Sukses

6 Fakta Menarik Sumenep, Kabupaten di Madura yang Namanya Diubah Ikuti Lidah Belanda

Sumenep yang berada di ujung timur Pulau Madura terdiri wilayah dengan pulau yang tersebar berjumlah 126 pulau.

Liputan6.com, Jakarta - Sumenep adalah kabupaten di Jawa Timur yang beribu kota di Sumenep. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km persegi dan populasi 1.041.915 jiwa. 

Sumenep yang berada di ujung timur Pulau Madura merupakan wilayah yang unik karena terdiri wilayah yang terdiri dari 126 pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep). Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38 persen, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62 persen.

Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan. Sementara, Pulau Sakala merupakan pulau terluar di bagian timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi. Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala. 

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Sumenep. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Sumenep yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Asal Nama Sumenep

Nama Sumenep berasal dari kata Songènèb, yang dalam arti etimologinya merupakan Bahasa Kawi atau Jawa Kuno. Kata “Sung” mempunyai arti sebuah relung/cekungan/lembah, dan kata “ènèb” yang berarti endapan yang tenang.

Jika diartikan lebih dalam lagi, Songènèb/Songennep (dalam bahasa Madura) mempunyai arti "lembah/cekungan yang tenang". Penyebutan kata Songènèb sudah popular sejak Kerajaan Singhasari berkuasa atas tanah Jawa, Madura dan sekitarnya, di sekitar abad ke-13.

Perubahan nama terjadi pada permulaan abad ke-18 ketika Belanda memulai peran dalam menentukan politik kekuasaan pemerintahan di Madura, termasuk Sumenep. Perubahan nama Songenep menjadi Sumenep, antara lain untuk penyesuaian atau kemudahan dalam pengucapan agar lebih sesuai dengan aksen Belanda.

Bagi mereka lebih mudah mengucapkan Sumenep daripada melafalkan Songennep. Selain itu, perubahan nama juga untuk menanamkan pengaruh kekuasaan Belanda terhadap masyarakat Sumenep, sama seperti perubahan nama Jayakarta menjadi Batavia.

2. Julukan dan Semboyan

Sumenep memiliki semboyan "Sumekar", akronim dari "Sumenep Karaton", karena sejak dahulu wilayah ini terdapat puluhan Keraton/Istana sebagai pusat pemerintahan Adipati. Sedangkan, Kota Sumenep juga dikenal dengan sebutan Bumi Sumekar. 

Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Sumenep mempunyai branding wisata "Sumenep The Heart Purity". Julukan tersebut didasarkan pada tingkah pola masyarakatnya yang selalu menjunjung tinggi tata krama serta keramahan kepada setiap tamunya maupun kondisi geografis alamnya yang selalu memberikan keramahan dan kenyamanan bagi setiap wisatawan.

Selain itu, beberapa pulau di Sumenep juga ada julukannya tersendiri. Contohnya Kepulauan Kapajang untuk gabungan dari nama Pulau Kangean, Pulau Paleat, dan Pulau Sepanjang, karena di pulau-pulau inilah taman-taman laut berupa terumbu karang dan kehidupan laut lainnya berkembang layaknya taman nasional Bunaken.

Pulau Kangean juga lebih dikenal dengan sebutan Pulau Cukir, karena di wilayah inilah fauna khas Sumenep berupa ayam bekisar banyak dikembangkan. Sekarang, hewan unggas ini menjadi maskot Sumenep dan juga Jawa Timur.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Masjid Agung Sumenep

Masjid Agung Sumenep atau sering disebut sebagai Masjid Jami Sumenep, merupakan masjid kebanggaan warga Sumenep. Masjid yang awalnya bernama Masjid Panembahan Somala ini merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara.

Masjid ini dibangun pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI, mulai dibangun pada 1779 dan selesai pada 1787. Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Keraton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga keraton dan masyarakat.

Arsitektur bangunan masjid ini secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok. Masjid ini juga dilengkapi minaret yang desain arsitekturnya terpengaruh kebudayaan Portugis, minaretnya mempunyai tinggi 50 meter terdapat di sebelah barat masjid.

 4. Kawasan Konservasi

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sumenep (KKPD Kabupaten Sumenep) adalah salah satu kawasan konservasi di Jawa Timur.  Wilayah KKPD Kabupaten Sumenep berada di Pulau Sapanjang dan sekitarnya. Pulau Sapanjang masuk dalam wilayah Kecamatan Sepekan. Ekosistem utama di KKPD Kabupaten Sumenep adalah hutan bakau. Spesies yang hidup di dalamnya adalah ikan hias dan ikan terumbu karang. Di dalam KKPD Kabupaten Sumenep terdapat 64 spesies ikan.

Wilayah KKPD Kabupaten Sumenep dijadikan sebagai tempat pemijahan dan pertumbuhan ikan Pariwisata yang dikembangkan di KKPD Kabupaten Sumenep berupa panorama alam yang meliputi tumbuhan, hewan dan formasi geologi. Lokasi KKPD Kabupaten Sumenep dapat dicapai menggunakan transportasi air dari pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep.

3 dari 4 halaman

5. Kuliner khas Sumenep

Sumenep dan daerah lainnya di Madura identik dengan kuliner sate atau satai. Namun, ada banyak makanan khas Sumenep lain yang tak kalah nikmat.

Ada Soto Sabreng yang merupakan soto babat yang disajikan bersama lontong dan singkong rebus. Soto ini juga menggunakan bumbu kacang sebagai bagian dari kuahnya. Bumbu kacang soto Sabreng terbuat dari kacang tanah yang telah dihaluskan dan dicampur dengan petis ikan dan bumbu lainnya.

Ada Soto Selingkuh yang juga dikenal dengan rujak selingkuh merupakan perpaduan dari soto dan rujak. Soto selingkuh merupakan soto babat yang disajikan bersama sayuran ala rujak, lengkap dengan bumbu kacangnya.

Ada juga Lontong Campor yang berisi lontong, daging sapi, irisan timun, soun, bawang goreng, irisan bawan daun, bumbu kacang dan cabai. Sementara, kuah campor terbuat dari campuran sup daging, merica, santan, bawang putih, cabai merah, pala, kayu manis dan rempah-rempah lainnya. 

Untuk makanan ringan ada Apen yang merupakan kue tradisional khas Sumenep. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula merah. Bentuk apen mirip dengan serabi yang disiram bersama kuah santan dan gula merah. Kuliner khas Sumenep lainnya, ada Soto Campur, Kaldu Kokot, Kalsot, Rojek, Masak Pae, Pentol Gape dan masih banyak lagi.

6. Keraton Sumenep

Keraton Sumenep adalah tempat kediaman resmi para Adipati/Raja-Raja yang memerintah Sumenep. Keraton ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya tahun 1781. Keunikan dari keraton ini adalah arsitekturnya yang bercorak Tionghoa karena dirancang oleh arsitek keturunan Tionghoa, Lauw Piango.

Bangunan Kompleks Keraton terdiri dari banyak massa. Tidak dibangun secara bersamaan namun dibangun dan diperluas secara bertahap oleh para keturunannya.

Kini wisatawan bisa menilik sejarah Keraton Sumenep di Museum Keraton Sumenep yang berada di Jalan Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Pajagalan, Kabupaten Sumenep. Di museum ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah Keraton Sumenep mulai dari bangunan, alat upacara adat, perhiasan, prasasti, koleksi senjata, hingga peralatan pribadi anggota kerajaan.

4 dari 4 halaman

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.