Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, meresmikan program 'Rendang Goes to Europe' di Bali pada 24 Maret 2022. Namun kabar gembira ini menimbulkan polemik dan membuat kecewa salah seorang ahli kuliner. Alasannya, peresmian 'Rendang Goes to Europe' yang tidak dilakukan di Sumatra Barat.
Ahli kuliner Reno Andam Suri yang juga penulis buku 'Rendang Traveler: Mengingkap Bertuahnya Rendang Minang dan Lagecy to The World - Minang Kabau - West Sumatra Rendang', membagikan tanggapannya lewat akun Instagram @renoandamsuri. Menurut Reno peluncuran Rendang Goes to Europe di Bali itu membuat hati komunitas perendang Minang terlukai.
Baca Juga
"Pagi ini aku terima DM tentang launching Rendang Goes to Europe di Bali. Sore ini saat mulai tenang.. melihat bagaimana acara ini melukai hati teman2 komunitas Perendang Minang, para UMKM yang juga berjuang untuk besarnya Rendang," tulisnya dalam unggahan pada 25 Maret 2022.
Advertisement
[bacajuga:Baca Juga](4922574 4922156/ 4888112)
"Ya sudahlah kemarin ada berita berdiri pabrik rendang di Bulgaria..uni2 perendang curhat. "Kami bisa apa, tapi apa launchingnya juga harus di Bali?"Â Bukan menyalahkan masyarakat Bali. Gak ada niat sama sekali. TAPI Mempertanyakan pada empunya acara launching ini..," sambungnya.
Belum diketahui dengan pasti kenapa peluncuran 'Rendang Goes to Europe' itu dilakukan di Bali. Namun beberapa media memberitakan kalau Bali dipilih karena Bali adalah venue utama dari kelompok G20 dan menjadi simbol dari pariwisata paling terkenal di dunia. Dengan dipilihnya Bali, kemungkinan harapnnya adalah rendang bisa semakin mendunia.
Alasan hampir senada juga dituliskan di akun Instagram Kemenparekraf RI. Ada dua alasan utama yaitu Bali pernah terpilh sebagai destinasi terpopuler di dunia dan pada 2019 ada sekitar 1,4 juta wisatawan Eropa berkunjung ke Bali.
Dengan begitu, memperkenalkan rendang di Bali dinilai sangat potensial untuk memasarkannya ke masyarakat Eropa. Lalu, bagaimana tanggapan wanita yang biasa disapa Uni Reno ini saat tahu ada pabrik rendang akan dibangun di Bulgaria untuk dipasarkan di Eropa dan apakah ada orang Sumatra Barat (Sumbar) yang dilibatkan dalam proyek tersebut?
"Saya tidak tahu pasti soal pabrik rendang di Bulgaria ini, karena cuma mendengar kabarnya saja. Jadi saya kurang tahu apakah bahan-bahan pembuatannya berasal dari Indonesia, terutama dari UMKM di Sumatra Barat dan siapa yang menjadi supervisi di sana? Ya ini memang ada keterlibatan kedubes Indonesia di sana, tapi terus terang saya tidak terlalu tahu soal pabrik ini," ucapnya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (27/3/2022).
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merasa Bangga
Â
Di sisi lain, Uni Reno melihat hal itu sebagai langkah besar yang bisa semakin mempromosikan rendang di dunia internasional. Ia pun merasa bangga karena dari sekian banyak pilihan masakan Indonesia, rendang ternyata jadi pilihan utama.
Yang jadi pertanyaan banyak orang terutama masyarakat Sumbar, ada peluncuran pabrik rendang di Bulgaria yang bertajuk ‘Rendang Goes to Europe’ di Bali, bukan di daerah mereka. "Bayangkan saja, kalau misalnya ada peresmian pabrik gudeg Jogja di Prancis, digelar di Bali dan tidak mengundang Sri Sultan, wakil dari penjual gudeg, ya kira-kira seperti itu peluncuran pabrik rendang di Bali. Bagaimana perasaan orang-orang di Sumbar yang selama ini sangat militant memperkenalkan rendang sedari dulu tidak merasa terwakili," tuturnya.
"Saya jadi bertanya, apa perasaan para pemangku hajat, bapak menteri Sandiaga Uno dan orang-orang yang ada di panggung dan foto-foto? Kenapa orang-orang Sumbar justru merasa tidak terwakili. Ini yang membuat saya memposting soal itu di Instgram," tambahnya.
Advertisement
Seperti Ditinggalkan
Â
Reno mengatakan, kesannya orang-orang Sumbar seperti ditinggalkan. Ia meminta penjelasan apa yang kurang dari Sumbar, apa karena produksinya kurang memadai, apalah pemerintah daerah kurang melakukan pendekatan pada pemerintah pusat atau apakah daerahnya dianggap kurang menarik untuk memperkenalkan rendang.
"Kita punya dua sentral rendang di Sumbar yaitu di Payakumbuh dan Padang, mereka juga banyak memproduksi rendang. Kalau memang kami kurang tolong ditambahkan, kalau bodoh tolong diajarkan tapi bukan kami ditinggal. Ini yang kemudian jadi pertanyaan besar. Ini bisa multi tafsir, jadi tolong kami diberi penjelasan," ucap Reno.
"Jadi baralek atau pesta peluncuran pabrik rendang ini timpang karena tidak ada keterwakilan dari masyarakat Minang. Oke kalau memang harus di Bali, ajaklah atau undanglah tokoh atau figur-figur dari Sumbar yang sangat memahami rendang, jadi mereka merasa sebagai yang punya hajat juga," sambungnya.
Bukan Sekadar Makanan
Ia pun merasa lebih senang saat chef terkenal dari Inggris, Gordon Ramsay datang langsung ke Sumbar untuk memahami budaya kuliner mereka termasuk belajar membuat rendang. Selain itu, Reno juga menjelaskan rendang bukan sebetas makanan, namun punya makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
"Kalau saya menilai, event ini tidak menghargai rendang secara proper. Rendang ini bkan hanya sekadar makanan atau produk bisnis, tapi nilainya lebih dari sekadar itu. Rendang ini terlalu besar untuk ditopang atau dipanggul sendiri, harus bareng-bareng dan kebersamaan itu yang tidak terlihat," pungkasnya.
Advertisement