Liputan6.com, Jakarta - Jutaan orang harus meninggalkan Ukraina di tengah invasi Rusia ke negara tersebut. Mereka mencari perlindungan di Eropa Tengah dan Timur karena serangan terus melenyapkan sebagian besar Ukraina.
Dilansir dari People, Senin (28/3/2022), tidak semua warga Ukraina melarikan diri dari konflik bersenjata di negerinya. Banyak dari mereka, termasuk perempuan, memutuskan tetap tinggal di tanah kelahirannya untuk ikut membela Tanah Air mereka.
"Saya tidak akan menyerahkan semua penyelamatan dan pertahanan kepada para pria. Saya mungkin seorang perempuan, tetapi saya tidak memiliki anak, dan saya siap untuk bertarung," kata Olga Kovalenko, seorang tentara perempuan Ukraina, kepada USA Today dalam sebuah cerita yang diterbitkan Jumat. "Ini tanah saya, tempat saya tinggal."
Advertisement
Baca Juga
Kovalenko adalah salah satu perempuan yang tetap tinggal di Ukraina dan memberi tahu surat kabar itu bahwa dia secara sukarela bergabung dengan militer negaranya setelah pemberlakuan darurat militer. Kini, ia menghabiskan hari-harinya pergi ke daerah yang terkena serangan Rusia, mengevakuasi mereka yang membutuhkan bantuan dan menilai kerusakan.
Kovalenko lahir dari ibu berkebangsaan Ukraina dan ayah berkebangsaan Rusia. "Saya memilih untuk mempertaruhkan hidup saya untuk negara saya, itu yang darah Ukraina saya perintahkan untuk saya lakukan," katanya. Mengutip angka dari pemerintah Ukraina, USA Today melaporkan bahwa 15 persen tentara Ukraina adalah perempuan.
Kovalenko menyampaikan bahwa juga tetap tinggal untuk bertarung membela Ukraina. "Kami bukan pejuang profesional, kami hanya warga sipil yang tinggal karena kami ingin melindungi rumah kami," jelasnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bela Negara
Perempuan lainnya yang diwawancarai oleh surat kabar tersebut adalah penata rias Alona Bushynska. Ia mengatakan, "Kami ingin ada rumah dan bangunan bagi orang-orang untuk kembali. Jika saya meninggal, saya meninggal. Tapi saya ingin tetap tinggal."
Sementara itu, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska mengungkapkan kekaguman dan rasa terima kasihnya kepada para perempuan di negaranya dalam wawancara yang jarang terjadi baru-baru ini.
"Di Ukraina ada dua juta lebih banyak perempuan daripada pria. Hari-hari ini, statistik ini memiliki arti penuh," Zelenska kepada surat kabar Prancis Le Parisien dalam sebuah wawancara yang diterbitkan awal bulan ini, menurut sebuah terjemahan. "Perlawanan kami, seperti kemenangan kami di masa depan, juga memiliki wajah yang sangat feminin," tambahnya.
Advertisement
Kelahiran Bayi
"Perempuan berperang sebagai tentara, mereka mendaftar untuk pertahanan teritorial, mereka adalah dasar dari gerakan sukarelawan yang kuat untuk memasok, mengirim, memberi makan," lanju Zelenska.
Beberapa perempuan juga tinggal untuk melahirkan dan hal ini kerap terjadi di tempat perlindungan bom dan ruang bawah tanah rumah sakit. "Sejak awal perang, kami memiliki lebih dari 4.000 bayi," kata Zelenska kepada Le Parisien.
Peran Perempuan Ukraina
Perempuan berusia 44 tahun ini menyebut, "Mereka lahir di ruang bawah tanah, di kereta bawah tanah, di tempat perlindungan bom dan kadang-kadang di bangsal bersalin yang dibom, seperti yang terjadi di Mariupol (sebuah kota pelabuhan Ukraina yang telah menjadi lokasi pertempuran intensif).
"Yang lain hanya melakukan pekerjaan mereka, di rumah sakit, apotek, toko, transportasi, layanan publik agar kehidupan terus berlanjut," tambah Zelenska.
Serangan Rusia ke Ukraina berlanjut setelah pasukan mereka melancarkan invasi besar-besaran pada 24 Februari 2022, konflik darat besar pertama di Eropa dalam beberapa dekade. Rincian pertempuran berubah dari hari ke hari, tetapi banyak warga sipil telah dilaporkan tewas atau terluka, termasuk anak-anak. Jutaan orang Ukraina juga telah melarikan diri, kata PBB.
Advertisement