Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) optimistis kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di 2022 akan naik dibandingkan tahun ini, yang diprediksi hanya 1,5 juta orang. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memprediksi kunjungan wisman tahun depan antara 1,8 juta hingga 3,6 juta orang.
"Wisatawan mancanegara dulu selalu jadi angka yang kita kejar, tetapi kali ini begitu kita melihat angka, perkiraan di tahun ini kita 1,5 juta, di tahun depan kita fokuskan di angka 1,8 sampai 3,6 juta sebagai angka pariwisata berkualitas berkelanjutan," ujar Sandi dalam Jumpa Pers Akhir Tahun di Jakarta, secara hybrid, Senin (27/12/2021).
Advertisement
Angka tersebut diakui cukup modest, beda jauh dari capaian Indonesia pada 2019 yang berjumlah 16,11 juta wisman. Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf R. Kurleni Ukar menyebut, angka itu disepakati Kemenparekraf dengan Bappenas karena mempertimbangkan beragam faktor.
Salah satunya soal kebijakan pembukaan perbatasan yang masih diperketat. Faktor berikutnya terkait aksesibiltas alias kemudahan masuk ke Indonesia. Terakhir, kemungkinan mutasi virus corona yang bakal muncul di 2022.
"Kita sepakat tidak pasang target yang tinggi, tetapi kita harapkan devisa yang dicapai lebih banyak," kata perempuan yang akrab disapa Nike itu.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Rizky Handayani menambahkan, tahun depan, Indonesia akan fokus mendorong sektor MICE dan event untuk menjaring wisman. Pada 2022, banyak kegiatan berskala internasional digelar di Indonesia, mulai dari G-20, World Tourism Day, hingga Global Risk Reduction Meeting, yang mayoritas digelar di Bali.
Selain itu, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah gelar MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB. Belum lagi ada event budaya yang diharapkan bisa menarik kunjungan wisman.
"Leisure biasanya mengambil 63--65 persen (jumlah wisman), sedangkan MICE dan wisata minat khusus sekitar 20 persen. Saat ini, angka dari MICE ini yang akan disasar," sambung dia.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sistem Bubble
Kiki optimistis MICE bisa dilaksanakan tahun depan dengan sistem bubble. Terlebih, ia menyebut sudah ada penyelenggara yang menjamin keamanannya. Indonesia, kata Sandi, sudah menguji coba sistem tersebut sejak awal Desember 2021 saat Sherpa digelar di Bali.Â
"Tahun depan kalau tidak ada ledakan pandemi, kita bisa capai angka tersebut," ujar Kiki.
Sementara, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya menjelaskan beda antara sistem bubble dan vaccine travel lane (VTL). Sistem bubble memiliki kelebihan dalam mengontrol pergerakan orang karena hanya mengizinkan wisman bepergian dari titik originasi ke satu titik destinasi, khususnya dalam situasi saat ini yang risiko infeksinya meningkat berkali lipat karena kemunculan Omicron.
Sementara, kelebihan VTL adalah fleksibilitas pergerakan karena yang terpenting wisman sudah tervaksin secara paripurna. "Kedua, ada application program interfaceworld (API), yaitu sistem seperti PeduliLindungi yang bisa diakses kedua negara," sambung dia sembari menambahkan Indonesia dan India sedang memfinalisasi rencana VTL kedua negara.
Advertisement
Target Pasar
Nike menyebut Australia, India, dan Jepang menjadi target utama kunjungan ke Bali. Sedangkan, pintu masuk dari Batam menargetkan kunjungan dari Malaysia dan Singapura.
Namun, Nia menyatakan semua itu tergantung kondisi Covid-19 dan returning policy. Jika aturan kembali ke negaranya dinilai "tidak seksi," hal itu akan memengaruhi minat wisatawan.
"Dari search volume, intention sudah ada pada market itu. Tapi, search yang ada justru Omicronnya sedang tinggi. Karena itu, kita akan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan," sambung dia.
Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata
Advertisement