Sukses

Penasihat Seks Rilis NFT Rahim Saat Hari Perempuan Internasional

Ada dua set koleksi NFT yang dirilis seorang penasihat seks dalam peringatan Hari Perempuan Internasional.

Liputan6.com, Jakarta Seorang penasihat seks dan keintiman di Singapura menambah panjang daftar individu yang bergabung dengan non-fungible token (NFT). Ini dilakukannya dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret.

Melalui Academy of Relationships and Sex (ARAS) dan bekerja sama dengan artis lokal MOKO, penasihat keintiman bersertifikat Angela Tan meluncurkan dua set koleksi NFT. Aset digital itu disebut terinspirasi dari rahim, Mothership melaporkan, Rabu (9/3/2022).

"Kami ingin merayakan dan menghargai peran rahim sebagai tempat yang aman di mana kami pertama kali diasuh, tempat di mana semua manusia diciptakan," tulis mereka di situs web akademi.

Set pertama, "Floral Matrix," dibuat sendiri dan memiliki harga dasar 0,002 ETH (6,89 dolar Singapura atau setara Rp72 ribu). Sedangkan "Womb of Life," set kedua, memiliki harga dasar 0,075 ETH (258,32 dolar Singapura atau setara Rp2,7 juta).

Sebagian dari hasil penjualan NFT akan digunakan untuk mendukung LSM yang bekerja memberantas kemiskinan atau kurangnya akses ke produk menstruasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua set koleksi tersebut menggambarkan rahim dengan unsur flora.

"Seni ini mengeksplorasi gagasan bahwa rahim adalah tanah paling subur tempat kehidupan berkembang," kata ARAS.

Akademi, yang didirikan Tan sebagai ruang di mana individu dan pasangan dengan masalah hubungan dan keintiman dapat berkonsultasi, mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah menghilangkan hal-hal negatif seputar tubuh wanita dan fisiologi alaminya.

"Label seperti 'haid itu memalukan' atau 'darah haid itu kotor' berkontribusi pada bagaimana wanita merasa tidak layak atas kewanitaannya," kata ARAS.

Pikiran seperti itu, kata Tan, menghadirkan tantangan bagi keintiman dan koneksi dalam hubungan.

Lebih dari satu abad sudah dunia menandai 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. BBC melaporkan, Hari Perempuan Internasional tumbuh dari gerakan buruh, hingga akhirnya jadi peringatan tahunan yang diakui PBB.

Gerakan ini dimulai pada 1908, ketika 15 ribu perempuan turun ke jalan-jalan kota New York, Amerika Serikat (AS), dengan beberapa tuntutan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Tuntutan Para Perempuan

Tuntutan-tuntutan itu antara lain jam kerja yang lebih pendek, gaji lebih baik, dan hak untuk memilih. Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.

Seorang aktivis komunis dan pembela hak-hak perempuan, Clara Zetkin, kemudian mengusulkan pembentukan hari internasional. Ia mengajukan idenya ke Konferensi Internasional Perempuan Pekerja di Kopenhagen pada 1910.

3 dari 5 halaman

Belum Punya Tanggal Peringatan

Kala itu, ada 100 perempuan dari 17 negara yang menyetujui penetapan Hari Perempuan Internasional dengan suara bulat. Hingga akhirnya itu benar dirayakan untuk pertama kali pada 1911 di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss.

Sementara akar politik dari perayaan ini berarti aksi protes diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran akan ketidaksetaraan yang berkelanjutan. Gagasan Clara untuk Hari Perempuan Internasional tidak memiliki tanggal pasti.

Momentum ini tidak diformalkan sampai pemogokan masa perang pada 1917, ketika perempuan Rusia menuntut "bread and peace," empat hari setelah pemogokan. Kaisar dipaksa turun takhta dan pemerintah sementara memberikan hak pilih pada perempuan.

4 dari 5 halaman

Simbol Warna

Aksi mogok dimulai pada 8 Maret, membuatnya kemudian diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional sampai hari ini. Sementara ungu, hijau, dan putih adalah warna peringatan ini, menurut situs Hari Perempuan Internasional.

"Ungu melambangkan keadilan dan martabat. Hijau melambangkan harapan. Putih melambangkan kemurnian, meski konsepnya kontroversial. Warnanya berasal dari Serikat Sosial dan Politik Perempuan (WSPU) di Inggris pada 1908," kata mereka.

5 dari 5 halaman

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia