Liputan6.com, Jakarta - Salah satu buah yang jadi favorit banyak orang adalah pisang. Mengonsumsi pisang sebagai pilihan buah sehari-hari mungkin sudah menjadi kebiasaan banyak orang di dunia, termasuk Indonesia.
Pisang terbilang mudah didapat dan harganya sangat terjangkau. Tapi berbeda hal dengan masyarakat Ethiopia. Mereka ternyata lebih sering mengonsumsi buah bernama enset sebagai pengganti pisang.
Buah ini memilik bentuk dan warna yang memang mirip dengan pisang. Bahkan, buah unik ini tubuh subur di Afrika, sehingga menjadi bahan makanan pokok.
Advertisement
Baca Juga
Melansir BBC, Selasa (25/1/2022), meski tampak serupa, Anda bisa dengan mudah membedakan enset dengan pisang. Enset memiliki bentuk “tubuh” yang lebih pendek dibanding pisang, berwarna kuning-kemerahan, dan bertekstur lebih padat.
Uniknya, buah ini hanya tumbuh di Ethiopia. Enset tidak bisa langsung dimakan begitu saja. Batang dan akarnya dapat difermentasi untuk membuat bubur, serta roti. Sekitar 20 juta warga Ethiopia mengandalkan enset sebagai makanan pokok mereka.
Namun, buah ini belum dibudidayakan di tempat lain selain di benua Afrika. "Ini adalah tanaman yang dapat berperan sangat penting dalam mengatasi ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan," jelas Dr. Wendawek Abebe dari Hawassa University di Awasa.
Dalam penelitian yang dipublikasikan Environmental Research Letters, para ilmuwan mengatakan bahwa enset punya potensi menjadi makanan pokok untuk empat dekade ke depan. Enset bisa memberi makan lebih dari 100 juta orang dan meningkatkan ketahanan pangan, seperti di Ethiopia, Kenya, Uganda dan Rwanda.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bisa Dipanen Kapan Saja
Peneliti Dr James Borrell dari Royal Botanic Gardens Kew menambahkan, "Anda bisa menanamnya kapan saja, dan memanennya kapan saja. Itu sebabnya mereka (masyarakat Ethiopia) menyebutnya pohon melawan kelaparan di Afrika."
Melansir Permaculture News, enset adalah tanaman yang sangat tinggi. Tanaman ini memiliki tinggi 12 meter, dan seluruhnya merupakan bahan tanaman lunak, serta batang dengan tebal hampir satu meter.
Pohonnya terlihat seperti tanaman bawang raksasa yang dengan batang bulat besar membentang menjadi mawar daun berbentuk bulan sabit sepanjang tiga meter. Produk utamanya adalah bagian lunak enset yang bertepung dari "pseudo-stem."
Kemudian, difermentasi dalam bundel besar, terkubur di bawah tanah selama 3-6 bulan untuk menghasilkan "kocho" makanan pokok seperti roti. Masyarakat Ethiopia biasa menyantapnya dengan susu, keju, kubis, daging, atau kopi.
Advertisement
Penghasil Kopi
Di sisi lain, penelitian terbaru menunjukkan kepunahan kopi akan terjadi dalam satu abad ke depan. Tercatat 60 persen spesies kopi liar berada dalam ancaman kepunahan, demikian lansiran Forbes berdasarkan studi Science Advances.
Dilansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, salah satu yang terancam punah adalah Arabika yang merupakan bagian dari 60 persen produksi global. Negara-negara yang mengandalkan komoditas kopi akan terimbas. Salah satunya adalah Ethiopia yang 60 pendapatan ekspornya berasal dari kopi.
Pendapatan 15 juta orang di negara itu bergantung pada kopi. Lebih lanjut, 80 persen penanam kopi berasal dari negara belum berkembang. Di Ethiopia, jumlah lokasi tumbuhnya tanaman kopi Arabika dapat berkurang hingga 85 persen pada 2080, dan hingga 60 persen lahan cocok tanamannya menjadi tidak lagi subur pada akhir abad ini, kata para ilmuwan.
Ethiopia adalah eksportir kopi terbesar di Afrika, di mana nilai ekspornya menembus 1 miliar dolar AS (setara Rp 14,1 triliun) setiap tahunnya. Sekitar 15 juta orang di negara itu bekerja dalam sektor produksi kopi, di mana Arabika liar merupakan stok benih terpenting untuk industri terkait.
Tanaman Sayuran yang Cocok Ditanam di Lahan Sempit
Advertisement