Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka bahwa akan ada sekelompok ilmuwan yang sangat serius dalam memisahkan krim Oreo secara merata di kedua biskuitnya. Ya, biskuit yang bagian tengahnya dilengkapi krim vania manis ini merupakan pelopor dipublikasikannya "Oreologi," studi untuk menyelidiki apakah isian Oreo dapat dibagi rata di antara dua lapisan biskuit di atas dan bawahnya.
Bagi Crystal Owens, kandidat gelar Ph.D. dalam teknik mesin di Massachusetts Institute of Technology (MIT), mengejar rasio krim yang sama di dua keping biskuit Oreo, yang mana umumnya cenderung pecah dengan satu sisi hampir tidak berisi krim, adalah impian seumur hidup, lapor VICE World News, Rabu, 20 April 2022.
Advertisement
Baca Juga
Sekarang, ia berkesempatan memimpin para peneliti dalam menguji kemungkinan mencapai hipotesa tersebut menggunakan rheometer, sebuah instrumen yang mengukur torsi dan viskositas berbagai zat.
Eksperimen tersebut mengungkap bahwa bahkan di bawah kondisi laboratorium, tidak mungkin mendapatkan krim dengan dosis merata, hasil yang "mengkonfirmasi bahwa sisi berat krim berorientasi seragam di sebagian besar kotak biskuit Oreo.
Studi yang diterbitkan pada Selasa, 19 April 2022, di jurnal Physics of Fluids itu kemudian menciptakan istilah "Oreologi." Pihaknya mendefinisikan penelitian mereka sebagai "studi tentang aliran dan fraktur biskuit."
"Saya secara pribadi termotivasi oleh keinginan untuk memecahkan tantangan yang membingungkan saya sebagai seorang anak: bagaimana cara membuka Oreo dan menyusun krim secara merata di kedua biskuit?" kata Owens.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ambil Pendekatan Metodis
Lebih lanjut Owens mengatakan, "Saya lebih suka biskuit (oreo) dengan krim. Jika saya menggigit biskutnya saja, itu terlalu kering untuk saya, dan jika saya mencelupkannya ke dalam susu, biskuit itu akan hancur terlalu cepat.”
"Ketika saya sekolah di MIT, saya belajar bagaimana menggunakan rheometer laboratorium kami, yang memutar sampel cairan antara disk paralel untuk mengukur viskositas," ia melanjutkan. "Saya awalnya menggunakan rheometer kami untuk menguji tinta berbasis karbon nanotube yang saya rancang untuk mencetak elektronik fleksibel 3D, tapi suatu hari saya menyadari bahwa saya memiliki alat dan pengetahuan untuk akhirnya menyelesaikan tantangan memisahkan krim oreo secara merata."
Owens dan rekan-rekannya mengambil pendekatan metodis untuk menjawab tantangan ini. Mereka bahkan menemukan "Oreometer," perangkat cetak 3D "yang dirancang untuk Oreo dan benda bulat berdimensi serupa," menurut penelitian tersebut. Setelah memelintir Oreo dengan instrumen, tim secara visual memeriksa rasio krim pada setiap biskuit dan mencatat temuannya.
Advertisement
Variasi Percobaan
Sejumlah variasi percobaan juga diperkenalkan, seperti mencelupkan biskuit ke dalam susu, mengubah kecepatan putaran rheometer, dan menguji rasa serta jumlah isian Oreo yang berbeda. Namun, terlepas dari upaya terbaik mereka, para peneliti tidak dapat menemukan solusi untuk masalah yang telah mengganggu Owens selama beberapa dekade.
"Hasilnya memvalidasi apa yang saya lihat sebagai seorang anak. Kami tidak menemukan trik untuk memisahkan krim Oreo di kedua biskuitnya secara merata," kata Owens. "Pada dasarnya, semua konfigurasi putaran yang mungkin, krim cenderung mengalami delaminasi dari satu biskuit.
"Itu menghasilkan satu biskuit hampir kosong dan satu dengan hampir semua krim. Dalam hal krim berakhir di kedua biskuit, ia cenderung membelah jadi dua, sehingga setiap biskuit memiliki krim 'setengah bulan' daripada lapisan tipis, jadi tidak ada rahasia untuk mendapatkan krim secara merata," ia menambahkan.
Cara menikmatinya, Owens menyebut, sebagaimana telah dilihat jutaan anak: hanya dengan memutarnya terbuka. Anda harus menghancurkannya secara manual jika itu yang diinginkan.
Komposisi Krim Oreo
Owens mengaku terkejut mengetahui bahwa Oreo diisi dengan krim, yang "sebenarnya lebih merupakan frosting daripada krim seperti krim keju atau isian krim dalam kue kering," dan memang tidak mengandung susu. "Namun, reologinya serupa untuk cairan yang berbeda," tambahnya.
Para peneliti juga menghitung "degradasi kekuatan biskuit dari waktu ke waktu setelah imbibisi susu," menyimpulkan bahwa Oreo mengalami "kehilangan struktural yang signifikan" dalam satu menit setelah terpapar susu, menurut penelitian tersebut. Temuan ini menghadirkan serangkaian tantangan lain terhadap pandangan dunia Owens tentang biskuit Oreo.
"Dulu saya berpikir bahwa Anda perlu mencelupkan biskuit dan menunggu sampai jenuh dengan susu untuk membuatnya terasa lebih enak, tapi biskuit itu terlalu cepat hancur," katanya.
"Dulu, saya kira jika biskuitnya lembek, berarti susunya cukup, tapi ternyata masih bisa terasa 'kering' dan susunya banyak karena butuh waktu untuk hancur setelah dibasahi. Menurut penelitian lain yang saya temukan, biskuit itu menghabiskan susu sebanyak mungkin hanya dalam lima detik setelah dicelupkan, jadi ada 'titik manis' dalam waktu sebelum hancur," ia menjelaskan.
Advertisement