Sukses

Mantan Putri Mako dari Jepang Kini Jadi Asisten Kurator Museum Tanpa Dibayar

Mantan Putri Mako disebut cocok dengan pekerjaan barunya di Metropolitan Museum of Art di New York.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Putri Mako dari Jepang dikabarkan sudah mulai bekerja. Mantan bangsawan yang menikah dengan kekasih masa kuliahnya itu disebut bertugas membantu kurator di Metropolitan Museum of Art di New York, kota tempat tinggalnya kini. Suami Mako, yang belum lulus ujian pengacara negara bagian, saat ini bekerja di kantor firma hukum Lowenstein Sandler di Manhattan.

Dikutip dari Japan Times, Selasa (12/4/2022), Mako menjadi tenaga sukarela di museum yang dijuluki The Met. Perempuan berusia 30 tahun itu bekerja di bagian koleksi seni Asia di The Met.

Ia secara khusus terlibat dalam penyiapan pameran lukisan yang terinspirasi oleh kehidupan biksu di abad 13 yang bepergian ke seluruh Jepang untuk memperkenalkan ajaran Buddha. Mako yang kini menggunakan nama belakang Komuro dikatakan sangat memenuhi syarat untuk pekerjaan asisten kurator tersebut.

Putri Putra Mahkota Jepang Fumihito itu adalah lulusan International Christian University, kampus tempatnya bertemu pertama kali dengan sang suami, Kei Komuro. Ia memegang gelar sarjanan di bidang seni dan warisan budaya. Mako kemudian melanjutkan studi tentang sejarah seni di Universitas Edinburgh di Skotlandia. 

Ia meraih gelar masker di bidang Kajian Museum Seni dan Galeri dari Universitas Leicester pada 2016. Ketika masih menjalankan tugas kerajaan, ia juga bekerja sebagai peneliti khusus di Museum Universitas Tokyo.

"Dia memenuhi syarat dan mungkin menangani bagian-bagian dalam koleksi. Secara umum, ini adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak persiapan dan seringkali berarti menghabiskan banyak waktu di perpustakaan," tutur seorang mantan kurator di The Met, kepada People. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tak Jauh

Lokasi museum dengan apartemen Putri Mako ternyata tak jauh. Seorang rekannya mengatakan perjalanannya sangat singkat dari apartemen ke tempat kerja. Lokasi museum ikonis di kawasan Fifth Avenue itu hanya memerlukan 10 menit berkendara dari kompleks apartemen yang ditempati Mako di Manhattan.

Mako dan Komuro diketahui tinggal di apartemen satu kamar di Hell's Kitchen sejak menetap di Big Apple pada November 2021. Menurut informasi yang beredar, Hell's Kitchen, juga dikenal sebagai Clinton, adalah sebuah lingkungan di West Side of Midtown Manhattan di New York City, Amerika Serikat. Lingkungan ini dianggap berbatasan dengan 34th Street di selatan, 59th Street di utara, Eighth Avenue di timur, dan Sungai Hudson di barat.

Dikutip dari laman Global Liputan6.com, pengantin baru itu membawa barang bawaan mereka sendiri ke gedung tempat tingal di 52nd Street pada Minggu, 14 November 2021, waktu setempat setelah mendarat di Bandara John F. Kennedy. Meski hanya menyewa unit satu kamar tidur, bangunan itu digambarkan sebagai luxury living alias kehidupan mewah di situs webnya. 

Apartemen satu kamar tidur di gedung - yang menghadap ke Sungai Hudson dan hanya sepelemparan batu dari Central Park - saat ini disewa setidaknya 4.300 dolar AS atau sekitar Rp 61 juta per bulan. Terdapat 392 apartemen di kompleks tersebut, yang selesai dibangun pada 2017. Semuanya memiliki pemandangan kota yang luas, menurut situs web bangunan tersebut. Bangunan ini juga memiliki rooftop lounge, pusat kebugaran, spa, perpustakaan, dan bahkan simulator golf.

3 dari 4 halaman

Belanja Sendiri

Selepas kehilangan gelar bangsawan, Mako nyaris melakukan semua pekerjaannya sendiri, termasuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Ia pernah tertangkap kamera saat pergi ke toko Bed, Bath & Beyond. Foto eksklusif DailyMail.com menunjukkan Mako di toko perabot rumah tangga di mana dia menghabiskan sekitar 1,5 jam berbelanja handuk mandi, gantungan baju, keranjang organizer, beberapa handuk kertas, dan barang-barang lainnya.

Mako sendirian selama jalan-jalan dan mendorong kereta belanjanya sendiri di sekitar toko dan tidak memiliki detail keamanan yang melindunginya. Dia mengenakan mantel hijau hutan panjang, atasan hitam, dan celana jins biru - tampilan yang jauh lebih kasual daripada pakaian formal sederhana yang biasa dia kenakan di depan umum di rumah.

Sang putri telah menjadi ikan yang keluar dari air sejak meninggalkan sebuah negara yang telah mengkritik pernikahannya dengan orang biasa. Sekarang ia harus beradaptasi dengan negara baru setengah dunia yang jauh dari batas-batas Rumah Kekaisaran.

Pada satu waktu, Mako tampak tersesat hingga bolak-balik menanyakan arah kepada banyak orang. Dia tidak tampak terlalu terganggu dengan tidak tahu ke mana dia pergi, tetapi bertekad untuk melanjutkan tugasnya. Dia akhirnya kembali ke apartemennya sekitar jam 6 sore di mana suaminya bertemu dengannya di pintu masuk untuk membantunya dengan empat tas belanjaannya.

4 dari 4 halaman

Menolak Pemberian Uang

Kehidupan Putri Mako sebelum menikah penuh drama. Sebagian publik menentang rencana pernikahannya yang tertunda sejak 2017 karena kasus sengketa keuangan yang dihadapi ibu Komuro dan mantan tunangannya. Publik menduga Komuro menikahi sang putri karena ada motif lain.

Penundaan pernikahan berkepanjangan membuat Mako mengalami gangguan kesehatan mental. Ia didiagnosis mengidap PSTD akibat tekanan publik yang dialamatkan kepadanya dan keluarga selama bertahun-tahun.

Meski demikian, Komuro mencoba meyakinkan bahwa pihaknya akan segera menyelesaikan masalah keuangan tersebut. "Aku cinta Mako. Kami hanya dapat satu kali kesempatan hidup dan aku ingin kami menghabiskannya dengan orang yang kami cintai," kata Komuro.

"Aku sangat sedih Mako berada dalam kondisi buruk, baik mental maupun fisik, karena tuduhan yang keliru," imbuh dia.

Berdasarkan aturan hukum di Jepang, seorang putri kerajaan yang meninggalkan kerajaan untuk menikahi seorang warga biasa harus melepaskan gelarnya setelah menikah. Mako juga disebut menolak uang lumpsum yang biasanya senilai 1,3 juta dolar AS yang dibayarkan pemerintah Jepang bagi perempuan kerajaaan ketika melepaskan status bangsawan mereka.