Liputan6.com, Jakarta - Kenyamanan dan kemapanan bekerja tidak menjamin seseorang akan terus bertahan dengan pekerjaannya. Hal itu juga dialami oleh Angel, seorang alumni Purwadhika program UI/UX Design. Padahal ia telah berkarir sebagai seorang auditor di salah satu perusahaan akuntan publik dan juga akuntan di perusahaan milik pemerintah, dan dianggap telah memiliki karir idaman banyak orang.
Namun hal itu tidak menghentikan langkah Angel untuk mengejar passion nya untuk memulai karir di dunia digital. Awalnya selama menjadi auditor, Angel merasa waktunya terlalu banyak dipakai hanya untuk bekerja membuat Angel berpikir dan menemukan bahwa dirinya tidak ingin selamanya bekerja dengan cara yang seperti ini.
“Aku resign tuh karena aku ngerasa "Oh kayaknya waktu aku banyak banget kemakan gitu", aku pernah dulu kerja sampai jam 4 pagi, dan mostly setiap hari aku kerja sampai jam 10 malam, bayangin nggak mungkin kan gue kerja kayak gitu selamanya?" kata Angel. Setelah akhirnya Angel pindah menjadi akuntan di suatu perusahaan pemerintahan, Angel menyadari pekerjaannya saat itu bukanlah karir yang ingin Ia capai.
Advertisement
Baca Juga
Angel mengaku “Akhirnya aku pindah nih jadi akuntan, dan well aku kerja di pemerintahan waktu itu. Orang bilang sih oke banget lah ya di pemerintahan, udah settle, udah calon idaman mertua gitu deh. Tapi pada saat itu aku sadar satu hal, bahwa kerja itu gak cuman soal uang.
Tapi juga soal seberapa suka kah kita sama pekerjaan itu? seberapa dibutuhkan sih pekerjaan tersebut buat orang lain? dan juga seberapa bagus kita di bidang itu? Itu yang namanya ikigai dan pada saat itu aku ngerasa jadi akuntan itu bukan ikgai-ku. Jadi dari situ aku memutuskan untuk mencoba switching career.”
Dari situ akhirnya Angel mencoba mencari tahu pekerjaan apa yang kira-kira cocok untuknya, sampai akhirnya Angel tertarik untuk berkarier di industri digital karena melihat perkembangan pesat dari perusahaan-perusahaan startup di Indonesia, membuatnya yakin bahwa kebutuhan talenta digital di Indonesia pun akan terus meningkat.
Angel mengaku bahwa dirinya sempat “nyasar” dan mencoba kelas Data Science yang ternyata bukan hal yang dia sukai, sebelum akhirnya masuk kelas UI/UX Design.
“Aku cari di Google dan kebetulan Purwadhika muncul tuh paling atas, kemudian aku akses website purwadhika itu. Sebelum ke UI UX itu aku ikut kelas Data Science dulu dan setelah aku ikut kelas, menariknya aku menemukan bidang ini kayaknya ini bukan aku banget deh. Tapi, ya nggak apa apa, at least aku sudah mencoba, karena aku mengekspor gitu kira-kira apa sih yang aku suka.“ tutur Angel.
Dalam proses belajar di kelas UI/UX Design, Angel juga menceritakan bagaimana pengalaman yang Ia rasakan selama belajar di Purwadhika,“Selama di purwadhika, kurang lebih aku belajar 5 bulan dan itu selama pandemic, dimana di sini aku belajar banyak hal dari praktiksi langsung. Mulai dari UX Research, UX Design, hingga UI Design dan sebenarnya semua ilmu yang ada di Purwadhika itu kepake semua, bahkan sampai sekarang sih, aku masih suka ngubek-ngubek materi yang kemarin,” jelas Angel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Punya Mentor
Sebagai salah satu peserta dari program Job Connector Purwadhika ini, Angel mengaku selain programnya yang memang sangat intensif, program ini juga memberikannya persiapan untuk membangun portofolio yang dapat dibawa untuk melamar di berbagai perusahaan. Angel memberikan beberapa tips untuk mereka yang ingin switch career seperti dirinya.
“Sebagai career switcher, apalagi UI UX, pasti kita harus punya mentor. Mungkin ada orang yang belajarnya Dari YouTube, atau udemy dan sebagainya, it's good juga, cuman kalau kita belajar sendiri, kita gak tahu yang sudah kita pelajari itu benar atau salah.
Apalagi kalau tujuan kita adalah switching career, dimana apa yang kita pelajari ini pasti bakal kita bawa untuk melamar kerja, that's why sebagai seorang career switcher aku rekomen untuk punya mentor, ambil-ambil bootcamp, dan pilih mentor yang memang dia sudah berkecimpung di bidang yang langsung jadi nggak cuma teori.
Yang kedua, just believe in yourself aja, karena aku pernah merasakan ketika aku pengen switching career tapi kesempatan itu nggak ada, itu sangat menyedihkan sih sebenarnya. Banyak yang ditolak? ya nggak apa apa, tetep coba aja. Tapi tetap pastikan buat coba lihat ulang lagi portofolionya, siapa tahu memang ada yang kurang.
Jadi ketika ditolak ya udah kita boleh sedih, tapi jangan kelamaan. Bisa kita perbaiki dulu di portfolionya. Program Job Connector sendiri merupakan program full time training berdurasi 12-14 minggu dimana para siswa akan belajar secara intensif untuk bisa meraih karier sebagai Digital Marketer, Full Stack Web Developer, UI/UX Designer, dan Data Scientists.
Program ini bisa menjadi solusi untuk membantu mereka yang ingin memulai karier di dunia digital dan juga membantu perusahaan-perusahaan hiring partner mendapatkan talenta digital yang berkualitas.
Advertisement