Sukses

Imbas Soetta Membludak, Menparekraf Sebut Bandara Juanda Bakal Terima Kedatangan TKI dari Luar Negeri

Imbas Bandara Soekarno-Hatta yang dipenuhi pendatang dari luar negeri, beberapa hari lalu, sejumlah TKI tertahan berjam-jam saat akan menjalani proses karantina.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan rencana membuka Bandara Juanda Surabaya untuk menampung kedatangan pekerja migran Indonesia (PMI/TKI) dari luar negeri. Hal itu menyusul membludaknya kehadiran pendatang di Bandara Soekarno-Hatta hingga banyak yang harus menunggu berjam-jam agar bisa dikarantina di fasilitas pemerintah.

"Sebagian fasilitas tersebut untuk rekan-rekan PMI (TKI) yang gunakan fasilitas karantina terpusat. Dengan dibuka Juanda, akan terbagi load-nya," kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, Senin, 20 Desember 2021.

Dikutip dari kanal News Liputan6.com, kasus mencuat setelah video yang merekam penumpukan WNI yang baru tiba dari luar negeri di Bandara Soetta menjadi viral. Lewat video berdurasi sekitar dua menit, banyaknya penumpang terlihat terlantar di Terminal 3 untuk karantina. Tampak penumpang duduk di lantai bahkan sampai tertidur di conveyor bagasi.

Komandan Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta Letkol Agus Listiono membenarkan kejadian tersebut. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 18 Desember 2021. 

"Memang terjadi penumpukan karena ada ketersendatan yang ada di wisma," kata Agus saat dihubungi awak media, kemarin.

Ketersendatan itu dipicu kuncitara yang diberlakukan di Wisma Atlet Pademangan karena temuan kasus Omicron. "Mau tidak mau, karena wisma itu penuh karena Pademangan itu lockdown karena ada yang terpapar Omicron," jelasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Hanya untuk 3 Kategori

Mengingat terbatasnya fasilitas karantina, Sandiaga meminta agar warga tidak bepergian ke luar negeri tanpa alasan yang sangat penting. Ia juga mengingatkan bahwa fasilitas karantina gratis yang disediakan pemerintah hanya untuk buruh migran dan dua kategori lain sesuai ketentuan pemerintah, bukan untuk mereka yang baru pulang dari liburan.

"Saya mendapat laporan banyak dari pelaku perjalanan luar negeri, belanja di luar negeri saat bepergian, kemudian pulang, tinggal di fasilitas yang dibiayai oleh pemerintah," kata dia.

Ia mengarahkan pelaku perjalanan luar negeri yang bepergian untuk liburan, menggunakan fasilitas karantina yang tersedia di hotel. Selain opsinya lebih banyak, harganya juga bervarian.

"Kami dilaporkan dari segi harga, untuk bintang 2, paketnya 10 hari, antara Rp6--7 juta," ucapnya.

Dalam surat edaran Satgas Covid-19, ada tiga kategori yang berhak mendapat fasilitas karantina pemerintah. Pertama, Pekerja Migran Indonesia atau PMI, disusul pelajar Indonesia yang dapat beasiswa di luar negeri dan lain sebagainya. Terakhir, ASN atau PNS yang diberi surat dinas dari pemerintah.

3 dari 4 halaman

Perpanjang Karantina

Sandiaga juga mengungkapkan pemerintah mempertimbangkan untuk memperpanjang durasi karantina menjadi 14 hari pada Januari 2021. Hal itu sebagai langkah antisipasi atas penyebaran varian Omicron, sekaligus terkait kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah G-20 dan pembukaan Bali kembali.

"Kita ingin mengirimkan pesan yang tegas bahwa pemerintah Indonesia sangat serius untuk mengantisipasi Omicron," kata dia.

Pemerintah juga akan memantau mereka yang datang dari luar negeri pada bulan depan. Hasil pemantauan akan menjadi salah satu bahan evaluasi untuk menentukan kebijakan setelah Nataru, baik berkaitan dg karantina, visa, dan beberapa poin yang diangkat oleh pelaku parekraf, khususnya di Bali.

Dia juga menyebut tujuan utama pada 2022 adalah tetap fokus pada wisatawan Nusantara. Pemerintah menargetkan pergerakan wisatawan dalam negeri bisa naik antara 35--40 persen, sedangkan wisatawan mancanegara naik sekitar 1,2--2,4 persen dengan fokus pada MICE, pariwisata berkualitas, dan berkelanjutan lingkungan.

"Kami memantau beberapa daerah menunjukkan trajectory yang positif, tapi beberapa daerah, seperti Bali, perlu insentif dan perhatian khusus," dia menambahkan.

4 dari 4 halaman

Perbedaan Karantina dan Isolasi Mandiri