Liputan6.com, Jakarta - Harga parfum premium baru-baru ini begitu meroket. Lonjakan ini berada pada level yang biasanya tak pernah terjadi untuk wewangian mewah.
Dilansir dari CNN, Minggu (6/3/2022), meroketnya harga parfum mewah berkaitan dengan perilaku konsumen di saat stres dan ketidakpastian. Harga eceran rata-rata untuk wewangian naik 15 persen pada 2021 dibandingkan dengan tahun 2020.
Advertisement
Baca Juga
Jumlah ini tiga kali lipat dari kenaikan rata-rata 5 persen selama dua tahun sebelumnya, menurut data terbaru dari perusahaan riset pasar NPD. "Inflasi umum belum tentu menjadi cerita di sini," kata Larissa Jensen, wakil presiden NPD dan penasihat industri kecantikan.
Jensen melanjutkan, "Kami mulai melihat gelombang pertumbuhan ini selama pandemi di mana konsumen bersedia menukar lebih banyak wewangian premium."
"Kami berteori bahwa orang-orang ingin memanjakan diri mereka dengan sedikit kemewahan selama masa-masa sulit ini," ungkapnya.
Wewangian ini dikatakan Jensen memungkinkan orang untuk melarikan diri untuk sejenak dan mengalami emosi yang berbeda. Pembeli di Amerika membayar lebih untuk semua jenis produk, seperti makanan, furnitur, pakaian, sepatu, dan mobil.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Permintaan Meningkat
Tidak terkecuali pembelian kecantikan dan perawatan diri lainnya. Penjualan wewangian meningkat pesat selama pandemi. Hal ini didorong oleh permintaan yang kuat untuk eau de parfum dengan harga lebih tinggi.
Eau de parfum merupakan parfum dengan persentase minyak wangi yang lebih tinggi yang membuat aroma bertahan lebih lama setelah dipakai. Melihat parfum saja (tidak termasuk pewangi untuk rumah), penjualan tahun lalu melonjak 52 persen dibandingkan 2020.
Dalam kategori tersebut, wewangian dengan harga lebih dari 175 dolar AS (Rp2,5 juta) lebih dari dua kali lipat dalam jumlah unit yang terjual pada 2021, kata laporan itu. Produsen wewangian ternama Estée Lauder Companies melihat tren itu tercermin dalam penjualannya, kata Stephane de La Faverie, presiden grup perusahaan.
Advertisement
Minat Konsumen
De La Faverie yang juga menjabat sebagai presiden merek global Estée Lauder dan AERIN, mengawasi portofolio wewangian prestise perusahaan termasuk Jo Malone London, Le Labo dan By Kilian serta wewangian Estée Lauder dan wewangian AERIN. Permintaan pada parfum mewah didorong oleh konsumen yang menginginkan aroma yang unik dan dibuat dengan bahan yang lebih halus.
"Kami sangat optimis bahwa minat terhadap wewangian mewah akan terus berlanjut berkat inovasi yang menarik, pasar wewangian baru yang merangkul sub-kategori ini dan konsumen selalu menginginkan sedikit kemewahan dalam hidup mereka," kata La Faverie.
Ia menyebut perusahaan tengah berupaya mendorong pembelian dengan beragam cara karena konsumen semakin tertarik pada wewangian yang lebih mewah. Pihaknya berusaha menawarkan insentif seperti uji coba melalui pengambilan sampel, pemberian hadiah, dan terlibat dengan mereka dengan cara yang dipersonalisasi melalui konsultasi virtual.
Buat Ukuran Kecil
Cara tersebut adalah strategi yang dimanfaatkan oleh layanan berlangganan parfum Scentbird. Pihaknya mengirimkan 450 ribu botol trial-size kepada pelanggannya seharga 15,95 dolar AS (Rp229 ribu) per bulan.
Ide ini untuk membantu pembeli menemukan kecocokan aroma yang tepat sebelum mereka membeli botol ukuran penuh. Pelanggan Scentbird melonjak 50 persen pada 2020, dibanding 2019, kata Bettina O'Neill, wakil presiden senior pengembangan bisnis, merchandising, dan grosir perusahaan.
Parfum prestisius biasanya memiliki konsentrasi minyak yang lebih tinggi dan menggunakan bahan baku yang lebih mahal, jelasnya. Sehingga, permintaan melonjak, demikian pula biaya produksi.
"Chanel No. 5 adalah salah satu contoh yang paling terkenal. Salah satu ramuannya adalah bunga langka," kata O'Neill.Â
Advertisement