Liputan6.com, Jakarta - Dua anak Ukraina disambut hangat ketika mereka tiba di sekolah baru di Italia. Keduanya melarikan diri dari Lviv, sebuah kota di Ukraina Barat yang terletak di dekat perbatasan Polandia.
Dikutip dari People, Kamis (17/3/2022), dua anak Ukraina ini menerima dukungan saat mereka berjalan bersama ke sekolah baru, menurut CNN, yang memperoleh rekaman momen mengharukan yang juga dibagikan secara luas di media sosial. Hari itu, "ratusan guru dan siswa" di Institut Don Milani di Naples berkumpul untuk menyambut Dimitri (8) dan Victoria (10) menurut MSNBC.
Advertisement
Baca Juga
Rekaman menunjukkan anak-anak berjalan ke ruangan yang penuh sorak-sorai dan tepuk tangan. Beberapa siswa bahkan membawa bendera Ukraina dan ada juga balon biru dan kuning yang tergantung di langit-langit.
Anak-anak ini pindah ke Italia bersama ibu mereka setelah Rusia menginvasi Ukraina, CNN melaporkan, mengutip Maria Barone, kepala sekolah. Barone mengatakan nenek mereka juga tinggal di negara Mediterania.
Sejak Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022, lebih dari 3 juta orang telah meninggalkan negara itu, menurut PBB. Setengah dari mereka yang pergi adalah anak-anak.
"Setiap hari, selama 20 hari terakhir, di Ukraina lebih dari 70.000 anak menjadi pengungsi," kata juru bicara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa James Elder, Selasa, 15 Maret 2022. "Itu setiap menit, 55 anak melarikan diri dari negara ini."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi
Rincian pertempuran berubah dari hari ke hari, tetapi ratusan warga sipil telah dilaporkan tewas atau terluka, termasuk anak-anak. Jaksa Agung Ukraina Irina Venediktova menyebut pada Rabu, 16 Maret 2022 bahwa setidaknya 103 anak telah tewas dan 100 lainnya terluka dalam perang yang sedang berlangsung, menurut The Washington Post.
Meskipun angka pastinya sulit ditentukan karena kekerasan yang sedang berlangsung, kantornya memperingatkan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan jauh lebih tinggi. Sebagian besar anak-anak tewas di kota Ukraina Kyiv, Kharkiv, Donetsk dan Kherson, kata kantor kejaksaan.
Pihaknya mencatat bahwa bom dan penembakan Rusia telah merusak lebih dari 400 lembaga pendidikan, termasuk sekolah, dan 59 di antaranya hancur. Rusia telah berulang kali membantah menargetkan situs sipil.
Advertisement
Pantang Mundur
Invasi yang diperintahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin telah dikecam di seluruh dunia dan menimbulkan sanksi ekonomi yang semakin berat terhadap Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam beberapa minggu terakhir telah menyerukan pembicaraan damai yang sejauh ini tidak berhasil.
Zelenskyy juga mendesak negaranya untuk melawan. Putin menegaskan Ukraina memiliki hubungan bersejarah dengan Rusia dan dia bertindak demi kepentingan keamanan terbaik negaranya.
Sikap Ukraina
Zelenskyy bersumpah untuk tidak tunduk. "Tidak ada yang akan menghancurkan kami, kami kuat, kami orang Ukraina," katanya kepada Uni Eropa dalam pidato di hari-hari awal pertempuran.
Ia menambahkan, "Hidup akan menang atas kematian. Dan terang akan menang atas kegelapan."
Advertisement