Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan nama besar Paris Fashion Week, selalu ada cerita panjang yang menyertai. Gelaran ini menjadi salah satu pekan mode bergengsi yang menyuguhkan deretan koleksi dari desainer dan label legendaris dunia.
Dikutip dari Vogue.co.uk, Selasa (8/3/2022), termasyhur dengan sentuhan teatrikal dan adibusananya, Paris Fashion Week diprakarsai oleh Coco Chanel, Christian Dior, dan Karl Lagerfeld. Paris kerap disebut sebagai pusat mode hingga kota haute couture.
Sepenggal kisah mengiringi lahirnya peragaan busana di Paris. Di awal kelahiran mode Paris, desainer seperti Charles Worth (pada akhir abad ke-19) dan Paul Poiret (pada awal abad ke-20) bermain-main dengan kemungkinan menampilkan pakaian mereka secara langsung.
Advertisement
Baca Juga
Lady Duff-Gordon yang mendesain Lucile juga melaksanakan hal serupa di London. Poiret memutuskan untuk menggabungkan perdagangan dan sosialisasi dengan hadir memakai busana terbaik mereka. Salah satu yang paling mencuri atensi adalah pesta The Thousand and Second Night pada 1911. Kala itu, Poiret mempersembahkan lampshade dresses dan harem trousers.
Berlanjut di era 20-an dan 30-an, Paris menjadi rumah bagi nama-nama terkenal, mulai dari kesederhanaan Coco Chanel, eksperimen surealis Elsa Schiaparelli, hingga fluid draping Madeleine Vionnet. Pertunjukan tidak seperti pesta besar, malah jauh lebih kecil dan lebih individual.
Setiap rumah mode mempresentasikan koleksi mereka pada sejumlah model, di acara spesial khusus klien. Dengan kecemasan yang tinggi mengenai desain yang dijiplak, hingga semuanya dijaga ketat. Kala itu, tak ada jepretan kamera seperti era kini. Fotografer dilarang keras mengabadikan karya-karya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Setelah Perang Dunia Kedua
Usai perang dunia kedua, peragaan busana Paris kian teratur. Pada 1945, Chambre Syndicale de la Haute Couture menetapkan semua rumah couture harus secara musiman menghadirkan setidaknya 35 night and day pieces.
Pakaian hanya tersedia sesuai ukuran, dengan proses pemesanan dan pemasangan yang lama. Tak hanya di Paris, pengaruh industri mode lainnya juga datang dari New York. Perang mendorong dukungan dari desainer yang berbasis di AS pada Press Week pertama mereka pada 1943.
Pada 1947, koleksi pertama Dior, Corolle, dihadiri oleh sejumlah besar pers mode dan diizinkan untuk difoto. Semua diatur ulang, busana dengan siluet yang berlebihan. Tampilan Baru Dior adalah semua rok tebal, pinggang kecil dan feminitas yang disengaja. Selama beberapa tahun selanjutnya, Dior membantu mengarahkan perubahan garis dan bentuk pakaian perempuan, membangun kembali suasana Paris bersama Hubert de Givenchy, Pierre Balmain, dan Jacques Fath.
Pada 1960-an, nama lain muncul, yakni Yves Saint Laurent. Rumah mode ini meluncurkan lini prêt-à -porter pada 1966, termasuk setelan tuksedonya yang sangat disukai.
Saint Laurent mengisyaratkan perubahan suasana hati lainnya, fokusnya tertanam kuat dalam budaya anak muda (tercermin dalam koleksi 'space age' Pierre Cardin dan André Courrges, yang terakhir mendorong modelnya untuk bergerak secara alami, sesuai dengan pakaiannya). Lini siap pakainya mengarah pada kesuksesan.
Advertisement
Paris Fashion Week
Paris Fashion Week pertama resmi berlangsung pada 1973 dengan pembentukan Fédération Française de la Couture dan dibuka dengan Battle of Versailles Fashion Show. Pertarungan ini menyaksikan ketegangan bersejarah antara Paris dan mode New York dihidupkan di atas panggung ketika lima desainer Prancis terbesar diadu dengan lima orang Amerika yang tidak dikenal.
Acara penggalangan dana untuk merestorasi Istana Versailles ini menampilkan Yves Saint Laurent, Emanuel Ungaro, Christian Dior (saat itu dirancang oleh Marc Bohan), Pierre Cardin, dan Hubert de Givenchy dari tim Prancis. Mereka melawan Anne Klein, Halston, Oscar de la Renta, Bill Blass, dan Stephen Burrows mewakili Amerika. Terlepas dari pertunjukan dramatis, termasuk rhino-led caravans dan kereta labu gaya Cinderella dari Prancis, tim Amerika menampilkan barisan model yang didominasi Afrika-Amerika dan penampilan Liza Minnelli, dan diterima secara luas sebagai pemenang.
Sejak saat itu, pertunjukan menjadi lebih berani, dari ekstravaganza 1984 Thierry Mugler di stadion Le Zenith dengan 6.000 penonton hingga bra berbentuk kerucut Jean Paul Gaultier yang memulai debutnya pada tahun yang sama. Ini dibuat terkenal oleh Madonna ketika dia mengenakan desainnya untuk tur Blonde Ambition World 1990-nya.
Kebangkitan referensi diri Chanel di tangan Karl Lagerfeld pada 1980-an menghasilkan banyak momen runway yang tak terlupakan. Sementara, pembentukan gelombang baru desainer Jepang, termasuk Yohji Yamamoto dan Comme Des Garçons, menghasilkan cara berpikir revolusioner dalam hal gaya.
Berkembang
Tahun 1990-an terjadi ekspor desainer Inggris ke Paris, dari John Galliano, yang menjadi direktur artistik di Dior pada 1996, hingga Alexander McQueen di Givenchy (1996--2001). Pada Juli 2019, Stella McCartney bergabung dengan grup mewah Prancis LVMH untuk meningkatkan pertaruhan dalam mode kelas atas yang berkelanjutan.
Hari ini, pertunjukan Paris lebih dramatis dari sebelumnya. Karena set yang dibuat khusus kini menjadi norma bagi banyak merek, Paris Fashion Week telah melihat latar belakang yang mereplikasi stasiun kereta api dan supermarket, bandara, dan komidi putar.
Banyak dari pengaturan ambisius ini datang dari masa jabatan mendiang Karl Lagerfeld di Chanel, setiap musim berusaha untuk menjadi yang teratas. Di tempat lain, ada Louis Vuitton, Balenciaga, dan Rick Owens menyuguhkan teaterikal serta yang terakhir mempersembahkan ransel manusia untuk pertunjukan SS16-nya.
Advertisement