Sukses

Lirik Lagu Ibu Kita Kartini yang Dibuat Pencipta Lagu Indonesia Raya

Apa yang disampaikan WR Supratman lewat lirik lagu Ibu Kita Kartini itu kian memperkuat sosok Kartini.

Liputan6.com, Jakarta - Lirik lagu Ibu Kita Kartini menggambarkan sosok Raden Adjeng Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. Kartini lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 1904.

Perjuangan Kartini mengilhami sejumlah tokoh pergerakan nasional. WR Supratman menciptakan lagu "Ibu Kita Kartini" pada 1929 yang menceritakan perjuangan perempuan Indonesia meraih kemerdekaan.

WR Supratman juga merupakan pencipta lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya.  Lagu Ibu Kita Kartini menyebut bahwa Ibu Kartini harum namanya.

Apa yang disampaikan WR Supratman lewat lirik lagunya itu kian memperkuat sosok Kartini.  Hal itu tercermin dari perjuangannya yang selalu dirayakan setiap 21 April yang disebut sebagai Hari Kartini. 

Lagu Ibu Kita Kartini menjadi salah satu lagu yang wajib diperdengarkan saat peringatan Hari Kartin 21 April seperti hari ini. Memang lagu Ibu Kita Kartini sudah dikenal sejak masih kanak-kanak hingga saat ini.

Namun dilansir dari berbagai sumber,  tak banyak yang tahu ternyata lagu Ibu Kita Kartini semula diberi judul Raden Ajeng Kartini.

Berikut lirik lagu Ibu Kita Kartini ciptaan WR Supratman. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Lagu Ibu Kita Kartini

Ibu kita Kartini

Putri sejati

Putri Indonesia

Harum namanya

Ibu kita Kartini

Pendekar bangsa

Pendekar kaumnya

Untuk merdeka

 

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Ibu kita Kartini

Putri jauhari

Putri yang berjasa

Se Indonesia

Ibu kita Kartini

Putri yang suci

Putri yang merdeka

Cita-citanya

 

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Ibu kita Kartini

Pendekar bangsa

Pendeka kaum ibu

Se-Indonesia

Ibu kita Kartini

Penyuluh budi

Penyuluh bangsanyaKarena cintanya

 

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia.

 

3 dari 4 halaman

Emansipasi dan Pendidikan

Keharuman nama Kartini salah satunya dari karyanya yang fenomenal, 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Buku tersebut berisi tentang surat-surat Kartini yang ditujukan kepada teman-temannya di Eropa pada awal 1900-an.

Menurut sejarawan dari Monash University, Joost Coté, Kartini adalah perempuan Indonesia pertama, pada awal abad ke-20 yang berbicara tentang emansipasi dan pendidikan perempuan. Dari pandangan internasional, apa yang dilakukannya itu sangat signifikan.

Kartini berkirim surat, bertanya, berdialog, melontarkan kritik kepada banyak tokoh terkenal dan berpengaruh saat itu, baik yang tinggal di Hindia Belanda maupun di Belanda. Ia menyuarakan aspirasi penduduk Jawa, khususnya perempuan.

Perempuan harus mendapatkan pendidikan, bekerja, berkontribusi untuk masyarakat, dan bebas menentukan apa yang akan dia lakukan, dilansir dari laman ozip.com.au.

 

4 dari 4 halaman

Kebaya dan Seni Jepara

Kartini juga identik dengan busana tradisional, khususnya kebaya. Hal itu karena Kartini lekat dengan busana yang dikenakan dalam kesehariannya.

Di Indonesia, awalnya kebaya merupakan busana yang dipakai wanita Jawa, di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Seperti busana yang sering digunakan R.A Kartini adalah kebaya tradisi dari daerah Jawa Tengah.

Seiring waktu berjalan, dikenal nama kebaya Kartini yang memiliki model khas, panjang kainnya sampai paha hingga menutupi pinggul. Untuk membuatnya bisa menggunakan berbagai jenis bahan, katun atau brokat, polos satu warna maupun aksen bunga dan sulam.

Selain kebaya, Kartini juga menunjukkan perhatiannya pada dunia seni, salah satunya seni ukiran Jepara. Ia menyinggung tentang seni kriya Jepara dan usahanya untuk mengembangkan seni kriya tersebut.

Kebangkitan industri ukir kayu Jepara yang diayomi Kartini menjadi berkah bagi Kabupaten Jepara. Kartini meramalkan pekerjaannya bersama pekerja-pekerja ukir kayu Jepara akan menciptakan masyarakat Jawa yang modern dan mandiri.