan itu berasal dari publikasi yang juga menerbitkan konten palsu atau menyesatkan."
Salah satu yang diduga menerapkan praktik itu adalah Epoch Media, yang telah menerbitkan video binatang lucu di 12.062 unggahan di 103 halaman Facebook-nya tahun lalu, menurut analisa New York Times. Unggahan tersebut, yang menyertakan tautan ke situs web Epoch Media lain, telah ditonton hampir empat miliar kali.
Trending World, salah satu akun Facebook Epoch, adalah halaman paling populer ke-15 di platform di Amerika Serikat antara Juli dan September. Epoch Media tidak menanggapi permintaan komentar.
"Dr. Becker adalah seorang dokter hewan, artikelnya tentang hewan peliharaan," kata tim hubungan masyarakat Dr. Mercola. "Kami menolak tuduhan New York Times yang menyesatkan pengunjung mana pun, tapi kami tidak terkejut karenanya."
Video hewan viral sering datang dari tempat-tempat seperti Jukin Media dan ViralHog. Perusahaan mengidentifikasi video yang sangat dapat dibagikan dan mencapai kesepakatan lisensi dengan orang-orang yang membuatnya.
Setelah mendapatkan hak atas video tersebut, Jukin Media dan ViralHog melisensikan klip tersebut ke perusahaan media lain, memberikan potongan keuntungan pada pembuat aslinya. Mike Skogmo, wakil presiden senior Jukin Media untuk pemasaran dan komunikasi, mengatakan perusahaannya memiliki kesepakatan lisensi dengan New Tang Dynasty Television, stasiun yang terkait dengan Falun Gong.
Advertisement
Melanggar Aturan Platform?
Penggunaan video hewan menghadirkan teka-teki untuk platform seperti Facebook, karena unggahan hewan itu sendiri tidak mengandung informasi yang salah. Facebook telah melarang iklan dari Epoch Media ketika jaringan tersebut melanggar kebijakan periklanan politiknya.
Pihaknya juga menghapus beberapa ratus akun yang berafiliasi dengan Epoch Media tahun lalu ketika ditentukan bahwa akun tersebut telah melanggar kebijakan "perilaku tidak autentik terkoordinasi." "Kami telah mengambil tindakan penegakan hukum terhadap Epoch Media dan grup terkait beberapa kasus," kata Drew Pusateri, juru bicara Facebook.
"Jika kami menemukan bahwa mereka terlibat dalam tindakan penipuan di masa depan, kami akan terus melakukan penegakan hukum terhadap mereka," tambahnya. Sementara pihaknya tidak mengomentari taktik menggunakan hewan lucu untuk menyebarkan berita bohong.
Rachel E. Moran, seorang peneliti di University of Washington yang mempelajari misinformasi online, mengatakan tidak jelas seberapa sering video hewan membuat orang membaca berita bohong. Tapi, mengunggahnya secara terus-menerus jadi taktik yang populer karena berisiko rendah melanggar aturan platform.
"Gambar binatang lucu dan video momen sehat adalah 'roti dan mentega' dari media sosial, dan pasti tidak akan bertentangan dengan deteksi moderasi konten algoritmik apa pun," kata Moran.
Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Advertisement