Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita asal Penang, Malaysia bernama Christine (bukan nama sebenarnya)Â sedang menjalani proses persidangan menuju status bangkrut. Selama enam bulan terakhir, wanita yang bekerja sebagai perawat di Singapura ini gagal membayar utang-utangnya pada pihak bank, rentenir, dan kreditur.
Christine jadi korban dari skema penipuan online berkedok asmara. Wanita berusia 37 tahun ini menjakani sidang dengar pendapat pada 17 Februari 2022 untuk menyatakan dirinya bangkrut secara hukum dengan total utang sebesar 270 ribu dolar Singapura atau sekitar Rp2,7 miliar.
"Aku sebenarnya tak ingin dinyatakan bangkrut, tapi ini pilihan yang lebih baik bagiku saat ini," kata Christine sambil menangis saat menceritakan kisah kehidupannya, dilansir dari AsiaOne, 21 Februari 2022.
Advertisement
Baca Juga
Semuanya bermula saat ia tak bisa pula menemui keluarganya di Malaysia karena situasi pandemi. Ia lalu banyak menghabiskan waktu dengan membuka media sosial setelah selesai bekerja. Suatu kali ia menerima pesan singkat di akun Instagram miliknya.
Ia mendapat pesan dari seorang pria yang mengaku berusia 34 tahun, bekerja sebagai desainer interior di Vancouver, Kanada. Singkat kata, mereka mulai akrab dan merasa punya ketertarikan satu sama lain. Keduanya makin aktif berkirim pesan teks maupun suara.
Penampilan penipu itu terkesan cukup meyakinkan. Dia kerap mengirimkan gambar dan video kegiatannya, termasuk saat sedang makan atau bermain ski. "Dia terus mengatakan ‘kenapa kamu tidak mau mencari pasangan, kau tentu tak ingin tinggal sendirian di rumah tanpa keluarga," kenang Christine.
"Aku sebenarnya hanya ingin jadi teman karena pemikirannya yang terbuka, tapi ketika dia mengatakan ingin ikut denganku ke gereja, di saat itulah aku mulai menerimanya," lanjutnya.
Setelah tiga minggu berkenalan, pria itu mulai menawarkan investasi. Christine pun terpengaruh hingga bersedia menanamkan investasi sebesar 6.700 dolar Singapura atau sekitar Rp72,5 juta di bulan pertama. Namun, investasi pertamanya mengalami kerugian sampai 30 ribu dolar Singapura.
Pria Kanada tersebut berusaha menghiburnya dan menyarankan bahwa Christine bisa mendapatkan kembali 30 ribu dolar jika dia mau berinvestasi di platform miliknya. Ia bahkan memberikan bantuan dana 10 ribu dolar AS ke akun Christine untuk meyakinkan wanita tersebut untuk berinvestasi.
Pria itu bahkan berjanji untuk terbang langsung dari Vancouver ke Singapura pada Oktober lalu saat Christine menjalani operasi jantung. Christine pun luluh dan menanamkan uang sekitar 150 ribu dolar AS yang diperolehnya lewat pinjaman bank agar investasinya terus berjalan dan bisa mendapat keuntungan.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ingin Menarik Dana
Saat mendapat keuntungan sebesar 30 ribu dolar, sesuai dengan targetnya, ia mengaku ingin menarik semua investasinya karena merasa stres dengan segala utang pinjamannya. "Aku merasa sudah cukup karena waktu itu sebenarnya sudah bisa membayar semua hutangku. Aku bahkan mengatakan ingin putus dengannya," ucapnya.
Namun, pria itu menolaknya dan bahkan ingin mengakhiri hidupnya. "Dia mengatakan kenapa aku ingin meninggalkannya karena sudah melalui banyak hal dan masih punya masa depan," tambahnya. Pria itu juga menawarkan ingin berhenti dari pekerjaannya dan pindah ke Singapura untuk tinggal secara permanen. Christine kembali terpengaruh.
Ia pun berjanji tidak akan memutuskan hubungan mereka dan kembali menanamkan investasinya. Christine mendapatkan uang investasi tersebut dengan meminjam uang dari rentenir dan menjual mobilnya.
"Aku juga meminjam uang dari beberapa teman dan keluarga dengan alasan untuk hal yang sangat penting. Mereka semua bersedia meminjamkan karena sebelumnya aku tidak pernah meminjam uang," ujarnya. Ia juga tidak lagi membayar cicilan rumahnya di Malaysia.
Pada September lalu, Christine memberikan investasi terakhirnya yaitu sebesar 70 ribu dolar. Jadi, total ivestasinya sebesar 240 ribu dolar di platform milik pria Kanada tersebut. Ayah Christine sempat memperingatkan tentang investasinya dan memastikan apakah ia bisa menarik dananya.
Â
Advertisement
Makin Panik
Ayahnya kemudian mengirimkan sebuah artikel di media China tentang skena penipuan online berkedok cinta. Berita itu tentang wanita yang kehilangan uang sebesar 500 ribu dolar.
Yang membuatnya makin terkejut, ada foto pria yang merupakan pria yang selama ini berhubungan dengannya. Saat itu, Christine menyadari kekeliruannya. Platform investasi miliknya sulit diakses dan tidak bisa dibuka lewat aplikasi seperti Kraken, Gemini, atau Crypto.com.
Christine berusaha menghubungi pria tersebut, tapi dia tidak mau mengungkapkan soal investasinya. Pria itu bahkan mengatakan kecewa dengan sikap Christine yang terkesan menuduhnya telah menipunya. Christine makin panik dan berusaha menairk dana sebesar 140 ribu dolar di akun miliknya. Namun, ia tak bisa menarik dananya karena penarikan tidak bisa dilakukan secara online.
Ia kemudian mendapatkan bantuan dari pria tersebut untuk bisa menarik dananya secara online. Namun, pihak pengelola akun mengatakan, dana hanya dapat ditarik kalau ia menyetorkan dana sebesar jumlah akun yang dimilikinya. Itu berarti ia harus menanamkan investasi sebesar 240 ribu dolar lagi untuk bisa menarik uangnya.
Ia menyadari akunnya sudah dibekukan. Usai bertanya pada sebuah lembaga non-profit di Singapura yaitu Gaso, mereka memastikan Christine telah menjadi korban penipuan. Ia pun disarankan untuk tidak menambah investasinya.
Alasan Tetap Hidup
Pada September dan Desember lalu, Christine berada di titik terendah dalam hidupnya dan bahkan hampir bunuh diri. Pihak bank selalu menghubunginya setiap hari. Ia merasa stres sampai tidak berani lagi mengangkat telepon dari mereka. Ia berusaha mencari bantuan dari Debt Repayment Scheme tapi gagal karena utangnya lebih dari 150 ribu dolar.
Selama beberapa bulan ia berusaha melunasi utangnya semampunya. Ia mengambil pekerjaan paruh waktu dan menjalani pekerjaannya lebih lama lagi dengan tetap bekerja saat tanggal merah.Semua itu tidak cukup untuk membayar semua cicilan utangnya tiap bulan. Christine juga membuat laporan pada polisi tentang apa yang dialaminya.
Ia tidak berharap uang investasinya bisa kembali lagi. Ia hanya berharap, dengan membagikan ceritanya, orang lain tidak akan membuat kesalahan yang sama seperti dirinya.
"Aku menghadapi sebuah sindikasi besar, sulit untuk melawan mereka. Tapi saat aku merasa ingin bunuh diri, aku menyadari bisa membantu banyak orang dengan menbagikan ceritaku agar orang lain lebih waspada," tuturnya. "Hanya itu saja alasanku bisa tetap hidup saat ini. Aku tak ingin menyia-nyiakannya," pungkasnya.
Advertisement