Sukses

Tips Pendiri 31 Restoran Khas Solo Pertahankan Usaha Kuliner di Masa Pandemi

Sejak didirikan pada 1988, Dapur Solo sudah mempunyai 31 restoran. Apa saja kiat pemiliknya untuk bisa bertahan?

Liputan6.com, Jakarta - Bagi beberapa orang, membangun bisnis jadi salah satu solusi untuk memperbaiki kondisi keuangan. Hal itu juga dilakukan oleh founder atau pendiri rumah makan Dapur Solo Karina Rosalin Kumarga. Wanita yang akrab disapa Nyonya Swan ini membuka usaha kuliner pada 1988.

Ia memulai usaha tempat makan di garasi rumah dengan modal hanya sekitar Rp100 ribu. Swan konsisten menyajikan makanan khas Solo dan Jawa Tengah sampai terkenal saat ini.

Bukan perjalanan yang mudah bagi Nyonya Swan menjalankan bisnis kuliner sampai 33 tahun sampai saat ini. Dapur Solo menjadi salah satu rumah makan terkenal yang telah memiliki 31 cabang restoran di Jakarta dan sekitarnya.

Yang terbaru atau ke-31, baru saja dibuka di Neo Soho Mall, Jakarta Barat. "Merintis usaha kuliner di masa pandemi seperti ini memang tidak mudah, tapi kita punya banyak cara untuk bisa bertahan dan bahkan bisa membuat restoran baru lagi. Kita harus bisa menyajikan menu yang khas dan disukai banyak orang," ucap Ny Swan saat ditemui di Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Senin (20/12/2021).

Dapur Solo menyajikan makanan khas Solo, Jawa Tengah. Ada juga beberapa makanan dari daerah lainnya di Jawa Timur dan Yogyakarta.

Menu andalannya antara lain, Nasi Liwet Solo, Nasi Langgi, Selat Solo, Rawon, Lontong Cap Gomeh, Tempe Mendoan, Tengkleng Kambing serta minuman wedang. Ada pula menu nasional seperti Sop Iga Sapi dan ayam goreng.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kunci Sukses

Dalam kesempatan itu, Swan membagikan lima kunci sukses yang ia pegang teguh dalam membangun dan mengembangkan Dapur Solo. Berikut tips dari Nyonya Swan untuk para pengusaha maupun calon pengusaha kuliner di masa pandemi.

1. Optimis dan penuh semangat

Keberhasilan bisnis bergantung pada keuletan pemiliknya dalam memecahkan masalah dan menghadapi tantangan yang pasti akan datang. Menurut Swan, seorang pengusaha wajib bersikap optimis dan bersemangat tinggi.

"Menjadi pengusaha harus bersemangat dalam membangun bisnis. Semangat adalah hal yang akan membuat seseorang menjadi ulet dalam bekerja dan semangat itu juga yang akan menimbulkan rasa pantang menyerah yang sangat dibutuhkan dalam berbisnis," ungkapnya.

2. Pandai berpromosi

Satu kepastian saat kita berbisnis adalah naik turunnya jumlah omzet dan karyawan. Namun, pengusaha yang pasti berhasil, menurut nyonya Swan, harus pandai mencari ide untuk berpromosi. Karena, jika omzet menurun, sebagai pemilik usaha harus mencari cara untuk berpromosi dan memanfaatkan banyaknya media sosial yang bisa digunakan.

"Di awal saya merintis bisnis, saya membuat brosur, karena dulu belum ada media sosial. Saya menyebarkan brosur sambil mengantarkan pesanan pelanggan dari rumah ke rumah menggunakan sepeda. Di zaman modern sekarang ini, kita harus kreatif dan memanfaatkan internet untuk mengembangkan bisnis," ucapnya.

3. Memanfaatkan kesempatan dan kolaborasi

Menurut Swan, anggaran dana marketing untuk bisnis setidaknya 1-3 persen dari omzet yang masuk. Namun di luar itu, pemilik bisnis juga bisa menumbuhkan penjualan melalui keikutsertaan dengan program kampanye dan promosi, seperti hari belanja nasional atau momen-momen hari besar atau tanggal cantik.

Kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama di masa pandemi ini, juga sangat krusial. Swan mengakui, di masa pandemi, penjualan dine-in Dapur Solo sempat mengalami penurunan.

Namun, dengan memanfaatkan serta memaksimalkan oenjualan atau pemesanan online dengan berbagai tawaran promosi, bisa sangat membantu meningkatkan penjualan. Ia pun mengaku bahwa di situasi pandemi, bisnisnya sangat terbantu dengan adanya layanan pesan antar yang menghadirkan beragam promo menarik.

3 dari 4 halaman

4. Pandai bergaul dan berteman

Selama 33 tahun membangun Dapur Solo, nyonya Swan selalu menganggap bahwa pelanggan yang datang adalah teman. Hal tersebut mendorongnya untuk bersikap ramah kepada siapapun.

Sejak awal berbisnis, ia selalu membiasakan diri dengan menyapa dan mengajak para pembeli bercengkrama. Hal itu menurutnya, jadi menimbulkan rasa kekeluargaan bagi pelanggan yang datang ke Dapur Solo dan bisa menimbulkan kesetiaan.

Tiap orang pasti senang mendapatkan perlakuan yang menyenangkan, termasuk mereka yang mengunjungi restoran. Itu bisa jadi salah satu alasan mereka untuk datang lagi. "Selain rasa makanannya yang enak, rasa kekeluargaan juga bisa membuat pelanggan datang kembali ke bisnis kita," terangnya.

5. Anggap pekerjaan sebagai hobi

Tidak ada pekerjaan yang tidak menimbulkan tekanan. Meski begitu, Ny. Swan punya satu prinsip untuk mengatasi hal tersebut, yaitu menganggap bisnisnya sebagai hobi.

Hal itu membuat dirinya tidak pernah merasa tertekan meski sudah puluhan tahun menekuni usahanya. Ia terbiasa bekerja selama 14 jam per hari dan menganggapnya sebagai hobi.

"Setiap hari saya tidur jam 10 malam dan bangun jam 4 pagi demi bekerja dan mengembangkan Dapur Solo. Kalau kita ulet dalam bekerja, pasti kesuksesan akan datang menghampiri kita," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19