Sukses

Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Berlanjutnya Tren Salju Buatan karena Krisis Iklim

Produksi salju buatan ini membuat Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 menghabiskan air yang cukup untuk dikonsumsi hampir 100 juta orang.

Liputan6.com, Jakarta - Meriah penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 terpaksa diisi suara mesin salju memekakkan telinga yang menyiapkan venue perlombaan di barat laut Beijing. Mesin ini ada di mana-mana, meniup salju melintasi lereng yang bakal menarik banyak pasang mata, lapor CNN, Senin (7/2/2022).

Tanpanya, tempat-tempat ini dikelilingi lanskap kering tidak berujung yang sama sekali tidak bersalju. Krisis iklim telah memaksa Olimpiade Musim Dingin jadi hampir 100 persen bergantung pada salju buatan, memperpajang tren yang terjadi di seluruh tempat olahraga musim dingin di seluruh dunia.

Hanya satu dari 21 kota tuan rumah Olimpiade Musim Dingin dalam 50 tahun terakhir yang memiliki iklim yang cocok untuk olahraga musim dingin pada akhir abad ini, sebuah studi baru-baru ini menemukan. Saat planet menghangat dan cuaca jadi semakin tidak menentu, salju alami "kurang dapat diandalkan" untuk olahraga musim dingin.

Fakta ini memaksa untuk lebih mengandalkan salju buatan. Tapi itu ada harganya, mengingat salju buatan manusia sangat padat sumber daya, membutuhkan energi dan air dalam jumlah besar untuk diproduksi di iklim yang semakin hangat.

Atlet juga mengatakan bahwa olahraga itu sendiri jadi lebih sulit dan kurang aman jika melibatkan salju buatan. Wilayah di sekitar tempat Olimpiade luar ruangan mengalami kekeringan ekstrem pada musim dingin ini. Tapi bahkan di tahun-tahun normal, itu tidak terlalu cocok untuk olahraga salju.

Rata-rata hujan salju tahunan di Yanqing, lokasi di mana lereng Alpine berada, dan Zhangjiakou, tempat banyak acara lainnya diadakan, termasuk biathlon, kira-kira 20 sentimeter. Kendati, catatan hujan salju lebih tinggi sempat dicatat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Produsen Salju

Perusahaan berbasis di Italia, TechnoAlpin, jadi pihak yang memproduksi salju buatan untuk menutupi empat lokasi luar ruang di sekitar Beijing. "Kami sangat bangga untuk mengatakan bahwa kami adalah satu-satunya perusahaan yang menyediakan sistem pembuat salju untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022," Michael Mayr, manajer area TechnoAlpin Asia, mengatakan.

Mayr mengatakan ini adalah pertama kalinya satu perusahaan ditugaskan menyediakan semua salju untuk Olimpiade Musim Dingin. Tapi, ada komponen penting untuk membuat salju yang juga tidak dimiliki beberapa tempat di Beijing, yakni suhu yang cukup dingin untuk membekukan air.

Di Beijing sendiri, hampir semua hari di bulan Februari selama 30 tahun terakhir berada di atas titik beku. Itu merujuk pada laporan Slippery Slopes yang dipimpin Loughborough University di London, baru-baru ini, tentang bagaimana krisis iklim memengaruhi Olimpiade Musim Dingin.

Sementara Yanqing dan Zhangjiakou merupakan tempat dengan ketinggian lebih tinggi dan lebih dingin. Suhu tertinggi rata-rata mencapai puncaknya di atas titik beku dan terendah bisa turun hingga sekitar -10 derajat celcius pada malam hari.

"Ada kemajuan teknologi baru-baru ini yang memungkinkan terjadinya pembentukan salju saat berada di atas titik beku," jelas Jordy Hendrikx, direktur Laboratorium Salju dan Longsor di Montana State University. "Ini bukan salju 'halus lembut' yang mungkin Anda pikirkan. Ini jauh lebih padat dan tidak terlalu lembut."

3 dari 4 halaman

Berbahaya untuk Atlet

Dengan 1,2 juta meter kubik salju yang dibutuhkan untuk menutupi sekitar 800 ribu meter persegi area kompetisi, menurut laporan Slippery Slopes, permintaan air di Olimpiade Musim Dingin tahun ini sangat besar. Komite Olimpiade Internasional (IOC) memperkirakan 49 juta galon air akan dibutuhkan untuk menghasilkan salju buatan.

Itu cukup untuk mengisi 3.600 kolam renang halaman belakang berukuran rata-rata, atau air minum sehari untuk hampir 100 juta orang. Atlet juga telah menyatakan keprihatinan tentang bahaya berlomba di salju buatan.

Pemain ski lintas negara Prancis Clement Parisse, pemenang medali perunggu di Olimpiade Pyeongchang 2018, mengatakan bahwa meski tidak jarang harus bertanding di arena salju buatan manusia, salju cenderung jadi sangat licin, yang menghadirkan tantangan tambahan.

Laura Donaldson, pemain ski gaya bebas dari Skotlandia yang berkompetisi di Salt Lake City pada 2002, sangat kritis terhadap salju buatan. "Jika pipa super gaya bebas terbentuk dari mesin pembuat salju di musim yang buruk, dinding pipanya padat, es vertikal dan lantai pipanya adalah es padat," kata Donaldson pada peneliti untuk laporan Slippery Slopes.

"Ini berbahaya bagi atlet, beberapa telah meninggal," ia menyambung. IOC tidak menghadapi tantangan ini sendirian. Salju buatan digunakan sebagai alat untuk memperpanjang musim ski di kompetisi dan di resor di seluruh dunia.

4 dari 4 halaman

Infografis Strategi Halang Covid-19 Demi Olimpiade Beijing 2022