Sukses

6 Fakta Menarik Situbondo, Punya Desa Wisata Blekok yang Jadi Juara ADWI 2021

Kampung Blekok di Kabupaten Situbondo merupakan salah satu ekowisata yang memiliki atraksi ribuan ekor burung bangau.

Liputan6.com, Jakarta - Situbondo adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia, dengan pusat pemerintahan dan ibu kota kabupaten terletak di Kecamatan Situbondo. Kabupaten ini terletak di pesisir utara Pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha perikanan.

Dengan letak yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa-Bali, kegiatan perekonomiannya tampak aktif. Situbondo mempunyai Pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di Pulau Jawa. Pelabuhan itu dibangun oleh Daendels pada era kolonial Belanda.

Konon, Situbondo pada zaman dahulu merupakan suatu situ atau danau besar. Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa, Situbondo merupakan bagian dari konflik perebutan wilayah dan kekuasaan antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Blambangan. Di daerah inilah diyakini Perang Paregreg sebagai bagian dari kehancuran Majapahit terjadi.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Situbondo. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Situbondo yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Asal-usul Nama Situbondo

Ada dua pendapat tentang asal nama Situbondo. Yang pertama, berdasarkan Legenda Pangeran Situbondo, yaitu Pangeran Aryo Gajah Situbondo. Makamnya bisa ditemukan di wilayah kota Situbondo.

Yang kedua, kata Situbondo berasal dari kata siti bondo, yang berarti tanah yang mengikat, untuk menegaskan bahwa daerah ini menarik setiap pendatang yang tiba untuk menetap di Situbondo. Hal tersebut dikaitkan dengan suatu keyakinan bahwa orang pendatang akan tertarik untuk menetap di tanah Situbondo.

2. Dusun Karang Kenek

Dusun Karang Kenek di Desa Olean, Kabupaten Situbondo menjadi salah satu dusun paling unik di Jawa Timur. Dusun ini dikenal oleh masyarakat luas karena mitos yang melingkupinya, yaitu di dusun tersebut hanya bisa dihuni oleh 26 kepala keluarga (KK).

Jika penduduk di dusun Karang Kenek lebih dari 26 KK, akan ada yang meninggal atau tidak betah tinggal di dusun itu sehingga memutuskan untuk pindah ke lain tempat. Mitos itu membuat dusun Karang Kenek kemudian dikenal juga sebagai dusun mistis. 

Hingga kini, kepercayaan bahwa Dusun Karang Kenek hanya bisa dihuni oleh sebanyak 26 kepala keluarga tetap ditaati oleh masyarakat setempat. Dusun ini kemudian dikenal dengan sebutan Karang Kenek 26 KK dan menjadi salah satu wisata andalan di Situbondo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Kampung Blekok

Kampung Blekok terletak di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Nama kampung itu berasal dari bahasa Madura yang artinya Kampung Bangau. Luas wilayahnya mencapai 6,3 hektare, dengan perkiraan jumlah tegakan mangrove sebanyak 12.600 pohon dengan tebal mangrove kurang dari 1 km.

Tidak hanya tanaman mangrove saja yang merupakan keanekaragaman hayati di Kampung Blekok, tetapi juga ada burung air jenis ardidae yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan burung blekok. Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati indahnya burung yang hinggap di hutan mangrove di sepanjang pantai, melalui jembatan kayu dan menara pandang yang telah disediakan.

Pengunjung juga bisa ikut menanam mangrove atau menelusuri hutan mangrove dengan menggunakan perahu milik warga sekitar yang disewakan. Kampung Blekok masuk dalam 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kampung Blekok bahkan terpilih menjadi juara 1 ADWI 2021 Kategori Desa Wisata Rintisan.

4. Ritual Ohjung

Ojhung (Ojung atau Ujung) adalah ritual tradisi dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, yang telah dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang Desa Bugeman. Ojhung adalah tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang dimainkan oleh dua orang. Kedua peserta ojhung bergantian memukul tubuh lawannya.

Peserta ritual ini kabarnya merupakan orang pilihan yang kebal pukulan. Ohjung merupakan ritual untuk mendatangkan hujan. Menurut kepercayaan mereka, ketika darah pemain menetes ke tanah, itulah pertanda permohonan mereka diterima oleh Yang Maha Kuasa.

Seusai pertunjukan Ojhung, panitia penyelenggara akan menggelar hiburan rakyat. Ada hiburan musik, kumpul bersama masyarakat desa dari wujud kebersamaan dan kekeluargaan, serta pengumuman pemenang perlombaan Ojhung sendiri.

3 dari 4 halaman

5. Kuliner Khas Situbondo

Ada berbagai makanan khas Situbondo. Salah satunya adalah Nasi Sodu. Sajian kuliner ini merupakan sepiring nasi dengan kuah gulai lawuh yang dicampur dengan kacang panjang. Terkadang dicampur pula dengan wortel dan buncis.

Lalu ada Rujak Petis. Rujak ini dimasak dengan menggunakan beberapa rempah dan dicampur dengan beragam sayuran yang membuatnya menjadi makanan menyehatkan dan nikmat. Rujak petis biasanya disajikan dengan beberapa irisan mangga muda, bengkoang, kedondong, dan berbagai tambahan lainnya seperti pisang muda dan petis udang.

Ada Sate Olean yang terkenal dengan teksturnya yang empuk dan rasanya yang lezat. Kelezatan sate ini berasal dari adanya resep khusus yang membuat Sate Olean bertekstur daging empuk.

Ada juga Tajin Palappa. Tajin adalah bahasa Madura dari kata bubur, sedangkan palappa artinya bumbu. Dengan kata lain, tajin palapa adalah bubur yang diberi bumbu khas yaitu campuran kacang, sayuran dan bumbu lainnya. Menu tajin palapa ini biasanya banyak tersedia di warung-warung kecil di pinggiran kota Situbondo. Kuliner khas lainnya dari Kabupaten Situbondo adalah Nasi Karak, Bakso Tekwoleh, Soto Situbondo, Sate Lalat, Ikan Bakar Asap dan masih banyak lagi. 

6. Taman Nasional Baluran

Taman Nasional Baluran adalah salah satu taman nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Namanya diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. Awalnya, kawasan taman nasional ini ditetapkan sebagai hutan lindung pada 1930 oleh Direktur Kebun Raya Bogor yang bernama K.W. Dammerman.

Statusnya kemudian diubah menjadi suaka margasatwa pada 1937. Status taman nasional diperoleh pada 6 Maret 1980 oleh Menteri Pertanian dan dikukuhkan lagi pada 1997 oleh Menteri Kehutanan. Di Taman Nasional Baluran terdapat 26 jenis mamalia. Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari taman nasional ini. Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung dan ada beberapa yang termasuk burung langka

Taman Nasional Baluran, terutama sangat terkenal dengan padang sabananya, Bekol dan Semiang yang eksotis bak sabana di Afrika. Ini membuat Sabana Bekol dijuluki sebagai Afrika-nya Jawa Timur. Mengunjungi Taman Nasional Baluran merupakan paket lengkap untuk menikmati alam. Di Taman Nasional ini, Anda bisa menyusuri hutan yang asri, pantai yang indah, dan sabana yang membentang luas.

4 dari 4 halaman

Lokasi wisata religi di Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.