Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Relawan Internasional yang jatuh setiap 5 Desember kembali membuka mata betapa pentingnya peran relawan dalam aspek sosial. Siapa saja dapat berkontribusi dan beraksi sebagai relawan guna membantu sesama.
"Semua bisa jadi relawan tanpa terkecuali. Kalau dari pemahaman kami, mereka yang mau jadi relawan harus punya niat baik untuk membantu, (mencurahkan) tenaga dan waktu juga penting," kata Marsya Nurmaranti, Executive Director Indorelawan kepada Liputan6.com, Jumat, 3 Desember 2021.
Ia juga menyampaikan dunia kerelawanan bersifat universal. Relawan ketika terjun langsung sebaiknya tidak melihat identitas atau latar belakang penerima manfaat karena tujuan utamanya adalah membantu sesama.
Advertisement
Baca Juga
"Melalui kerelawanan akan terbangun toleransi dan menghargai keragaman, menambah pengetahuan terkait isunya, dan tahu tugasnya apa," kata Asa, begitu ia akrab disapa.
Bagi mereka yang tergugah ingin menjadi relawan, penting untuk mengetahui masalah yang akan ditangani. Asa menjelaskan, hal tersebut berkaitan dengan pembuatan sebuah program atau proyek membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Punya kemampuan untuk keterbukaan dengan segala macam permasalahan. Di dunia kerelawanan akan banyak kolaborasi terbuka untuk bisa saling bekerja sama dengan relawan, komunitas," tambahnya.
Kehadiran relawan menjadi secerca harapan di balik banyaknya masalah sosial yang ada di Tanah Air. "Bukan tanggung jawab 1--2 pihak, tapi seluruh masyarakat," ungkap Asa.
Indorelawan membuat kolaborasi antara relawan dengan organisasi atau komunitas dengan misi sosial menjadi lebih mudah. Organisasi nirlaba berbasis online ini percaya perubahan bermakna untuk Indonesia akan tercapai jika ada lebih banyak orang yang turut ambil bagian dalam aktivitas sosial.
"Indonesia punya modal sosial, kita terkenal gotong royong, kerja sama. Menurut saya itu harus dihidupkan lagi. Misinya Indorelawan ingin menghidupkan kembali semangat gotong royong melalui kerelawanan untuk anak-anak muda di Indonesia," terang Asa.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peran Aktif Generasi Muda
Asa menjelaskan saat ini banyak generasi muda yang telah berperan aktif dalam kegiatan sosial. Mereka meluangkan waktu untuk misi kemanusiaan dan Tanah Air butuh lebih banyak orang-orang yang terketuk hatinya untuk beraksi.
"Bukan hanya melihat dan berpikir, tapi melalukan sesuatu, membuat orang lebih baik dan membantu mereka," tuturnya.
Sementara, relawan yang tergabung di Indorelawan mayoritas berusia 18--24 tahun, baik dari pelajar hingga mahasiswa. Kini, organisasi tersebut telah memiliki 200 ribu relawan dan 3.000 organisasi atau komunitas (per Juni 2021) yang tersebar di seantero Indonesia.
"Relawan bukan hanya isu kebencanaan, ada banyak isu lainnya, seperti tentang toleransi, perdamaian, kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, disabilitas. Semua butuh bantuan," kata Asa.
Selain itu, fokus organisasi kerelawanan yang ada di Indorelawan juga tentang bantuan hukum, hak asasi manusia (HAM), kepemimpinan dan organisasi, kesehatan, kesejahteraan hewan, ketenagakerjaan, lingkungan, olahraga, pendidikan. Ada pula berfokus pada pengembangan anak muda, pengembangan masyarakat, perdamaian dan toleransi, pertanian, pusat informasi dan kajian, sains dan teknologi, serta seni dan budaya.
Advertisement
Sekolah Relawan
Chief Marketing Officer Sekolah Relawan Rani Alfiani menyampaikan kehadiran relawan tak lain karena adanya permasalahan yang terjadi. Dikatakan Rani, relawan adalah orang-orang yang berinisiatif untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut.
"Dengan adanya relawan ini, diharapkan bisa mengefektifkan untuk mengurangi permasalahan yang ada di dunia ini, terutama mengenai kemanusiaan," kata Rani saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 2 Desember 2021.
Sekolah Relawan sendiri merupakan lembaga sosial kemanusiaan yang berfokus pada edukasi kerelawanan dan pemberdayaan masyarakat sebagai wujud aksi nyata kerelawanan. Relawan yang tergabung di lembaga sosial ini juga berasal dari beragam latar belakang.
"Banyak yang punya pekerjaan profesional, ada yang latar belakangnya tenaga kesehatan, pekerja, atau pekerja sosial yang memfokuskan diri terjun di dunia kemanusiaan," tambahnya.
Sekolah Relawan memiliki berbagai pelatihan atau kelas-kelas yang mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kehadiran relawan dan persiapan relawan itu sendiri. Mereka yang tergabung dalam kelas harus telah berbekal pengetahuan dasar terkait konsep kerelawanan.
"Jangan sampai mereka jadi relawan sebagai alat untuk bisa dikenal masyarakat. Jadi, relawan itu mau menyelesaikan permasalahkan masyarakat. Kita harapkan relawan yang tergabung di Sekolah Relawan adalah orang yang sungguh-sungguh, punya itikad baik, bukan semata untuk kepentingan personal brandingnya," jelas Rani.
Pengetahuan dan Pelatihan
Rani menyebut ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk dapat tergabung dalam lembaga sosial ini. Setelah mendaftar, peserta akan masuk ke kelas edukasi seputar kerelawanan.
"Mereka akan mengenali passion mereka di relawan seperti apa. Setelah itu mengikuti pelatihan dan kita selalu menginformasikan relawan yang tergabung itu relawan yang punya pengetahuan. Jangan sampai, kalau misal mau jadi relawan bencana, mereka tidak punya pengetahuan cara evakuasi atau terjun ke lapangan," lanjut Rani.
Pelatihan yang dihadirkan Sekolah Relawan terdiri atas disaster leadership training untuk kebencanaan. Ada pula pengabdian masyarakat, semisal ketika relawan dikirim ke satu daerah dengan misi menumbuhkan potensi-potensi masyarakat daerah.
Aktivitas kerelawanan memang identik dengan terjun langsung ke lapangan dan bertemu masyarakat. Di sisi lain, dikatakan Rani, ada pula relawan yang ambil bagian secara fundraising atau penggalangan dana.
"Misalkan anak-anak milenial melakukan fundraising, itu termasuk kegiatan kerelawanan. Mereka kegiatannya di balik layar tanpa harus bertemu langsung dengan pemetik manfaat karena yang mereka temui adalah orang-orang yang ingin membantu pemetik manfaat, mereka sebagai jembatannya," tutup Rani.
Advertisement