Liputan6.com, Jakarta - Daerah Otonomi Uighur di Xinjiang, China Barat Laut, berencana untuk membangun dua taman nasional pertamanya. Hal itu dilakukan untuk melindungi spesies yang terancam punah dan ekosistem lokal, Guangming Daily melaporkan, seperti dikutip dari laman Global Time, Senin, 9 Mei 2022.
Satu taman nasional akan berlokasi di wilayah Kalamaili. Kawasan itu khas sebagai ekosistem gurun beriklim sedang di China dan area distribusi terkonsentrasi untuk hewan liar seperti kuda Przewalski dan keledai liar Mongolia.
Advertisement
Baca Juga
Dengan hanya sedikit lebih dari 2.000 anggota spesies yang tersisa, kuda Przewalski adalah satu-satunya kuda liar yang tersisa di dunia. Setelah lebih dari 30 tahun berupaya, China berhasil membiakkan lebih dari 800 kuda liar ini dalam enam generasi di Xinjiang, menjadikan wilayah tersebut sebagai basis pengembangbiakan kuda Przewalski terbesar di dunia.
Taman nasional lainnya berada di dekat Pegunungan Kunlun. Menawarkan konsentrasi gletser tertinggi di garis lintang tengah dan rendah China, wilayah ini juga merupakan contoh representatif dari ekosistem gurun dataran tinggi dan padang rumput alpine China.
Kedua taman nasional, Taman Nasional Kalamaili dan Taman Nasional Pegunungan Kunlun, memiliki arti penting. Langkah itu sebagai upaya untuk melindungi keaslian, integritas, dan keanekaragaman hayati ekosistem lokal dan menjaga keamanan ekologi nasional.
Biro Kehutanan dan Padang Rumput Xinjiang berencana untuk terus mempromosikan pembangunan lebih lanjut taman nasional. Promosi tersebut mencakup penguatan pemantauan, pengawasan dan evaluasi ekosistem, spesies dan habitat, serta gangguan manusia.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Taman Nasional China
Pada 2020, Uighur berencana memiliki sistem cagar alam dengan taman nasional sebagai fondasi utama. Pembangunan tersebut akan mulai dilaksanakan pada 2025.
Membangun sistem taman nasional adalah desain kebijakan yang inovatif China. Sejak 2015, China telah meluncurkan 10 taman nasional percontohan.
Pada Oktober 2021, China secara resmi menetapkan kelompok pertama taman nasional termasuk Taman Nasional Sanjiangyuan, Taman Nasional Panda Raksasa, Taman Nasional Macan dan Macan Timur Laut China, Taman Nasional Hutan Hujan Tropis Hainan dan Taman Nasional Wuyishan untuk lebih meningkatkan kualitas nasional. Sistem taman itu sejalan dengan upaya konservasi alam negara.
Kini, taman nasional China berfokus untuk melindungi kuda Przewalski, yakni subspesies kuda liar terakhir yang bertahan hidup pada abad ke-21. Hewan tersebut ditemukan di Mongolia barat pada akhir 1870-an oleh penjelajah Rusia bernama N.M. Przhevalsky.
Advertisement
Karakter Kuda Przewalski
Kuda jenis ini berwarna kekuningan atau merah muda, kadang-kadang disebut dun, dengan surai dan ekor gelap dan, biasanya, garis punggung. Surai pendek dan tegak tanpa ubun-ubun. Tingginya sekitar 122 hingga 142 cm, kuda Przewalski menyerupai kuda poni domestik yang kasar.
Beberapa ekspedisi antara 1960-an dan pertengahan 1990-an gagal menemukan kuda ini, dan dinyatakan punah di alam liar. Para ilmuwan berspekulasi bahwa individu liar yang tersisa mungkin disilangkan dengan kuda peliharaan setengah liar dan subspesies kehilangan ciri khasnya.
Seekor kuda dewasa, ditemukan di alam liar pada 1996. Spesies tersebut diklasifikasikan kembali sebagai sangat terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature.
Spesimen telah disimpan dan dibesarkan di kebun binatang sejak penemuan mereka. Upaya pertama untuk memperkenalkan mereka kembali ke alam liar terjadi di Mongolia pada akhir abad ke-20. Program pengenalan kembali telah diperluas ke situs-situs di Asia Tengah dan China. Mereka terbukti cukup berhasil dengan beberapa ratus individu hidup di alam liar pada 2011.
Satwa Liar Menurun
Dalam sebuah laporan yang diberitakan BBC, populasi satwa liar telah menurun hingga lebih dari dua pertiga dalam waktu kurang dari 50 tahun, menurut laporan utama kelompok konservasi internasional World Wide Fund for Nature (WWF) pada 2020 lalu. Laporan tersebut mengamati ribuan spesies satwa liar yang dipantau oleh para ilmuwan konservasi di habitat di seluruh dunia.
Mereka mencatat rata-rata penurunan hingga 68 persen pada lebih dari 20.000 populasi mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan sejak 1970. Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa alam sedang dihancurkan oleh manusia dengan kecepatan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Populasi satwa liar "terjun bebas" saat manusia membakar hutan, menangkap ikan secara berlebihan di laut, dan menghancurkan kawasan liar, kata Tanya Steele, kepala eksekutif WWF.
"Kita sedang menghancurkan dunia kita - satu tempat yang kita sebut rumah - mempertaruhkan kesehatan, keamanan dan kelangsungan hidup kita di sini, di Bumi. Sekarang alam mengirimkan kepada kita peringatan yang putus asa dan waktu hampir habis," ujar dia, dikutip dari kanal Global Liputan6.com.
Â
Penurunan tersebut merupakan bukti nyata kerusakan yang dilakukan aktivitas manusia terhadap alam, kata Dr Andrew Terry, direktur konservasi di Zoological Society of London (ZSL), yang menyediakan data tersebut. "Jika tidak ada yang berubah, populasi niscaya akan terus menurun, menyebabkan kepunahan satwa liar dan mengancam keutuhan ekosistem tempat kita bergantung," tambahnya.
Advertisement