Liputan6.com, Jakarta - Dunia dihadapkan dengan krisis iklim yang kian mengkhawatirkan dan berbagai pihak bahu membahu untuk memerangi kondisi ini. Menurut Data Plan International, peningkatan temperatur sebesar 1,5 derajat Celcius akan berdampak pada kehidupan 9,8 juta anak dan kaum muda.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, apabila peningkatan itu terus terjadi sampai 2025, maka perubahan iklim akan berimbas pada 12,5 juta anak perempuan kehilangan kesempatan merampungkan pendidikan. Krisis iklim jadi ancaman pada masa depan kaum muda, terutama perempuan.
Advertisement
Baca Juga
Merujuk dari kondisi tersebut, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) meluncurkan Girls Leadership Programme on Climate Change 2022. Program ini mengusung tema "Aksi Nyata Hadapi Krisis Iklim".
Program tersebut juga bertujuan mewadahi perempuan muda untuk terlibat dalam aksi nyata pengendalian perubahan iklim, mulai dari adaptasi hingga mitigasi. Girls Leadership Programme diagendakan berakhir pada 26 Mei 2022 mendatang.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti menyampaikan pihaknya percaya dan ingin mempromosikan peran kaum muda perempuan dalam memerangi krisis iklim. "Mereka bukan hanya kelompok rentan, tapi memiliki inisiatif dan menyuarakan keresahan yang sama, yakni perubahan iklim sudah menjadi krisis," jelasnya.
Lewat program ini, Dini menjelaskan pihaknya berharap dapat memperkuat jejaring dan aksi para perempuan muda ini. "Sehingga bisa terus berkontribusi pada upaya adaptasi iklim yang lebih besar," tambahnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
24 Girl Leaders
337 perempuan muda telah mendaftar lewat situs resmi Plan Indonesia. Sebanyak 40 di antaranya terpilih dan loloh ke tahap wawancara dengan juri.
Juri-juri tersebut meliputi Melati Riyanto Wijsen (Pendiri YOUTHTOPIA dan Gerakan Bye Bye Plastic Bags), Wafi Aulia (Alumni Girls Takeover 2019), dan Reflia Fitri (Youth Advisory Panel Plan Indonesia). Usai seleksi ketat, terpilih 24 girl leaders.
Mereka mewakili 23 Kabupaten/Kota dan 12 provinsi terpilih untuk mengikuti program ini. Para peserta akan menjalani sederet agenda, mulai dari Sesi inspiratif bersama Principal Mentor, Ir. Sarwono Kusumaatmadja, serial kelas kepemimpinan bersama mentor muda, dan kamp kaum muda.
Advertisement
Aksi Perangi Krisis Iklim
Ke-24 perempuan muda ini lantas akan mendapat seed grant sebesar Rp2 juta untuk beraksi nyata hadapi krisis iklim di lingkungannya. Mereka juga akan mempresentasikan hasil kegiatannya pada dialog interaktif di Mei mendatang.
Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim dan Menteri Lingkungan Hidup (1993--1998) Ir. Sarwono Kusumaatmadja sebagai principal mentor menjelaskan partisipasi kaum muda perempuan merupakan investasi yang baik dalam menghadapi krisis iklim. "Hal ini tidak berarti kita membebankan seluruh perjuangan menghadapi perubahan iklim kepada mereka," tambahnya.
"Namun, kita perlu mengapresiasi bahwa kaum muda perempuan Indonesia peduli dan sanggup mengambil peran terdepan dalam bumi yang hanya satu ini," terangnya.
Suara Didengar
Salah seorang wakil perempuan muda bernama Osin dari Lembata, NTT menyampaikan bahwa para perempuan muda Indonesia berharap suara mereka didengar dan upaya mereka didukung dengan kuat. "Kami berharap akan semakin banyak rekan yang bergerak bersama dalam menghadapi krisis iklim," jelasnya.
Sebagai penerus generasi bangsa, Osin menjelaskan mereka dapat hidup layak hingga tahun-tahun ke depan. 24 girl leaders akan mengikuti serangkaian kelas kepemimpinan (Girls Leadership Class) dengan mentor muda seperti Melati Riyanto Wijsen (Pendiri YOUTHTOPIA & Bye Bye Plastic Bags), Aeshnina Azzahra Aqilani (Co-Captain River Warrior), Rory Asyari (Jurnalis Senior), dan Swietenia Puspa Lestari (Pendiri dan Direktur Divers Clean Actions).
Plan Indonesia berharap adanya peningkatan pengetahuan kaum muda perempuan mengenai isu pengendalian perubahan iklim. Juga, kapasitas pendukung seperti kepemimpinan, komunikasi, problem solving, analytical thinking serta isu lainnya yang terkait dalam perubahan iklim seperti kesetaraan gender dan partisipasi.
Advertisement