Sukses

Salmonella Mengintai, Jangan Lagi Makan Makanan yang Jatuh ke Lantai

Penelitian menunjukkan makanan yang jatuh ke lantai selama lima detik, 99 persen bakteri Salmonella typhimurium itu menempel pada makanan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Tahukan Anda bahwa bakteri mengintai ketika Anda mengambil kembali makanan yang sudah terjatuh? Istilah "belum lima menit" tentu tidak tepat dan sudah semestinya ditepis jauh-jauh.

Terkait hal tersebut, Guru Besar Universitas Bina Nusantara sekaligus President of Indonesian Scientific Society for Probiotics and Prebiotics (ISSPP) Prof. Ingrid S. Surono menyampaikan hasil penelitian oleh P. Dawson dan kawan-kawan pada 2006. Mereka meneliti hal yang terjadi ketika makanan jatuh ke lantai yang menggunakan karpet, lantai keramik, dan lantai kayu.

"Ini sangat mengejutkan hasilnya. Kalau masih ada yang percaya "ah mumpung belum lima menit" jatuh makanan diambil lalu, diusap-usap oleh tangan kita yang tidak jelas tangannya bersih atau malah menambah kuman, kemudian masuk ke mulut kita," kata Prof. Ingrid dalam Webinar Indonesia Hygiene Forum ke-9: "Mengenal Teknologi Probiotik Pada Produk Higienitas Rumah Tangga" pada Rabu, 20 April 2022.

Prof Ingrid melanjutkan, "Mudah-mudahan dengan adanya informasi ini, akan berpikir 1.000 kali, khususnya tidak diberikan kepada anak-anak ataupun lansia karena mereka sangat rentan karena imunitasnya tidak sebaik anak muda."

Ia menjelaskan, para peneliti menginokulasikan Salmonella typhimurium ke keramik. "Kemudian menempelkan makanan selama lima detik, ternyata 99 persen Salmonella itu nempel semua hanya dalam waktu lima detik di makanan itu," terangnya.

Tak butuh waktu lama bagi bakteri untuk menempel pada makanan. "Apalagi sudah lima menit, sudah berkembang biak (bakteri), makanan isinya gizi untuk mikroba tersebut," ungkapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Jumlah Bakteri

Prof. Ingrid mengungkapkan bahwa bakteri yang telah menempel selama delapan jam di karpet, jumlahnya hingga 10 jutaan lebih. Sedangkan, bakteri yang ada di kayu dan keramik bilangannya mencapai puluhan ribu.

"Ini juga cukup membuat dia (bakteri) kalau nanti menemukan kondisi yang memadai untuk berkembang biak sehingga mencapai dosis infeksi," kata Prof. Ingrid.

Ia menjelaskan, jumlah bakteri yang berkembang biak akan tetap statis di lantai keramik. Bakteri itu bahkan bisa bertahan selama satu hari.

"Jadi hati-hati sekali. Lingkungan di rumah itu harus semaksimal mungkin bebas dari kuman, sedangkan dari kayu memang menurun setelah 12 jam. Ini penting sekali karena rumah itu membentuk mikrobiota di dalam saluran cerna manusia, juga rumah membentuk microbiome, home micribiome itu berkorelasi dengan human microbiome," jelasnya.

Prof. Ingrid menyarankan untuk tetap menjaga kebersihan di setiap sudut rumah. Itu menginngat mikroba dapat ada di berbagai tempat, mulai dari microwave hingga lemari es.

3 dari 4 halaman

Jaga Kebersihan

"Kalau punya microwave, lemari es di rumah sangat mungkin menjadi sarang mikroba, kemudian lantai dapur atau lantai rumah, dinding, atap dan lain sebagainya," kata Prof. Ingrid.

Tak lupa ia mengingatkan agar tempat cuci piring dan spons cuci piring dijaga agar tetap kering. "Karena semakin lembap, maka mikroba semakin suka tinggal di situ."

FAO/WHO 2002 mendefinisikan bahwa prebiotik adalah mikroba hidup ketika diberikan dalam jumlah yang memadai akan memberikan manfaat kesehatan terhadap inangnya. Sedangkan, inangnya ini sampai saat ini lebih banyak dikonsumsi.

"Jadi, baik inangnya itu manusia maupun hewan ada juga prebiotik untuk hewan peliharaan, ternak, juga menggunakan probiotik sehingga memperbaiki apa yang disebut microbiome (human, animal, plant, enviroment (home))," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Hidup Berdampingan

Ingrid meluruskan bahwa tidak semua mikroba harus dimatikan lantaran manusia juga membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang paling bijaksana adalah mengenali dan membedakan bakteri baik dan 'jahat'.

Ia menerangkan, "Itu yang harus kita buat seimbang. Banyak bakteri baik dan mengurangi bakteri yang tidak diinginkan."

"Kita harus hidup berdampingan dengan mikroba. Mikroba-mikroba ini kalau ada di dalam saluran cerna kita disebut mikrobiota. Kalau menjadi kumpulan mikroba saling berinteraksi satu sama lain dan lingkungan, maka disebut microbiome," ia menyambung

Dikatakannya, bakteri baik tadi banyak digunakan untuk kesehatan, saluran cerna, kesehatan lingkungan, produksi makanan, dan ranah kesehatan. Secara umum hal itu dikenal dengan prebiotik.