Sukses

Maskapai Gandeng BNPB untuk Bantu Pemerintah Tanggulangi Bencana

BNPB rutin melakukan patroli titik api saat musim kemarau di area hutan yang melibatkan pesawat perintis seperti Cessna Caravan.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu bencana yang kerap menimpa Indonesia adalah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iklim maupun ulah manusia, dengan berbagai titik rawan bencana.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat terjadi kenaikan kejadian karhutla pada tahun 2021 sebanyak 15 persen atau 56.280 hektar dari tahun sebelumnya. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi menyebut jumlah karhutla tahun 2021 mencapai 353.222 hektar, sementara pada 2020 mencapai 296.942 hektar.

"Terjadi kenaikan karhutla pada tahun 2021 seluas 56.280 ha (15,93 persen) jika dibandingkan tahun 2020," ucap Laksmi. NTT dan NTB sejauh ini adalah yang mengalami kenaikan tertinggi.  Sementara itu di Kalimantan Barat, data karhutla gambut tercatat mencapai 13.367 hektare (ha) sepanjang 2021. Data tersebut dihimpun pada Januari-November 2021.

Dengan jumlah itu, Kalbar menjadi Provinsi terbesar dengan luasan lahan gambut paling banyak terbakar di Indonesia sepanjang 2021. Provinsi dengan luasan karhutla terbesar kedua dipegang oleh Riau sebesar 8.015 ha. Selain kedua provinsi tersebut, 11 provinsi di Indonesia juga turut tercatat adanya karhutla gambut. Di Kalimantan Tengah mencapai 682 ha, Kalimantan Selatan 692 ha dan Sumatera Barat 663 ha.

Mengenai hal tersebut, pemerintah Indonesia terus memperbaiki tata kelola penanggulangan karhutla. Salah satunya dengan pencegahan dengan mewujudkan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, masyarakat dan sektor swasta, termasuk armada pesawat dan helikopter.

Langkah kesiapan dan antisipasi pun dilakukan. Sebelumnya tiga provinsi sudah menetapkan status siaga karhutla 2021. Riau 15 Februari – 31 Oktober 2021 (259 hari), Kalimantan Barat 18 Februari – 31 November 2021 (286 hari), dan Jambi 15 Maret – 31 Oktober 2021 (231 hari).  Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan langkah preventif dengan rutin melakukan patroli titik api saat musim kemarau di area hutan yang melibatkan pesawat perintis seperti Cessna Caravan.

Pesawat jenis ini bisa langsung memberi titik koordinat dan pandangan udara sehingga bisa segera mendapat penanganan. Barulah setelah itu biasanya BNPB menerjunkan helikopter water bombing untuk memadamkan api.

“Sekitar 2019 di Palembang saya pernah menemukan hotspot (titik api) yang lumayan besar sampai mengganggu jarak pandang. Asapnya tebal dan beredar sampai ke bandara. Saat itu saya terbang bersamaan dengan helikopter yang akan melakukan water bombing. Cukup berbahaya, namun demi mencegah bencana yang lebih besar lagi, kita lakukan dengan sangat berhati-hati dan dengan koordinasi penuh,” ucap Wahyu Achmad Septyan, pilot Smart Cakrawala Aviation.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Pengalaman Berharga

Disadari Wahyu kalau keterlibatannya dalam penerbangan patroli udara cukup berisiko. Namun ia memastikan untuk terus berkontribusi sebagai pilot dalam kerjasama Smart Cakrawala Aviation dengan BNPB. “Secara tidak langsung, saya punya kontribusi penanganan bencana di Indonesia. Ada kebanggaan tersendiri dan sangat berharga pengalamannya. Hal seperti ini belum tentu didapat di airlines. Sebagai kru Smart, jika dibutuhkan, saya ikut. Itung-itung ada kesempatan bantu sesama yang lagi kesusahan,” tambahnya.

Smart Cakrawala Aviation telah menjalin program kerjasama dengan BNPB kurang lebih sejak tahun 2019. Armada pesawat Smart Cakrawala Aviation sering menjadi langganan berpatroli mencari titik api sesuai dengan permintaan BNPB dan kerap memfasilitasi Kepala BNPB untuk melakukan kunjungan ke daerah terdampak bencana.

Pada awal 2021 Smart Cakrawala Aviation kembali dipercaya oleh BNPB sebagai operator Patroli Udara dalam rangka tanggap darurat bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Untuk itu Smart Cakrawala Aviation menyiapkan pesawat Cessna Caravan 208 dengan registrasi PK-SNK, beserta tim yang telah berpengalaman dalam operasional penerbangan Patroli Udara.

Penerbangan pertama dilakukan pada 13 Maret 2021 dengan wilayah meliputi seluruh provinsi Kalimantan Barat. “Tujuan utama Smart Cakrawala Aviation tentunya untuk membantu kegiatan pemerintah dalam penanggulangan bencana agar lebih maksimal lagi,” ujar Pongky Majaya, CEO Smart Cakrawala Aviation.

Mengingat besarnya permintaan dari BNPB sendiri yang bukan saja untukmenanggulangi tetapi juga mencegah terjadinya bencana, Pongky Majaya menuturkan jika pihaknya ingin menambah armada pesawat agar mampu memenuhi kebutuhan. “Kami berharap bisa terus menambah armada agar lebih maksimal dalam melayani negara melalui BNPB, juga menyempurnakan pelayanan kami,” terang Pongky Majaya.

3 dari 3 halaman

Maskapai Indonesia di Langit Eropa