Liputan6.com, Jakarta - Sebuah restoran di Beijing, China bermaksud membawa sedikit nuansa Singapura ke rumah Kota Terlarang. Sayangnya, upaya ini justru mengherankan publik dengan munculnya seragam kebaya sarung Singapore Airlines palsu, hingga nama masakan yang membingungkan.
Mothership melaporkan, seorang warga Malaysia yang tinggal di Beijing, Arthur Pang, berbagi foto menu restoran bernama "Borderless" di akun Facebook-nya, Senin, 18 April 2022. Foto-foto yang dibagikan memperlihatkan ada masalah dengan ejaan beberapa nama, tapi setidaknya makanannya terlihat tidak terlalu aneh.
Advertisement
Salah satunya mereka menulis "Beef Rendang," sebagai "Beef Remdamg." Sementara beberapa hidangan diterjemahkan dengan sangat aneh dan terlalu harfiah. Misalnya, hidangan iga berubah jadi "pegang tulang pasir."Â Bahkan, ada hidangan yang tampaknya seperti roti prata, namun malah diberi nama "roti lempar kota singa."
Tidak berhenti di situ. Beberapa item makanan yang terdaftar di menu itu "benar-benar salah." Entah bagaimana, menu yang seharusnya nasi goreng jadi "Singapore Fried bee hoon." Juga, sayur kangkung tumis malah disebut tahu goreng. Tahu goreng asli juga tersedia di menu, tapi untuk memesannya, pelanggan justru harus meminta "Tahu Goreng dengan Daging Melayu Cincang."
Juga, ada hidangan klasik Singapura yang begitu popular dan disukai banyak orang: Scalded Romaine Lettuce. Namun di menu, sajian itu digambarkan sebagai brokoli mentah dalam mangkuk yang penyajiannya dihias menggunakan es batu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merusak Reputasi SIA?
Pang juga mengambil beberapa foto yang tampaknya merupakan elemen lain dari upaya restoran untuk menciptakan suasana seperti Singapura. Tampak di sana bahwa pelayan restoran mengenakan seragam sarung kebaya, mengingatkan pada pramugari Singapore Airlines (SIA).
Unggahannya lantas jadi sensasi dunia maya. Komentar dan berbagi kritik disampaikan warganet Singapura yang "meratapi kesalahan terjemahan dan mengolok-olok ketidakakuratan visual menu di restoran."
Banyak juga yang mengkritik seragam staf, dengan beberapa komentator mengatakan bahwa itu merusak reputasi SIA. Maskapai Singapura itu memang punya sejarah panjang dengan seragam sarung kebaya yang sudah jadi ciri khas mereka.Â
Mengutip situs webnya, kebaya pertama kali dikenakan pramugari Malayan Airways pada 1968 dan dijelaskan dalam buku SIA: Take-off to Success sebagai "sarung kebaya yang dimodifikasi dengan kain batik (yang) merupakan standar untuk awak kabin Malayan Airways." Ini kemudian jadi dasar untuk layanan yang membuat Singapore Airlines dikenal publik.
Advertisement
Seragam Sarung Kebaya yang Ikonis
Singapore Airlines tercatat menugaskan couturier Prancis Pierre Balmain pada 1974 untuk mengadaptasi seragam sarung kebaya. Perancang menyadari dampak dari kebaya dan tidak ingin mengubahnya terlalu banyak. Desainer itu berkata, "Saya menyetujui sarung kebaya Anda, saya pikir itu sangat anggun, dan jika ada perubahan, itu hanya untuk membuat busana itu lebih mudah dipakai."
Untuk See Biew Wah, pramugari yang memilih model kebaya untuk Balmain, seluruh prosesnya penuh misteri, mesk ia sekarang terkenal sebagai modelnya. "Saya mendapat telepon dari manajer awak kabin saya untuk bertemu dengan seorang desainer dari Paris. Couture belum benar-benar datang ke Asia, jadi saya tidak benar-benar tahu siapa (Balmain) itu. Awalnya saya cukup gugup, tapi saya pikir itu hanya bagian dari tugas lain," tuturnya.
Saat itu, Balmain juga sedang mendesain pakaian untuk Ratu Sirikit dari Thailand. "Bagi saya, ini menunjukkan bahwa ia memahami desain Asia Tenggara," kata Biew Wah. Desainer itu kemudian meminta Biew Wah membawa dirinya seolah-olah sedang bekerja untuk merasakan gerakan seperti apa yang diperbolehkan kebaya itu.
Setelah seminggu di Paris, Biew Wah kembali ke Singapura. "Saya tidak pernah memakai produk jadi. Saya tidak bisa! Itu terlalu berharga! Itu sekarang disimpan oleh maskapai," katanya. Bagi Biew Wah, kebaya telah mewakili lebih dari sekadar seragam untuk sebuah pekerjaan.
Versi Junior
Selama lebih dari 50 tahun, seragam sarung kebaya pramugari SIA tidak pernah berubah. Ini telah menjadikannya sebagai bagian dari reputasi maskapai. "Saya masih merasa sangat bangga ketika melihat awak kabin hari ini mengenakan seragam itu," kata Biew Wah. "Ini masih sangat dikenali, pada dasarnya Anda menghidupkan merek."
Tahun lalu, Singapore Airlines menjual seragam mereka versi mini lewat online. Pakaian anak-anak ini terdiri dari dua pasang atas bawah dengan motif terdiri dari warna biru, cokelat, merah, dan hijau, mirip seperti yang dipakai awak kabin.
Materialnya diklaim ringan dan nyaman untuk dikenakan. Terlebih, seragam pramugari itu tidak dibuat ketat seperti versi dewasa agar anak-anak bisa bergerak lebih leluasa. Busana itu dihargai 75 dolar Singapura (sekitar Rp806 ribu). Tapi, pelanggan maskapai bisa mendapatkannya dengan menukarkan miles mereka.
Tidak disangka-sangka, minat konsumen terhadap seragam pramugari junior cukup tinggi. Pihak maskapai sampai mengaku kehabisan stok.Â
Advertisement