Sukses

Hari Buku Sedunia 2022, Kurangi Stres dan Jaga Kesehatan Tubuh dengan Membaca Buku

Hari Buku Sedunia diperingati pada 23 April setiap tahunnya. Sudah baca buku apa hari ini?

Liputan6.com, Jakarta - Hari Buku Sedunia diperingati pada 23 April setiap tahunnya. Mengutip situs webnya, Sabtu (23/4/2022), UNESCO biasanya memilih ibu kota Buku Dunia untuk "masa jabatan" satu tahun di peringatan ini. Ibu kota terpilih akan melakukan berbagai kegiatan untuk merayakan dan mendorong minat membaca.

Pada 2022, Guadalajara, Meksiko terpilih sebagai ibu kota Buku Dunia. Baru-baru ini, organisasi PBB itu telah membagikan informasi mengenai Perpustakaan Digital Dunia di media sosial sebagai bagian dari acara Hari Buku Sedunia yang menyediakan akses gratis ke ribuan buku, dokumen, dan foto dari seluruh dunia.

Melampaui semata menambah pengetahuan, membaca buku juga ternyata punya manfaat bagi kesehatan mental. Huffpost mencatat, membaca dapat membawa seseorang ke "dunia lain," memberikan pelarian dari stres kehidupan sehari-hari, setidaknya untuk sementara.

Tapi, para peneliti menemukan bahwa membaca juga dapat menawarkan beberapa manfaat nyata bagi kesehatan tubuh. Medical News Today melaporkan, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Social Science & Medicine mengklaim bahwa membaca buku dapat membuat seseorang panjang umur.

Dipimpin para peneliti dari Yale University School of Public Health, penelitian tersebut mengungkap, orang dewasa yang melaporkan membaca buku lebih dari tiga jam per minggu memiliki kemungkinan 23 persen lebih kecil untuk meninggal selama 12 tahun masa tindak lanjut, dibanding mereka yang tidak membaca buku.

Sementara para peneliti tidak dapat menentukan mekanisme yang tepat di mana membaca buku dapat memperpanjang umur, mereka menunjuk pada penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa membaca dapat meningkatkan konektivitas antara sel-sel otak. Ini kemudian berpotensi menurunkan risiko penyakit neurodegeneratif yang dapat memperpendek usia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Membaca Dapat Mengurangi Stres

Stres diyakini berkontribusi pada sekitar 60 persen dari semua penyakit manusia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung masing-masing sebesar 50 persen dan 40 persen.

Tentu saja, kehidupan sehari-hari membuat tidak mungkin untuk menghilangkan stres sepenuhnya. Tapi, ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres dan menghentikannya jadi masalah kesehatan yang serius. Salah satu strateginya dengan membaca.

Menurut sebuah studi tahun 2009 oleh University of Sussex di Inggris, membaca dapat mengurangi tingkat stres sebanyak 68 persen, bahkan lebih dari mendengarkan musik atau berjalan-jalan. Penulis studi Dr. David Lewis, seorang neuropsikolog di Mindlab International di Sussex, dan rekannya menemukan bahwa peserta yang hanya membaca enam menit, baik koran atau buku, mengalami detak jantung yang melambat dan berkurangnya ketegangan otot.

"Tidak masalah buku apa yang Anda baca, dengan tenggelam dalam buku yang benar-benar mengasyikkan, Anda dapat melepaskan diri dari kekhawatiran dan tekanan dunia sehari-hari, juga menghabiskan waktu menjelajahi wilayah imajinasi penulis," kata Dr. Lewis.

Ia menyambung, "Ini lebih dari sekadar pengalih perhatian, tapi keterlibatan aktif imajinasi, karena kata-kata di halaman cetak merangsang kreativitas dan menyebabkan Anda memasuki apa yang pada dasarnya merupakan keadaan kesadaran yang berubah."

 

3 dari 4 halaman

Membaca Dapat Meningkatkan Kualitas Tidur

Smartphone telah jadi teman reguler sebelum tidur. Sayangnya, menurut penelitian, kebiasaan ini bisa mendatangkan malapetaka untuk tidur Anda. Sebuah studi yang diterbitkan pada 2016 di jurnal Social Science & Medicine menemukan bahwa menggunakan smartphone sebelum tidur dikaitkan dengan durasi tidur yang lebih pendek dan kualitas tidur lebih buruk.

Ini terutama karena cahaya yang dipancarkan dari perangkat mengurangi produksi melatonin di otak. Itu merupakan hormon yang memberi tahu kita kapan harus tidur. Di sisi lain, menurut Mayo Clinic, menciptakan ritual sebelum tidur, seperti membaca buku, dapat "mempromosikan tidur yang lebih baik dengan mengurangi transisi antara terjaga dan mengantuk."

Kemudian, merujuk pada sebuah studi tahun 2013 oleh para peneliti dari Rush University Medical Center di Chicago, IL, yang diterbitkan dalam jurnal Neurology, membaca dan aktivitas yang merangsang mental lain dapat memperlambat demensia.

Untuk penelitian mereka, penulis utama Robert S. Wilson dari Rush Alzheimer's Disease Center, dan tim mendaftarkan 294 orang dewasa dengan usia rata-rata 89 tahun. Setiap tahun, selama rata-rata enam tahun sebelum mereka meninggal dunia, para peserta menyelesaikan sejumlah tes memori dan berpikir.

Mereka juga menyelesaikan kuesioner yang merinci aktivitas stimulasi mental yang dilakukan selama masa kanak-kanak, remaja, usia paruh baya, dan di kemudian hari.

 

4 dari 4 halaman

Meningkatkan Keterampilan Sosial

Dari menganalisa otak peserta setelah meninggal dunia, para peneliti menemukan bahwa mereka yang terlibat dalam membaca, menulis, dan aktivitas stimulasi mental lain di awal dan akhir kehidupan cenderung tidak menunjukkan bukti fisik demensia.

"Berdasarkan ini, kita tidak boleh meremehkan efek dari aktivitas sehari-hari, seperti membaca dan menulis, pada anak-anak kita, diri kita sendiri, dan orang tua atau kakek-nenek kita," komentar Wilson.

Hasil tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Studi itu menemukan bahwa orang dewasa berusia lebih tua yang membaca, bermain catur, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang menantang mental lain memiliki kemungkinan dua kali lebih kecil untuk mengembangkan Alzheimer.

Lalu, sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal Science, menemukan bahwa individu yang membaca buku fiksi mungkin memiliki "teori pikiran" yang lebih baik. Itu merupakan kemampuan untuk memahami bahwa keyakinan, keinginan, dan pemikiran orang berbeda dengan keyakinan mereka sendiri.

Lebih lanjut memperkuat hubungan antara membaca dan peningkatan keterampilan sosial, sebuah penelitian yang dilaporkan oleh MNT pada 2016 menemukan bahwa individu yang membaca buku fiksi mendapat skor jauh lebih tinggi pada tes empati daripada mereka yang membaca nonfiksi.