Sukses

Restoran Hanamasa Jadi Perdebatan dan Dipertanyakan Warganet Soal Sertifikat Halal, MUI Beri Jawaban

Selain soal sertifikat halal, warganet juga mempertanyakan tentang wanita berhijab yang menjadi salah satu model iklan restoran Hanamasa di Instagram.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah halal dan sertifikat halal restoran kembali jadi sorotan di media sosial. Kali ini, giliran Restoran Hanamasa yang diduga belum bersertifikat halal dan kembali diperdebatkan warganet. Awalnya, akun Instagram @anggiyusriani membagikan pengalamannya makan di restoran tersebut.

Dalam unggahan pada 30 Desember 2021 itu, pemilik akun menuliskan kalau ia makan di Hanamasa Tamini bersama suaminya. Ia menuliskan Hanamasa menggunakan 'sake' minuman beralkohol khas Jepang, untuk pembuatan makanan yang disajikan. Ditulis juga bahwa Hanamasa belum memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI.

Informasi itu diketahui setelah ia bertanya langsung pada chef restoran All Yiu Can Eat atau AYCE tersebut. "chef ini jamur kok agak strong rasa fermentasi nya ada campur alkohol ngga? Chef : (ngomong nya pelan2 karna ngga jauh dari gw duduk ada keluarga muslim juga) iyaa bu ada Sake nya," tulisnya.

"SAD banget gw.. abis itu gw bergerilya nyamperin pengunjung yg pake jilbab bilang ini 2 benda itu ada sake / mirin jangan di makan," sambungnya. Unggahan akun kemudian diunggah ulang di akun Twitter @TitiwAkmar pada 31 Desember 2021.

"Wah, barutau kalo Hanamasa itu nggak halal. Untuk temen2 muslim silakan dibaca dan hati2 aja ya dalam memilih makanan. SS dr akun @anggiyusriani," cuit pemilik akun tersebut.  Cuitan itu langsung menuai pro kontra. Banyak warganet yang menyatakan bahwa konsumen sebenarnya yang memiliki hak paling besar dalam memilih restoran dan bisa bertanya langsung, sehingga tak perlu memperdebatkan halal atau tidaknya.

"Kalau emang kepingin 100 persen halal, makan di resto Sunda atau Jawa. Kalian terlalu aneh mencoba Hanamasa dan mencari label halal," komentar seorang warganet.  "Aduan? Hanamasanya sudah jujur saat ditanya. Itu mah kesalahan ada di pembeli, kenapa gak nanya sebelum makan," komentar warganet lainnya.

Warganet juga mempertanyakan soal sejumlah unggahan di akun Instagram resmi Hanamasa yang beberapa kali menampilkan wanita berhijab sebagai salah satu model mereka. Sejumlah unggahan lama Hanamsa pun ramai diserbu warganet.

"Yg gw bingung, kalo concern bgt sm halal haram, knp ttp masuk ke resto itu pdhl blm ada label halal MUI? Mau kontennya liatin cewe berhijab pun, itu trik marketing. Tinggal berpegang ke label halalnya lah. Apa yg lo makan tanggung jawab lo sendiri, bukan org lain," tulis warganet lainnya.

"Hanamasanya jg gimana sih, halal atau tidak udah sering dibahas, masih ttp pakai sake," timpal warganet lainnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Jawaban MUI

Sementara politisi partai Gelora, Hasmi Bakhtiar, menanggapi persoalan tersebut dari tinjauan agama Islam. "Banyak yang langsung ketar-ketir melihat kata “sake”. Padahal sake untuk masak dengan sake untuk diminum berbeda. Juga, kondisi sake ketika diminum dg setelah dimasak berbeda. Perbedaan2 ini jg berdampak pada perbedaan hukum. Dari tadi belum ada yang menjelaskan ini hehe," tulisnya.

Sampai berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari pihak Hanamasa. Begitu juga di akun media sosial mereka di Instagram maupun Facebook. Jawabanya sepertinya bisa diketahui dari akun Instagram resmi MUI, @lppom_mui. Saat membagikan unggahan tentang Doa Awal Tahun pada Sabtu, 1 Januari 2022, seorang warganet menanyakan soal restoran AYCE seperti Hanamasa dan lain-lainnya sudah mendapatkan sertifikat halal.

"Assalamu'alaikum wr wb, Mau tanya restoran All you can eat yang sudah sertifikasi halal MUI apa aja ya pak/bu? apakah Pochajjang, Hanamasa, dll sudah bersertifikat halal. Mohon infonya. Terimakasih," tulis pemilik akun @ azizmaulanasaputra.

Pertanyaan itu mendapat jawaban dari admin akun LPPOM MUI, yaitu: "@azizmaulanasaputra kedua resto tersebut belum bersertifikat halal MUI ya ka. Untuk list restoran yang telah bersertifikat halal MUI, dapat dicek di: www.halalmui.org (.)."

Sementara, Liputan6.com yang berusaha menghubungi pihak Hanamasa melalui akun Instagram mereka, tapi sampai berita ini ditulis belum mendapatkan jawaban atu tanggapan. 

3 dari 4 halaman

Sejak 1987

Hanamasa merupakan restoran Jepang dengan konsep AYCE yang menyajikan menu yang variatif mulai dari hidangan pembuka hingga penutup. Adapun menu yang disajikan seperti yakiniku, shabu shabu, dan lainnya. Dikutip dari laman resminya, Hanamasa awalnya didirikan di Jepang oleh Yasiro Ono yang merupakan pedagang daging yang sukses, sebagai pedagang daging Yasiro Ono mengedepankan kualitas daging di setiap menunya.

Seiring berjalannya waktu Hanamasa pun mulai berkembang. Hal itu ditandai dengan dibukanya Hanamasa di negara-negara lain, seperti di Korea Selatan, Tiongkok, dan Mongolia. Pada 1987, Hanamasa pertama di Indonesia didirikan yang berlokasi di Jalan Mahakam, Jakarta Selatan.

Penamaan Hanamasa berasal dari bahasa Jepang padanan kata “Hana” dan “Masa” yang berarti bunga yang berkembang, seperti cerminan nama tersebut, Restoran Hanamasa terus berkembang khususnya di Indonesia. Hanamasa Indonesia telah memiliki 28 cabang yang tersebar di tiga pulau dan 10 kota.

4 dari 4 halaman

Titik Lengah Makan Bersama