Liputan6.com, Jakarta - Kuningan adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang beribu kota di Kuningan. Berjarak 250 km dari Kota Bandung dan 43 km dari Kota Cirebon, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) di Selatan, dan Kabupaten Majalengka di barat.
Kabupaten ini dikenal sebagai tempat dilaksanakannya Perundingan Linggajati. Kuningan juga merupakan salah satu pintu gerbang masuk Jawa Barat dari sebelah timur, bersama dengan Kabupaten Ciamis, Cirebon, dan Pangandaran.
Dijuluki Kota Kuda, kuda merupakan ikon dari kabupaten ini, dan dianggap merupakan perwujudan dari Si Windu. Hewan itu milik keluarga Arya Kamuning, seorang pemimpin wilayah ini pada zaman Kesultanan Cirebon dan Pajang.
Advertisement
Baca Juga
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kuningan. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Kuningan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.Â
1. Nama Kuningan
Ada beberapa hipotesis mengenai asal usul nama Kuningan. Pertama, menurut sejarawan Edi Suhardi Ekajati, nama "Kuningan" berasal dari nama logam paduan. Kuningan merupakan logam campuran antara tembaga, timah, dan perak, yang kemudian disepuh sehingga mengkilat seperti emas.
Ekajati menyebut bahwa ditemukan patung dan alat keperluan rumah tangga terbuat dari kuningan di Jalaksana, tepatnya di Desa Sangkanherang. Patung itu berasal dari zaman Megalitikum. Ada beberapa alternatif lain berkaitan dengan asal usul nama Kabupaten Kuningan.
Menurut versi kedua, nama Kuningan berasal dari daerah bernama Kajéné yang berarti "sesuatu yang berwarna kuning". Dalam versi ketiga, Kuningan berasal dari istilah dangiang kuning (sebuah ilmu gaib) yang didapatkan oleh Demunawan, penguasa awal Kuningan pada masa Galuh.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Tari Buyung
Tari Buyung merupakan simbol rasa syukur atas nikmat yang Tuhan yang memberikan alam semesta yang indah dan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Asal nama tarian ini diambil dari kata Buyung yang berarti alat yang digunakan untuk mengambil air oleh masyarakat Kuningan pada masa dulu. Buyung ini terbuat dari logam atau tanah liat.
Tarian ini memiliki makna ajakan kepada masyarakat khususnya Kuningan untuk lebih mencintai alam semesta pemberian Tuhan. Cara mencintainya adalah dengan merawat dan menjaga ekosistem yang ada. Salah satu yang harus dijaga adalah air, Kuningan memiliki salah satu sumber air yakni dari Gunung Ciremai.Â
Tarian ini diperkirakan diciptakan sekitar 1969 oleh Emilia Djatikusumah. Ia merupakan istri dari seorang pemuka adat Kuningan bernama Pangeran Djatikusumah. Tarian ini terinspirasi dari kebiasaan perempuan saat mandi lalu mengambil air dengan menggunakan Buyung. Biasanya air akan diambil dari danau, sungai, dan mata air lainnya.
Konon gerakan lembut dan suasana saat bulan purnama menjadi dasar adanya penciptaan tarian ini. Tarian ini kerap dipentaskan berbarengan perayaan adat seren taun. Seren taun ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen. Tarian ini juga kerap ditampilkan dalam kegiatan tertentu seperti acara daerah di Kuningan.
Advertisement
3. Balap Kuda Saptonan
Saptonan merupakan tradisi yang masih hidup di Kabupten Kuningan. Tradisi ini merupakan lomba ketangkasan dalam menunggangi kuda dan memasukkan tombak ke dalam lubang yang ada di bawah ember yang digantung di atas tempat yang telah disediakan oleh panitia saptonan.
Tradisi ini selalu mendapat sambutan dari masyarakat terutama masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya lomba sapton ini. Tempat pelaksanaan lomba ini memang selalu berganti setiap tahunnya dan diadakan di sebuah desa di Kuningan dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Kuningan. Tradisi saptonan dikemas dengan pagelaran tradisional seba atau penyerahan upeti, serta lomba panahan tradisional.
