Sukses

Kemenparekraf Tambah 3 Pusat Pengelolaan Sampah di Destinasi Wisata

Mau ada atau tidak ada pandemi, masalah sampah tetap akan ada di destinasi wisata. Kuncinya terletak pada pengelolaan sampah yang tepat dan konsisten.

Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata berkelanjutan menjadi konsep yang diunggulkan pemerintah sebagai bentuk adaptasi pada perubahan situasi pandemi. Salah satu aspek yang dipentingkan dalam konsep tersebut adalah pengelolaan sampah di destinasi wisata.

Saat ini Indonesia baru memiliki pusat pengelolaan sampah di lima objek wisata bahari. Sifatnya pun masih pilot project. Hal itu diklaim karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia.

"Lima pilot project tersebut berada di Danau Toba, tepatnya di Pantai Lumban Bulbul. Sementara di Bali di Pantai Kuta, di Banyuwangi di Pantai Pulau Merah, di Mandalika di Pantai Selong Belanak, dan di Labuan Bajo di Pantai Gorontalo," ujar Koordinator Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), M Tidar Hetsyaputra, dalam webinar pengelolaan sampah di destinasi pariwisata yang diselenggarakan Waste4Change, Kamis, 20 Januari 2022.

Menurut Tidar, dari lima pilot project tersebut, pemerintah berencana menambah pusat pengelolaan sampah serupa di tiga destinasi lain pada tahun ini. Tiga destinasi dimaksud adalah Likupang, Borobudur, dan Gorontalo.

"Jadi, ada delapan. Nah, kita harapkan dari pilot project ini akan bisa dicontoh oleh teman-teman pengelola destinasi pariwisata di sekitarnya," imbuh Tidar.

Tidar juga berharap dari pilot project tersebut akan mengundang partisipasi mereka yang bisa memiliki ilmu terkait pengelolaan sampah. "Kita memilih tempat (pengelolaan sampah) yang cocok dan milik Pemda dan pengelolanya untuk dapat melakukan pilot project ini," kata dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pendampingan Masyarakat

Dalam pengelolaan sampah tersebut, kata Tidar, pihak Kemenparekraf, menunjuk seseorang yang akan menjadi fasilitator lokal. Tugasnya untuk mendampingi masyarakat, mulai dari pembentukan unit pengelolaan sampah, cara mengelola sampah, hingga pendampingan implementasinya.

"Kami bersifat pendampingan. Kami akan mendampingi setahun penuh setiap lokasi. Jadi, nggak hanya satu dua kali kegiatan, lalu kami pergi. Pengelolaan sampah itu intinya kesadaran kalau tidak kontinyu akan susah," imbuh dia.

Tidar berkata, mau ada Covid-19 atau tidak, sampah akan tetap ada. Pihaknya akan menjadikan sampah sebagai sesuatu yang berharga dan dikelola agar menjadi berkah. Untuk itu, Kemenparekraf juga merangkul pihak luar untuk mengedukasi dan kampanye publik terkait penanganan sampah di destinasi pariwisata. 

 

3 dari 4 halaman

Pentingnya Menjaga Lingkungan

Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Agus Pahlevi mengatakan, pariwisata sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti sampah. Agus berkata, sampah itu tidak terlihat saja mengganggu, apalagi sampah yang terlihat. Ia mencontohkan sampah yang tak terlihat itu terkait dengan aroma sampah.

Untuk itu, pihaknya ikut serta dalam meminimalisasi timbulnya permasalahan sampah akibat aktivitas pariwisata. ASPPI mengadakan kegiatan sosialisasi dalam menjaga kenyamanan di destinasi pariwisata.

"Kami juga melakukan sosialisasai pentingnya menjaga lingkungan yang berkolaborasi dengan instansi maupun komunitas terkait. Kami juga melakukan pendampingan di beberapa desa wisata, terutama dalam hal menjaga keberlanjutan desa wisata sebagai daya tarik wisata unggulan Indonesia," tandas Agus.

4 dari 4 halaman

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat