Sukses

Wanawasa Project, Memulai Langkah Penyelamatan Bumi dari Titik 0 KM Sungai Citarum

Wanawasa Project merupakan program reforestasi jangka panjang inisiasi Sebumi.

Liputan6.com, Jakarta - Butuh deretan langkah konkret dalam menghadapi segunung masalah krisis iklim di tengah keterbatasan waktu. Di antara tumpukan PR dalam menyelamatkan Bumi, deforestasi masih konstan muncul.

Berdasarkan data Forest Watch Indonesia (FWI), deforestasi di Indonesia mengalami peningkatan. Sebelumnya tercatat 1,1 juta hektare per tahun pada 2009--2013, jadi 1,47 juta hektare per tahun periode 2013--2017.

Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melansir laman resminya, Senin, 13 Desember 2021, mengklaim Indonesia justru berhasil menurunkan deforestasi 75,03 persen pada 2019--2020, jadi 115,46 ribu hektare. Angka ini dilaporkan menurun dari deforestasi tahun 2018--2019 sebesar 462,46 ribu hektare.

Data ini dirilis Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (Ditjen PKTL) KLHK. Terlepas dari klaim-klaim tersebut, pohon sejatinya punya fungsi yang sangat penting dalam kehidupan, termasuk untuk meredam perubahan iklim.

Karena itu, melalui Wanawasa Project, Sebumi mengusung program reforestasi dengan melakukan penanaman 18 ribu pohon, menargetkan kontribusi pengurangan emisi karbon minimal 50 ton karbon dioksida hingga akhir tahun 2030. Sebagai proyek jangka panjang, mereka memutuskan memulainya dari titik 0 kilometer (KM) Sungai Citarum: Situ Cisanti.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin, 13 Desember 2021, pihaknya menanam seribu pohon di lahan seluas 1 hektare di Situ Cisanti. Area ini diibaratkan seperti "nadi Jawa Barat” dengan tujuh sumber mata air yang sakral dan jadi hulu Sungai Citarum, sungai terbesar dan terlebar di Jawa Barat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sekaligus Lindungi Situs Budaya

Waduk Jatiluhur, yang membendung Sungai Citarum, berkontribusi menyumbang sekitar 80 persen suplai air bersih di DKI Jakarta. Sayangnya, kondisi tutupan hulu Sungai Citarum mengalami penurunan dramatis.

Dari luas 27.966 hektare pada 2000, jadi hanya 4.566 hektare tahun 2009, yang mana lebih dari 80 persen luas areanya hilang. Adanya penebangan pohon menyebabkan pasokan air bersih menurun karena berkurangnya daerah-daerah resapan air.

Karena itu, reboisasi hutan jadi kebutuhan urgen. Di samping, Situ Cisanti juga merupakan situs budaya yang menyimpan sejarah penting dari masa kerajaan hingga era kolonial.

Situ Cisanti dikenal sebagai tempat bertapa Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi. Selain itu, Situ Cisanti juga jadi tempat petilasan Dipatiukur yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17.

3 dari 4 halaman

Mengadopsi Bibit

Demi memulihkan ekosistem, sekaligus melindungi situs budaya di area Situ Cisanti, kegiatan penanaman melalui Wanawasa Project dilakukan di tiga titik. Ketiganya adalah pinggiran Situ Cisanti, area Bukit Sektor 1, dan kawasan penyangga sektor 23.

Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 500 bibit tanaman kayu keras dan 500 bibit kopi. Kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu, 12 Desember 2021 atas kolaborasi Sebumi, Papatong Artspace, Perhutani BKPH Pangalengan, Yayasan Budiasih, dan KODAM Siliwangi.

Menanam pohon sejatinya bisa dilakukan semua orang. Tertuang dalam Instruksi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan INS.1/MENLHK/PDASHL/DAS.1/8/2017, setiap orang seharusnya menanam dan memelihara sekurang-kurangnya 25 pohon selama hidup.

Angka 25 pohon itu berasal dari lima batang saat sampai jenjang SD, lima pohon lagi saat SMP, lima pohon ketika SMA, ditambah lima pohon saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, dan lima pohon saat menikah. Selain menanam sendiri, Anda bisa mengadopsi bibit secara daring, salah satunya melalui Alam Sehat Lestari (ASRI).

4 dari 4 halaman

Infografis: Bumi Makin Panas, Ancaman Nyata bagi Manusia