4. Desa Wisata Cibuntu
Bersama tujuh desa wisata lain, desa di lereng Gunung Ciremai ini merupakan peraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dalam kategori Desa Wisata Mandiri Inspiratif. Desa Wisata Cibuntu sebelumnya menempati posisi ke-5 Desa Wisata terbaik tingkat ASEAN untuk bidang homestay pada 2016. Juga, jadi juara ke-2 Desa Wisata Terbaik dalam penghargaan Community Based Tourism (CBT) tahun 2017 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf).
Situs web Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat, Desa Wisata Cibuntu terkenal salah satunya akan situs-situs yang konon merupakan lokasi tapak tilas para wali ketika menuju Gunung Ciremai. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan termasuk sepeda gunung dan agrowisata. Pelancong juga dapat menikmati wisata sejarah, menginap di homestay, serta mencicip berbagai macam kuliner khas desa di ujung barat Kabupaten Kuningan tersebut.
Salah satu destinasi wisata favorit di desa wisata ini adalah Air Terjun Gongseng. Selain indah, tepat di bawah air terjun setinggi 20-an meter ini terdapat kolam untuk berenang atau sekadar main air.
Ditemani pemandangan alam yang asri, terkungkung tebing menjulang tinggi, Air Terjun Gongseng dapat dijangkau melalui jalur trekking selama hanya lima menit dari tempat parkir. Di sini ada juga tempat perkemahan yang bisa dinikmati bersama keluarga atau teman-teman. Lokasinya berada di lahan terbuka dikelilingi pepohonan hijau.
Advertisement
5. Wisata Kuningan
Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikaruniai banyak destinasi wisata alam. Lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Ciremai membuat Kuningan memiliki kondisi alam yang sangat memukau.
Ada Telaga Biru Cicerem yang sesuai namanya, menyajikan telaga dengan air yang jernih kebiruan. Anda bisa menikmati suasana sekitar yang rimbun, memberi makan ikan, hingga main air sembari snorkeling. Lalu, ada Curug Putri, sebuah air terjun yang terletak di kaki Gunung Ciremai. Air terjun ini menyuguhkan suasana yang masih asri dengan aliran air yang sangat menyegarkan.
Ada juga Hutan Desa Setianegara yang merupakan spot yang tepat buat Anda yang ingin sejenak menghindar dari ramainya perkotaan. Kawasan ini punya hawa yang sejuk dan masih sangat asri.
Selain itu, ada Bukit Panembongan yang disebut-sebut mirip Kalibiru di Yogyakarta. Bukit ini menawarkan udara segar dengan panorama alam dari ketinggian yang sangat memanjakan mata.
6. Kuliner Khas Kuningan
Setiap daerah punya kuliner khasnya masing-masing, begitu pula dengan Kabupaten Kuningan. Salah satunya adalah Nasi Kasreng yang bisa dijumpai di wilayah timur Kuningan, tepatnya di daerah Luragung. Nasi ini dibungkus kecil dan lauknya ialah udang rebon, tauge, dan sambal.
Meski nampak sederhana, Nasi Kasreng menjadi primadona para wisatawan karena harganya yang terjangkau dan rasanya juga lezat. Selain itu ada Opak Bakar yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk kerabat dan orang-orang terdekat ketika sedang berkunjung ke Kuningan. Makanan yang terbuat dari ketan, kelapa, dan garam ini punya cita rasa yang enak.
Ada juga Tapai Ketan yang berupa ketan yang difermentasi. Dibungkus oleh daun jambu, makanan ini memiliki aroma khas yang lezat. Selain itu, tapai ketan juga dijual dalam kemasan yang unik yakni dikemas dalam sebuah ember hitam.
Ada pula Nasi Lengko merupakan makanan khas Kuningan yang berupa nasi dengan taoge, timun, tahu, tempe, dan telur yang disiram bumbu kacang ini memiliki rasa yang sangat enak. Harganya yang terjangkau, membuat Nasi Lengko layak untuk masuk ke dalam daftar makanan yang harus dicoba saat berkunjung ke Kuningan.
Advertisement