Liputan6.com, Jakarta - Satu per satu negara siap membuka pintu perjalanan luar negeri. India menambah daftar negara yang akan mengizinkan penerbangan internasional terjadwal mulai Minggu, 27 Maret 2022.
Dikutip dari Times of India, Kamis (10/3/2022), pembukaan ini dilakukan setelah dua tahun penerbangan internasional ke India ditangguhkan. Selama itu, mereka menggunakan skema gelembung yang 'mahal' dengan 37 negara tujuan utama untuk memastikan konektivitas global selama periode ini.
Dimulainya kembali penerbangan reguler karena lebih banyak konektivitas atau pilihan yang mengarah ke tarif yang lebih rendah. Namun, invasi Rusia ke Ukraina akan membayangi ekspektasi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Pejabat tinggi industri perjalanan menyebut tarif penerbangan reguler pasti akan jauh lebih rendah daripada biaya bubble yang mahal. Namun, mereka tidak mungkin mendekati level sebelum pandemi karena minyak mentah kini mendekati 140 dolar AS (Rp2 juta) dan rupee telah jatuh di bawah angka 77 terhadap dolar AS.
Harga bahan bakar jet secara global berada pada level tertinggi selama 14 tahun. Juga beberapa maskapai asing tidak melintasi wilayah udara Rusia sehingga mereka harus mengambil rute yang lebih panjang, seperti Delhi-London di British Airways dan Delhi-New York di United, atau membatalkan rute seperti United yang menangguhkan Delhi-San Francisco dan Mumbai-Newark.
Mengambil rute yang lebih panjang dengan jarak yang sangat jauh atau jauh ketika bahan bakar sangat mahal menjadi tidak layak secara ekonomi.
"Setelah musyawarah dengan para pemangku kepentingan dan memerhatikan penurunan kasus Covid, kami telah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan internasional mulai 27 Maret (mulai jadwal musim panas). Pengaturan Air Bubble juga akan dicabut setelahnya," cuit Menteri penerbangan Union J M Scindia, Selasa, 8 Maret 2022.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Persiapan
Kementerian penerbangan mengatakan "operasi internasional harus tunduk pada kepatuhan ketat terhadap pedoman kementerian kesehatan (saat ini)." India telah menangguhkan penerbangan internasional reguler pada 23 Maret 2020.
Rencana untuk melanjutkannya pada 25 Desember 2021 harus ditunda karena Omicron. Maskapai penerbangan India dan asing telah memulai persiapan untuk menambah penerbangan.
Lufthansa (LH) Group saat ini memiliki 22 penerbangan mingguan di Swiss dan LH antara Frankfurt, Munich dan Zurich, serta Delhi, Mumbai dan Bengaluru. Ini akan meningkatkan jumlah penerbangan mingguan menjadi 28 jadwal pada bulan depan, 33 di Mei ketika Chennai akan kembali ke jaringan, 39 pada Juni dan 42 pada Oktober, kata seorang pejabat.
Advertisement
Air Bubble
Perjanjian internasional Air Bubble dengan tujuan utama untuk turis dan diaspora seperti Amerika Utara, Inggris, UEA, dan Jerman membuat India tetap terhubung dengan dunia selama Covid. Hal ini dengan pembatasan ketat tentang siapa yang dapat menerbangkan maskapai mana ke mana.
Kembalinya penerbangan reguler berarti orang dapat kembali dengan bebas memilih koneksi yang paling terjangkau, seperti one-stop melalui hub terdekat di luar negeri seperti yang biasa mereka lakukan sebelum Covid. Kawasan Teluk menyumbang lebih dari sepertiga dari semua perjalanan ke dan dari India karena lalu lintas transit yang tinggi di maskapai besar di sana.
Tarif Penerbangan
Mereka juga dapat memilih nonstop yang mengenakan biaya lebih untuk kenyamanan yang mereka tawarkan. Soal tarif, Sekretaris bersama Federasi Agen Perjalanan India Anil Kalsi mengatakan, "Misalnya, tarif pulang rata-rata ekonomi Delhi-Dubai-Delhi sebelum Maret 2020 dulu sekitar Rs 20.000 (Rp3,7 juta)."
"Selama Covid, penerbangan air bubble terbatas melihat angka ini mencapai Rs 80.000-90.000 (Rp15 juta--Rp16,8 juta). Kini bisa turun menjadi Rs 30.000 (Rp5,6 juta) karena kapasitas meningkat setelah 27 Maret," tambahnya.
Seorang pejabat senior sebuah maskapai penerbangan India mengatakan tarif rata-rata ekonomi India-London-India dulu 55.000-60.000 rupee (Rp10,3 juta--Rp11,2 juta) sebelum Covid. Angka ini naik menjadi lebih dari Rs 1,5 lakh (Rp28,1 juta) di bawah skema penerbangan bubble terbatas dan menurun hingga Rs 75-85.000 (Rp14 juta--Rp15,9 juta) saat ini.
Advertisement