Liputan6.com, Jakarta - Otoritas kesehatan di Korea Selatan (Korsel) telah menginstruksikan beberapa krematorium untuk membakar lebih banyak jenazah per hari. Mereka juga memerintahkan rumah duka agar menambah lebih banyak lemari es guna menyimpan mayat di tengah peningkatan jumlah kematian akibat Covid-19.
Upaya itu dilakukan Korea Selatan untuk menghadapi wabah corona Covid-19 yang semakin meningkatkan jumlah kasus rawat inap dan kematian. Terlebih lagi adanya dorongan varian omicron yang lebih menular dengan cepat.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Japan Today, Rabu, 23 Maret 2022, mulai pekan lalu, para pejabat telah mengizinkan 60 krematorium di berbagai penjuru Korsel untuk beroperasi lebih lama. Hal itu mampu meningkatkan kapasitas gabungan mereka dari sekitar 1.000 menjadi 1.400 kremasi per hari.
Namun, cara itu belum memadai untuk mengurangi tumpukan mayat yang menunggu dikremasi di wilayah metropolitan Seoul. Antrean terjadi di beberapa rumah duka yang membuat pemakaman menjadi mengantre. Wilayah itu merupakan rumah bagi setengah dari 52 juta warga Korea Selatan dan pusat wabah Covid-19.
Son Youngrae selaku pejabat senior Kementerian Kesehatan mengatakan, para pejabat akan menginstruksikan krematorium-krematorium regional untuk meningkatkan operasional tungku mereka dari lima kali menjadi tujuh kali sehari. Mereka juga meminta untuk bisa menerima reservasi dari luar wilayah agar mengurangi simpanan di wilayah Seoul.
Sebagai rinciannya, terdapat 1.136 rumah duka di negara itu, baik di rumah sakit dan fasilitas lainnya yang saat ini mampu menampung sekitar 8.700 mayat. "Ada perbedaan regional dalam kematian Covid-19 karena berbagai faktor seperti jumlah populasi lansia di setiap komunitas. Ada juga perbedaan kapasitas kremasi yang dapat ditangani setiap wilayah," ujarnya.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lonjakan Omicron
Lonjakan omicron di Korea Selatan secara signifikan lebih besar dari yang diperkirakan oleh otoritas kesehatan pemerintah. Itu dibuktikan dari adanya laporan sebanyak 384 kematian Covid-19 baru pada Selasa lalu.
Hari keenam berturut-turut lebih dari 300 termasuk rekor 429 pada hari Kamis. Tidak hanya itu, jumlah pasien virus dalam kondisi serius atau kritis mencapai 1.104.
Hampir 70 persen unit perawatan intensif yang ditunjuk untuk perawatan Covid-19 ditempati. Petugas kesehatan mendiagnosis 353.980 infeksi baru dalam 24 jam terakhir, turun dari tertinggi satu hari Kamis di lebih dari 621.000, tetapi negara itu biasanya melaporkan jumlah kasus yang lebih besar pada pertengahan minggu.
Advertisement
Kemungkinan Penyebaran
Komisaris Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Jeong Eun-kyeong mengatakan, kemungkinan penyebaran berkepanjangan disebabkan karena subvarian Omicron yang sangat mudah menular, yang dikenal sebagai BA.2.
Korea Selatan memiliki tingkat kematian Covid-19 yang jauh lebih rendah dalam kaitannya dengan ukuran populasi daripada Amerika Serikat atau banyak negara Eropa dengan tingkat vaksinasi tinggi. Menurut beberapa ahli, Korea Selatan kemungkinan berada di ambang lonjakan rumah sakit yang berbahaya, mengingat interval berminggu-minggu antara infeksi, rawat inap, dan kematian.
"Rumah duka sudah merasakan krisis. 13 aula pemakaman rumah sakit hampir selalu terisi penuh dalam beberapa pekan terakhir. Keluarga sering terpaksa tinggal satu atau dua hari lebih lama dari proses pemakaman tiga hari biasa karena kremasi yang lambat. Bahkan ketika ada aula terbuka, itu akan dipesan dalam waktu satu jam," terang Jeing Eun-kyeong. (Natalia Adinda)
Son of Omicron
Lonjakan kasus COVID-19 di Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris terjadi setelah Son of Omicron terdeteksi di negara-negara tersebut. "Peningkatan angka kasus COVID-19 di Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris terjadi bersamaan dengan terdeteksinya subvarian Omicron BA.2," mengutip Review Peningkatan Kasus COVID-19 di Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris yang dirilis Kemenkes pada 14 Maret 2022.
Dalam review tersebut juga dijelaskan bahwa Omicron subvarian BA.2 memiliki tingkat transmisi lebih tinggi, efektivitas vaksin lebih rendah, tapi tidak ada perbedaan gejala klinis dibandingkan BA.1. Seperti di Hong Kong, peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Korea Selatan juga terjadi seiring adanya peningkatan BA.2.
"Sejak awal tahun 2022 Omicron mulai mendominasi. Meski BA.1.1 masih dominan, BA.2 mulai meningkat hingga Februari 2022," tulis kajian tersebut, melansir kanal Health Liputan6.com.
Sejak awal Februari hingga 12 Maret 2022 peningkatan kasus terlihat sangat signifikan bahkan sempat melampaui angka 350.000. Akibatnya, kasus meninggal di Korea Selatan pun ikut meningkat dan yang tertinggi terjadi pada kelompok lansia 80 tahun ke atas.
Advertisement