Sukses

Personel Voice of Baceprot Pukau Publik Eropa Berbalut Tenun Ikat Garut

Voice of Baceprot, band rock yang beranggotakan tiga perempuan berhijab itu tak hanya tampil menghibur dengan musik mereka, tapi juga bawa misi mengingatkan kembali soal tenun ikat garut.

Liputan6.com, Jakarta - Suasana ruangan di sebuah tempat Rennes, Prancis, tampak disesaki penonton. Mereka terlihat sangat antusias saat Voice of Baceprot (VoB) tampil di hadapan mereka.

Dari atas panggung yang gemerlap, band beranggotakan tiga personel, yakni Marsya, Sitti, dan Widi itu menyapa para penonton yang riuh. "Stop war, we hate war! ✊🏾 Are you ready?" (Setop perang, kami benci perang. Apakah kalian siap?)" tanya mereka menyapa penonton.

VoB tampil memukau penonton yang terlihat berjingkrak-jingkrak. Mereka penuh semangat dan kompak dengan suara lantang meneriakan "setop perang, kami benci perang!"

Penampilan VoB sekelumit itu diunggah lewat akun Instagram @voiceofbaceprot, 6 Desember 2021. Tiga musisi berhijab asal Garut, Jawa Barat, sedang tur di sejumlah negara Eropa, seperti Belgia dan Prancis sejak 28 November 2021 lalu.

Tak sekadar bernyanyi dengan penuh semangat, tapi ada hal yang juga cukup penting yang dilakukan mereka di sana. Mereka juga memperkenalkan budaya Garut, berupa tenun ikat warna hitam yang membalut tubuh tiga personel itu.

Hal itu mereka utarakan dalam unggahannya. Mengenakan tenun ikat Garut, tiga personel itu tampil energik dan penuh percaya diri.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tenun Ikat Garut

"Pakaian yang kami kenakan untuk penampilan kami di @transmusicales 2021 di Rennes, Prancis menampilkan elemen etnik tenun ikat dari Garut, Jawa Barat. Meski tidak setenar produk kulitnya, kampung halaman kami di Garut juga memiliki tenun ikat tradisional yang masih bisa bertahan dibandingkan dengan tenun ikat di seluruh Indonesia," ungkap VOB dengan bangga dalam unggahannya pada 5 Desember 2021.

Mereka menjelaskan, pengrajin tenun banyak yang membuat tenun warna-warni untuk dijual ke tempat lain. Tradisi tenun ikat Garut yang menokrom pun seolah ditinggalkan.

"Sayangnya, ada satu titik di mana tradisi lama ini terlupakan untuk beberapa waktu karena banyak pengrajin dan perajin beralih dari tenun warna-warni ke monokrom untuk dijual ke pengrajin batik di kota-kota lain. Baru-baru ini tenun ikat Garut mulai memikat sekali lagi karena pola tradisional dengan warna khas yang unik kembali muncul, sambil menampilkan sentuhan modern," sambung VOB.

3 dari 4 halaman

Proses Panjang

Mereka juga mengatakan, pakaian yang mereka kenakan dibuat dengan menggunakan alat tenun. Karena prosesnya yang tak sebentar, kain hanya bisa diproduksi maksimal dua meter per hari oleh perajin.

"Kami sangat bersemangat untuk mengenakan pakaian ini. Selain menonjolkan kehebatan tenun ikat tradisional Garut, juga mengingatkan kita dari mana kita berasal. Terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada @ametdistri yang telah mendesain outfitnya dan @awanisaw + @amelsofie untuk stylingnya," tulis VOB.

Unggahan VoB itu membuat warganet ramai memberikan dukungan pada mereka. Mereka berharap VoB terus maju dan menjadi kebanggaan Indonesia.

"indonesia pride 👍👏👏👏," komentar seorang warganet. "🔥🔥🔥🔥 bangga , sukses dan selalu di jaga ALLAH 🙏😇," timpal warganet yang lain.

4 dari 4 halaman

Infografis Eropa Lockdown Covid-19, Indonesia Bertahan