Liputan6.com, Jakarta - Belakangan wellnes tourism atau wisata wellnes, jadi salah satu pilihan yang bisa dipilih para wisatawan. Namun, banyak orang yang masih belum memahami tentang makna istilah tersebut.
Salah seorang anggota Indonesian Wellness Community, Robert Alexander S. Moningka menjelaskan istilah tersebut. Bagi Robert, istilah wellness padanannya yang paling dekat adalah kebugaran. Di dalam istilah tersebut terdapat unsur keseimbangan dan kemakmjuran.
Baca Juga
"Padanannya dalam bahasa Indonesia belum ketemu, makanya dibilang wisata wellness atau wellness tourism. Artinya, saat mereka wisata wellness, maka terjadi peningkatan kualitas hidup bagi wisatawan atau turis. Jadi, itu yang disebut wisata wellness," ungkap Robert saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 15 Januari 2022.
Advertisement
"Usai berwisata, terjadi keseimbangan antara body, mind, and soul. Ini wisata bagi orang yang peduli tentang kesehatan dan kebugaran mereka sehingga fisik, pikiran, dan jiwanya melalui wisata ini justru meningkat kualitasnya.
Lelaki yang juga Ketua Umum Indonesian Tour Leaders Association menambahkan, dalam wellness tourism bukan narisme yang dipentingkan. Selama ini banyak orang yang berwisata dengan cara memamerkan foto-foto mereka di media sosial.
"Jadi, sebenarnya wellness tourism itu adalah hal ideal dalam wisata. Selama ini, banyak orang yang belum sampai dalam pengertian itu. Kebanyakan mereka memamerkan telah pergi ke Turki, Paris, dan lainnya," imbuh lelaki yang akrab disapa Bob.
Robert menyinggung, jika di Amerika tingkat "wellness" di sana sudah pada tingkat kemakmuran. Jika pikiran, jiwa, dan fisiknya sehat, maka secara ekonomi juga terjadi peningkatan. Artinya, mereka akan lebih bersemangat usai berwisata, bukan malah capai.
"Banyak orang pulang berwisata justru capai, kurang semangat, dan terkesan jadi malas. Tidak terjadi peningkatan kualitas hidup, karena banyak orang yang kurang tahu motivasi berwisata," kata Bob.
Dalam wisata wellness, mereka mengerti apa tujuan mereka berwisata. Mereka yang semula kurang produktif dalam bekerja, tapi setelah berwisata mereka benar-benar tertantang untuk mengubah kondisi itu.
"Mereka akan lebih semangat, baik, dalam bekerja maupun dalam belajar. Mereka juga dapat inspirasi dan semangat baru. Jadi, itu sebenarnya makna hakikat berwisata," tutur Bob.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Potensi Wellness Tourism
Soal potensi wisata wellness, Bob mengatakan sangat besar. Indonesia memiliki banyak sekali kearifan lokal yang bisa dijadikann wellness tourism, seperti kuliner, pembuatan jamu, membuat jamu sendiri, dan lain-lain.
"Indonesia juga punya kearifan lokal yang gerakannya seperti yoga. Itu sempat saya lakukan dan lihat saat di Jawa Tengah. Ada gerakan-gerakan yang saya lakukan yang selama ini belum pernah saya lakukan. Jadi di wellness tourism itu juga ada prosess belajarnya juga," tutur Robert.
Hal senada diungkapkan oleh Nyoman Sukma Arida, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Perencanaan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Menurut Nyoman, Indonesia memiliki potensi wellness yang sangat besar. Hal itu karena Indonesia terdiri dari banyak daerah.Â
"Saat ini saja di Bali sudah ada yoga, spa, melukat, dan lain-lain yang dijadikan wellness tourism. Belum lagi dengan daerah-daerah lain. Jadi, secara sporadis produk ini sudah ada sejak lama. Namun, namanya atau lebelnya datang dari Barat," ungkap Nyoman, lewat pesan suara kepada Liputan6.com, Sabtu, 16 Januari 2022.
Di Bali sudah lama wisatawan datang ke penyembuh-penyembuh tradisional atau healer. Boomingnya wellnes tourism ini salah satunya lewat novel berjudul Eat, Pray, and Love karya Elizabeth Gilbert. Novel itu kemudian difilmkan dengan judul yang sama yang tokoh perempuannya diperankan oleh Julia Roberts. Film ini booming sehingga mengundang penasaran orang.
Dalam film itu salah satu scenenya di mana tokoh itu mengejar kebahagiannya itu dari Italia, ke India, hingga ke Bali. Di Bali ia bertemu dengan satu pengobat tradisional. Di sana ia diberikan pencerahan tentang jalan hidupnya. Di sana ia menemukan kebahagiaannya dengan dengan yoga.
Tantangan ke depan, kata Nyoman, pelatih-pelatih yoga yang ada di Bali harus mempunyai standar internasional. Karena saat ini pelatih yoga di Ubud, misalnya, bukan dari Indonesia, tapi dari luar negeri.
"Banyak orang Bali yang mungkin pengetahuannya tentang yoga lebih luas dibandingkan dengan orang luar, tapi belum memiliki sertifikat internasional. Begitu juga dengan spa. Jangan sampai kita hanya jadi penonton," ujar Nyoman.
Â
Advertisement
Rekomendasi Wellness Tourism
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu sempat merekomendasikan lima destinasi rekomendasi wellnes tourism. Hal itu untuk kebugaran dan kesehatan.
Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. Selain menikmati keindahan bangunan peninggalan sejarah bergaya Jawa dan Eropa. Wisatawan juga bisa belajar tari tradisional Gambyong Retno Kusumo dan workshop membuat jamu.
The Yoga Barn, Ubud, Bali. Wisatawan dapat melakukan yoga dan meditasi, terapi aquatic bodywork atau sensasi pijat dalam air hangat, dan terapi melukis.
Rumah Atsiri, Karang Anyar, Jawa Tengah. Wisatawan bisa belajar tanaman aroma dan rekreasi pendidikan dan produksi minyak atsiri.
Pabrik Jamu Sido Muncul, Semarang, Jawa Tengah. Di tempat ini turis bisa mempelajari pembuatan jamu modern dan melihat sejarah panjang jamu Sido Muncul.
Nurkadhatyan Spa Ambarukmo, Yogyakarta. Wisatawan bisa menikmati spa tradisional khas keraton Yogyakarta.
Â
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement