Sukses

Hiasan Rumah Mirip Keset Kain Karya Desainer AS Masuk Vogue, Dituding Warganet Perampasan Budaya

Hiasan rumah mirip keset yang dirancang desainer AS itu menyulut kritik dari warganet yang berasal dari Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia, keset dari anyaman kain dengan motif tabrak warna mudah dijumpai. Selain penyerapannya lumayan baik, harganya bisa dibilang cukup terjangkau.

Penjual keset bisa ditemui di setiap pasar dengan harga di kisaran harga Rp10 ribu sampai Rp20 ribu untuk dua sampai tiga buah. Tapi, hal berbeda terjadi ketika perabot dengan desain mirip keset anyaman itu sampai ke majalah fesyen dunia Vogue.

Majalah fesyen itu menampilkan sosok desainer asal New York, AS, Elise McMahon, sebagai pembuat seri perabot dan hiasan rumah tersebut. Karyanya dideskripsikan sebagai produk ramah lingkungan dengan harga selangit.

Dilansir dari laman Vogue, salah satu karyanya adalah sebuah kursi yang dibanderol dengan harga 200 dolar AS atau sekitar Rp2,9 juta. Ada juga yang berupa hiasan dinding.

Hasil karyanya dipuji karena selain ramah lingkungan motifnya juga dianggap unik dan artistik. Namun saat rancangannya diketahui oleh masyarakat di kawasan Asia Tenggara, bukan pujian yang didapat.

Elise justru mendapat komentar bernada protes dari sejumlah warganet. Mereka melontarkan kecamannya, salah satunya lewat akun Instagram Elise yaitu @likemindedobjects.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Basahan

Sebagian besar menyebut rancangan perabot yang dibuat mirip dengan keset yang biasa dipakai di negara-negara Asia Tenggara, baik dari segi motif maupun warna. Selain di Indonesia, keset tersebut juga dikenal di Filipina dengan sebutan basahan.

Dalam beberapa komentar ekstrem, sejumlah warganet bahkan menuduh rancangan tersebut adalah bentuk lain dari praktik perampasan budaya. Hal seperti ini juga bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, beberapa hal yang dikenal sebagai budaya dan ciri khas yang identik dari negara-negara Asia banyak diaplikasikan ke berbagai produk yang dihargai cukup tinggi. 

3 dari 5 halaman

Tanggapan Elise

Mendapat banyak komentar pedas dari warganet Asia, Elise melalui akun Instagramnya menanggapinya dengan menyebut teknik pembuatannya terinspirasi dari teknik yang berkembang pada 1930an di Amerika Serikat. Ia mengaku tidak tahu sama sekali tentang motif atau desain dari berbagai produknya hampir sama dengan motif produk keset di beberapa negara Asia Tenggara.

"Saya baru tahu ada gaya basahan yang sangat menarik dari negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina berkat atensi kawan-kawan di media sosial. Saya sangat menghormati praktik pembuatan basahan, karena dengan sadar melibatkan proses daur ulang," tulis Elise dalam unggahannya di Instagram pada 11 Februari 2022.

Ia mengatakan proyek yang baru saja diumumkannya bertujuan untuk memotivasi dan membagikan info tentang limbah fesyen global kepada publik Amerika karena mereka punya kebiasaan membuang sampah yang buruk. Ia menyebut warga Amerika banyak membuat jutaan kain dan banyak di antaranya dibuang ke negara lain. 

Ia kembali menekankan bahwa teknik tenun yang dikembangkannya didasarkan pada sejarah di AS. Karena itu, ia ingin tahu lebih banyak sejarah teknik pembuatan keset yang ada di Asia Tenggara.

 

4 dari 5 halaman

Warganet Indonesia

Unggahan itu mendapat beragam komentar dari warganet, termasuk dari Indonesia. Sebagian besar kurang puas dengan pernyataan Elise.

Ada juga yang heran karena sama sekali tidak ada kata permintaan maaf dari Elise dalam unggahannya tersebut. "Dia berbangga hati membuatnya, kita udah menginjak-injaknya dari dulu," komentar seorang warganet.

"Seni memang abstrak untuk urusan harga, sampe masuk Vogue lagi hahaha," timpal warganet lainnya. "hahaha 10 ribu dapet 3 ini kalo deket rumahku persis gini," komentar seorang warganet dari Indonesia.

5 dari 5 halaman

Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion