Liputan6.com, Jakarta - Setelah beberapa tahun terakhir publik melihat robot barista, ekspansi perannya di bisnis F&B juga akan mencakup menggoreng ayam. Melansir Korea Joongang Daily, Kamis, 24 Februari 2022, sebuah robot akan memasak ayam goreng di cabang GS25, jaringan toko serba ada Korea Selatan, mulai April 2022.
GS Retail, yang menjalankan rantai toko serba ada GS25, mengumumkan telah menandatangani nota kesepahaman dengan start-up Robo Arete pada Rabu, 23 Februari 2022. Salah satu robot penggoreng ayam Robo Arete akan dipasang di sebuah cabang GS25, kendati belum disebut lokasinya.
Robo Arete adalah perusahaan rintisan yang didirikan pada 2018. Perusahaan ini mengembangkan robot penggoreng ayam untuk digunakan dalam rantai Robert Chicken-nya, yang hingga saat ini sudah memiliki enam cabang di seluruh Korea Selatan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam praktiknya, robot bertugas memasak ayam goreng, tetapi manusia tetap menerima pesanan dan mengemas makanan untuk dikirim. GS25 telah menawarkan ayam goreng dan nugget selama bertahun-tahun dengan manusia harus menggoreng semua potongan ayam beku.
GS Retail mengatakan, robot dapat mengambil alih sebagian dari pekerjaan itu dari tangan manusia. Setelah robot pertama mulai bekerja pada April 2022, pihaknya akan mengumpulkan umpan balik dari pemilik cabang dan pekerja paruh waktu untuk mengevaluasi efisiensinya.
Dengan asumsi respons positif, robot penggoreng ayam akan dikirim ke lebih banyak cabang. "Dengan memperkenalkan robot penggoreng ayam, kami berencana mengoperasikan cabang kami secara efisien, membuat memasak lebih aman, dan menyediakan makanan dengan kualitas yang konsisten," kata Kwon Young-hwan, kepala divisi makanan GS Retail.
Ia menambahkan, "Di era otomatisasi yang berkembang pesat saat ini, robot hanyalah salah satu dari jenis sistem pintar pertama yang berencana kami gunakan di toko serba ada.”
Di awal pandemi COVID-19, tepatnya pada Mei 2020, robot telah digunakan untuk memastikan jarak sosial di lokasi bisnis F&B di Negeri Ginseng. Salah satunya dipraktikkan sebuah kedai kopi di kota Daejeon.
Kanal Tekno Liputan6.com melaporkan, robot barista ditempatkan untuk melayani pelanggan. "Sistem kami tidak memerlukan input dari manusia, dari proses pesanan hingga pengiriman. Meja-meja juga disusun secara berjarak untuk memastikan kelancaran pergerakan robot, yang sesuai kampanye menjaga jarak," Lee Dong-bae, direktur penelitian di Vision Semicon, perusahaan penyedia robot barista itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sampai ke Indonesia
Robot barista juga sudah sampai di Indonesia. Salah satunya dihadirkan Otten Coffee, sebuah e-commerce kopi di Indonesia. Dalam keterangan pihaknya, beberapa waktu lalu, robot barista Otten Matic diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan industri kopi yang agresif dan berkelanjutan.
"Otten Coffee mendatangkan robot barista Otten Matic yang memungkinkan para pecinta kopi bisa menikmati seduhan kopi dan mendengar kisahnya dari berbagai single origin kopi nusantara," kata co-founder, sekaligus CEO Otten Coffee Jhoni Kusno.
Advertisement
Kritik terhadap Ayam Goreng Korea
Terlepas dari inovasi teknologi dalam bisnis F&B, ayam goreng Korea telah dikritik "hanya bermodal saus." Menurut kritikus makanan Hwang Kyo Ik, melansir Korea Times, kreasi saus ayam goreng yang menggila justru mengabaikan satu poin esensial: potongan ayam.
Pada November 2021, Hwang membuat serangkaian unggahan di Facebook-nya, mengklaim bahwa ayam goreng Korea terlalu mahal. "Ayam goreng Korea kurang enak. Kurang enak karena (potongan) ayamnya kecil-kecil," tulisnya.
Ia mengatakan, ayam goreng yang saat ini disajikan di restoran di Korea terbuat dari ayam broiler kecil dengan berat sekitar 1,5 kilogram. "Beberapa orang bersikeras bahwa ayam pedaging kecil ini rasanya lebih enak daripada ayam pedaging besar," ujar Hwang.
"Saya ingin tahu apakah mereka pernah mencoba ayam pedaging besar dengan berat sekitar 3 kilogram," imbuhnya.
Potongan Kecil tapi Mahal
Kritikus makanan ini juga mempresentasikan data dari Administrasi Pembangunan Pedesaan Korea Selatan, membandingkan ayam kecil dan besar. Laporan tersebut menyebut kenaikan biaya dan daging hambar sebagai masalah utama dalam memproduksi ayam kecil, sementara ayam besar dapat mengurangi biaya produksi hingga 20 persen.
Hwang mengatakan, konsumen ayam goreng Korea di negara lain menikmati ayam goreng yang dibuat menggunakan ayam berukuran lebih besar. "Ayam goreng Korea dinikmati bukan karena rasa dagingnya, tapi karena rasa sausnya. Itu juga mahal," katanya.
Hwang menambahkan bahwa konsumen Korea harus mengeluh tentang perusahaan yang menjual daging ayam kecil, tapi mahal. Ia mengaku akan terus jadi salah satu yang konsisten mengangkat masalah ini.
"Ketika saya mengatakan dalam sebuah wawancara beberapa tahun lalu bahwa (daging) ayam tidak berasa karena ukurannya yang kecil, saya menerima rentetan kritik online, seperti 'Hwang Kyo Ik tidak tahu makanan,' 'Orang Korea lebih suka ayam kecil,' dan 'Orang asing bilang ayam Korea itu enak,'" katanya.
Hwang mengklaim, beberapa orang cenderung dengan sengaja mengabaikan informasi ini. Mereka disebut "ingin percaya bahwa ayam goreng Korea, yang mereka makan saat beranjak dewasa, rasanya lebih enak daripada di negara lain."
Advertisement