Liputan6.com, Jakarta - Dunia pariwisata belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19. Di Bali misalnya, meski sudah membuka diri untuk wisatawan mancanegara (wisman) sejak beberapa bulan lalu, wisatawan domestik sepertinya masih jadi andalan mereka.
Beragam aturan perjalanan yang ketat dari tiap negara, ditambah munculnya varian baru Covid-19 yaitu Omicron, membuat turis asing masih sedikit datang ke Indonesia. Namun yang mengalami pukulan lebih keras tentunya Bali yang telah lama dicintai oleh para pelancong global.
Advertisement
Baca Juga
Kontrol perbatasan yang ketat, membuat Bali berubah dari menerima jutaan pengunjung internasional menjadi hanya 45 turis asing menjelang akhir tahun 2021. Bandingkan dengan sekitar 6,2 juta kedatangan internasional pada 2019 dan 1,05 juta pada 2020.
Hal itu pun mendapat sorotan dari media asing seperti CNN. "Itu jumlah kunjungan wisatawan asing terendah yang pernah kami catat," ungkap Nyoman Gede Gunadika, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, kepada CNN.
Dilansir dari CNN, 16 Desember 2021. Angka dua digit itu terhitung pada periode Januari-Oktober 2021 dan dikonfirmasi oleh Badan Pusat Statistik Bali. Hal itu terjadi karena Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS) di Denpasar telah ditutup untuk penerbangan internasional hampir sepanjang tahun.
Para turis itu hampir semuanya datang melalui kapal pesiar pribadi. Meskipun Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali secara resmi dibuka kembali untuk penerbangan internasional pada 14 Oktober 2021, sejauh ini hanya ada penerbangan domestik masuk dan keluar dari bandara, terutama dari Jakarta.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Persyaatan Ketat
Untuk datang ke Bali, para wisman harus menghadapi persyaratan masuk yang ketat terkait Covid-19. Mereka harus mendapatkan visa bisnis dengan biaya 300 dolar AS atau sekitar Rp 4,3 juta, mengikuti beberapa tes PCR dan membeli asuransi kesehatan khusus.
Belum lagi biaya tiket pesawat lebih tinggi dari biasanya karena kurangnya penerbangan langsung. Seorang warga negara Inggris, Justyna Wrucha berencana pergi ke Bali bersama suaminya.
Ini akan menjadi kunjungan pertama mereka ke pulau itu, yang katanya telah lama ada dalam daftar keinginan mereka. "Kami pikir pemerintah di Indonesia dan Bali sangat ketat dengan memberlakukan karantina 10 hari pada orang yang divaksinasi lengkap," ucap Wrucha.
Kebijakan Covid-19 di Bali terkait pengunjung asing ditentukan oleh pemerintah pusat di Jakarta, bukan oleh otoritas lokal di pulau itu. Awalnya, karantina lebih pendek tetapi baru-baru ini meningkat karena kekhawatiran varian baru Omicron.
Advertisement
Secercah Harapan
Wrucha dan suaminya akan tiba di Jakarta pada 26 Desember, dikarantina di sana selama 10 hari dan kemudian terbang ke Bali, kecuali ada perubahan atau masalah di menit-menit terakhir. Dia mengatakan mereka mengandalkan media sosial, terutama Instagram, untuk tetap diperbarui daripada di saluran resmi pemerintah.
"Sebelum Covid-19, orang-orang dari Eropa dan Inggris mencintai Bali," lanjutnya. Ray Suryawijaya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung Bali, sependapat dengan Wrucha.
"Dengan semua penghalang itu, sulit bagi kami untuk mengharapkan turis asing datang ke Bali, apalagi dalam jumlah banyak," ujarnya. Namun, ada secercah harapan dengan kembalinya wisatawan domestik secara bertahap.
Menurut Ray, tingkat hunian hotel di Bali saat ini berkisar 35 persen. Ray menambahkan, pada akhir pekan, ada sekitar 13.000 wisatawan domestik berkunjung ke Bali.
Meski masih sedikit, kedatangan pengunjung merupakan catatan yang menggembirakan untuk mengakhiri tahun, terutama bagi banyak penduduk lokal Bali yang bergantung pada pariwisata untuk menghidupi keluarga mereka. Sayangnya, itu tidak akan cukup untuk menyelamatkan wisata di musim 2021.