Sukses

Pandemi Covid-19 Jadi Inspirasi Seniman India Arti Gidwani dalam Berkarya

Arti Gidwani terinspirasi dari pandemi Covid-19 dalam karya-karyanya kali ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 bisa menginspirasi siapa saja, termasuk juga seorang seniman. Salah satunya seniman asal India, Arti Gidwani.

Seniman kelahiran 1962 ini memiliki spesialisasi pada keramik dan tembikar yang disegani di Jakarta dan New Delhi. Terinspirasi dari pandemi itu, ia mengekspresinya pengalaman yang dialaminya.

"Ketika krisis datang, manusia beralih ke beragam medium untuk menyalurkan pengalaman mereka," tutur Arti tentang inspirasi karya terbarunya di Can's Gallery, Jakarta, Kamis, 21 April 2021. Karya-karya dalam Hope is Not Cancelled ini merefleksikan perjalanan emosional Arti selama dua tahun ke belakang.

Arti menjelaskan, melalui karya-karya tersebut, merupakan cara dia berdamai dengan kesulitan. "Cara menemukan kekuatan, dan serta menyalurkan emosi dan medium untuk memahami dan berkontemplasi di masa-masa yang sulit ini."

Pameran tunggal Hope is Not Cancelled akan memamerkan karya- karya terbaru Arti yang dipenuhi semangat positif, harapan, humor, afirmasi, energi, kegembiraan, dan lainnya. “Saya ingin kita semua tahu dan percaya bahwa kita bersama-sama di masa sulit ini, dan kita tidak sendirian.” Pameran tunggal Arti Gidwani Hope is Not Cancelled terbuka untuk umum dari pukul 10.00-- 17.00 WIB.

Kesukaan Arti Gidwani pada keramik dan tembikar dimulai ketika dia menimba ilmu pada seorang ahli tembikar di Singapura antara 1997 dan 2001. Setelah memoles keahliannya membuat tembikar di negara tetangga, dia kemudian bekerja selama tiga tahun dengan pekerja tembikar di Jakarta pada 2003.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Keramik dan Tembikar

Setelah itu, Arti melanglang buana ke seluruh dunia untuk mengikuti loka karya pembuatan keramik dan tembikar. Dari perjalanan panjang itu, ia akhirnya membuka studio sendiri agar lebih fokus dalam berkarya pada 2005. Studio tersebut masih eksis hingga sekarang.

Arti sering mendapatkan ide untuk karya-karyanya dari kehidupan sehari-hari di sekitar dia. Dari situ, ia kemudian membuat karya-karyanya yang mendapat apresiasi dari pecinta seni.

“Saya membuat karya-karya saya memakai teknik tradisional yang biasa digunakan di India dan Indonesia selama ribuan tahun,” ujarnya. Arti biasanya menggunakan barang pecah belah dan terakota di mana mayoritas merupakan buatan tangan dan memiliki warna memikat dalam menghasilkan maha karyanya.

3 dari 4 halaman

Selipkan Humor

Arti menyukai tembikar yang memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu di dalam karya-karyanya dia kerap menyelipkan humor serta perayaan mengenai hidup. Dia percaya bahwa sebuah tanah liat dapat dicetak menjadi beragam bentuk dan bercerita melalui bentuk-bentuk tersebut.

Dalam lingkup lingkungan kerjanya sebagai seniman tembikar, Arti telah bertemu dengan beragam seniman tembikar dari seluruh dunia. Beberapa nama meninggalkan kesan mendalam dan kerap memengaruhi gaya seninya, terutama seniman seperti Keith Haring, Yayoi Kusama, dan Jean-Michel Basquiat.

Warna-warna, goresan garis, tema isu sosial, pemikiran out-of- the-box, serta peleburan isu politik dan ketidakadilan yang digunakan para seniman tersebut dalam karyakaryanya kerap menginspirasi Arti untuk terus berkarya.

 

4 dari 4 halaman

Karya

Dalam dua dekade terakhir, karya-karya Arti telah ditampilkan dalam pameran tunggal maupun kelompok serta sejumlah peragaan busana. Ajang-ajang tersebut di antaranya Rang Barse I and II(2006, 2008, Jakarta); Ceramic Expressions (2009, Ita’s Gallery, Jakarta); Lens and Clay (2010, Koi Gallery, Jakarta); Clay with Silvery Lining (2012, Indigo Blue Art Gallery, Singapore); A Touch of Silver and Clay (2012, Alun Alun, Grand Indonesia, Jakarta); This World Askew (2014, Artotel, Jakarta); Fashion Show - Rustic Attic: The Birth of Cool (2012, Jakarta); Perceptions (2015, KoiGallery, Jakarta); Jakarta Art Bazaar(2017); Fashion Show - Celestial (2018, Jakarta), and In Conversation – A Potter and a Painter (2017, Ciputra Artpreneur, Jakarta).

Selain pameran dan peragaan busana, karya-karyanya juga telah ditampilkan di sejumlah majalah dan jurnal . Karyanya juga dapat ditemukan di tangan para kolektor serta ruang publik di Jakarta dan dunia.

Video Terkini