Sukses

Usaha Makanan di Korea Selatan Hadapi Krisis Terimbas Konflik Rusia dan Ukraina

Seorang pengusaha makanan di Korea Selatan baru tahu kalau sebagian besar tepung di Eropa dibuat dari gandum Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Invasi Rusia ke Ukraina nyatanya berdampak pada sejumlah negara yang tak terlibat peperangan langsung. Salah satunya adalah Korea Selatan. Negara Asia Timur ini sangat merasakan dampak konflik Ukraina dan Rusia.

Usaha makanan mulai dari toko roti sampai restoran mengalami krisis karena kenaikan drastis beberapa bahan makanan impor.  Seorang pemilik toko roti kecil di Incheon, Lee Seung-ja awalnya tidak terlalu khawatir saat mengetahui mengenai konflik tersebut.

Sebagian besar tepung terigu yang digunakan Lee untuk membuat aneka roti dan kue, diimpor dari Prancis yang jaraknya cukup jauh dari dua negara tersebut.

"Saya baru tahu kalau Ukraina adalah salah satu penghasil gandum terbesar di dunia," ucap Lee pada Al Jazeera, April 2022.  "Saya juga baru tahu kalau sebagian besar tepung di Eropa dibuat dari gandum Ukraina."

Sebelum terjadi konflik, harga satu karung tepung di Korea Selatan sudah naik lebih dari 30 persen karena dampak pandemi Covid-19. Saat ini, Lee mendapat kabar dari para penjual tepung bahwa harga akan kembali naik karena masalah atau kesulitan mendatangkan gandum dari Rusia maupun Ukraina.

"Kita tentu merasa prihatin dengan terjadinya perang di negara lain, tapi biasanya kita berpikir situasi itu tidak akan terlalu berpengaruh pada diri kita," ucap Lee. "Saya tak pernah membayangkan, kali ini perang di negara lain ternyata sangat mempengaruhi saya."

Di Korea Selatan, banyak pengusaha kecil yang merasakan dampak dari konflik yang dialami negara yang sangat jauh dari negara mereka. Selain tepung, harga minyak goreng juga semakin mahal. Penyebabnya, Ukraina merupakan negara yang paling banyak mengekspor minyak goreng.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Harga Naik Drastis

Bagi Kim (47 tahun), pemilik usaha waralabamakanan di Incheon, kenaikan harga minyak goreng terasa bagai pil pahit yang harus ditelan. Kim mengeuhkan, harga minyak goreng yang tadinya sekitar 28 dolar AS (Rp406 ribu) per 18 liter kini menjadi sekitar 36 dolar AS (Rp522 ribu)

"Supplier saya bahkan mengatakan ada kemungkinan harganya akan melonjak lagi sampai 48 dolar AS (Rp696 ribu) di musim panas nanti," keluhnya. Perang yang terjadi di Eropa membuat harga makanan membubung tinggi di seluruh dunia.

Hal itu terlihat dari indeks harga makanan dari PBB naik sampai 12,6 persen pada Maret, jumlah kenaikan tertinggi sepanjang masa. Pemerintah Korea Selatan memperpanjang keringanan pajak dan bantuan lainnya yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi harga minyak yang semakin melonjak.

Menteri Ekonomi dan Keuangan Hong Nam-Ki mengatakan pemerintah akan memperpanjang insentif pajak. Namun, jika ketidakpastian ini berlanjut, pemerintah juga akan mempertimbangkan perluasan pemotongan tarif pajak bahan bakar.

3 dari 4 halaman

Pasar Gandum Global

Konflik antara Rusia dan Ukraina, pengekspor utama bahan makanan seperti gandum, berdampak pada 25 persen pasar gandum global, kata seorang pejabat Ukraina 9 April 2022

Konflik menyebabkan pengurangan pasokan biji-bijian, kenaikan harga pangan, dan akses yang lebih buruk ke makanan, terutama gandum, di negara-negara pengimpor, kata Taras Kachka, wakil menteri untuk pembangunan ekonomi, perdagangan dan pertanian Ukraina.

Pelabuhan Ukraina, rute utama ekspor biji-bijian, telah diblokir, tambah Kachka, demikian dikutip dari laman Xinhua, Minggu (10/4/2022). Pada 2021, Ukraina memanen rekor panen biji-bijian, kacang-kacangan dan minyak sayur dengan total lebih dari 106 juta ton, menurut kantor berita Ukrinform yang dikelola pemerintah.

Pada paruh pertama tahun pemasaran saat ini, yang berlangsung dari Juli 2021 hingga Juni 2022, Ukraina mengekspor tanaman dan minyak sayur senilai sekitar 10 miliar dolar AS, naik 56 persen secara tahunan.

4 dari 4 halaman

Menjual Restoran

Konflik yang sedang berlangsung, yang terjadi pada saat ekonomi di seluruh dunia masih bergulat dengan COVID-19, menimbulkan tantangan baru bagi ketahanan pangan global, kata Boubaker Ben-Belhassen, direktur divisi perdagangan dan pasar Food and Agriculture Organization of the Food and Agriculture Organization.

"Banyak negara bergantung pada pasokan dari Ukraina dan Rusia untuk kebutuhan impor pangan mereka, termasuk banyak negara kurang berkembang dan negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami defisit pangan," kata Ben-Belhassen kepada Xinhua dalam wawancara baru-baru ini.

Situasi di Korea Selatan juga belum kunjung membaik, Kim berencana menjual restoran miliknya karena ia yakin konflik Ukraina dan Rusia masih akan berlangsung dalam waktu lama.

"Masalah perang dan kompetisi harga ini membuat saya sangat khawatir. Saya pikir saya bukan satu-satunya orang yang akan menjual usaha mereka," pungkas Kim.