Sukses

Monolog Inggit Garnasih Kembali ke Panggung, Tiket Pentas 2 Hari Ludes Terjual

Monolog Inggit Garnasih yang diperankan Happy Salma kali ini dibawakan dengan konsep berbeda. Apakah itu?

Liputan6.com, Jakarta - Dunia seni pertunjukan kembali bergeliat. Pentas Monolog Inggit Garnasih masuk dalam barisan depan rombongan yang sempat dorman lebih dari dua tahun karena situasi pandemi Covid-19. Produksi ke-53 di atas panggung dari Titimanga itu sempat tertunda selama dua tahun.

Happy Salma kembali memerankan sosok Inggit Garnasih. Pementasan yang terinspirasi dari roman Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH itu dihadirkan secara berbeda, yakni berwujud teater musikal.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (20/5/2022), keputusan untuk menghadirkan kembali monolog dalam bentuk teater musikal itu adalah ide Wawan Sofwan yang bertindak sebagai sutradara. Usulan itu disampaikannya pada Happy Salma.

"Musikal juga berkaitan dengan tradisi Sunda, di mana nyanyian adalah bentuk curahan perasaan. Saya berpikir akan lebih kuat apabila ungkapan-ungkapan kegelisahan tokoh Inggit dihadirkan dalam bentuk nyanyian. Tokoh Inggit hadir sebagai seorang perempuan yang memilih mengingat sesuatu yang baik meski ia dilanda kesedihan mendalam," tuturnya.

Pementasan kali ini juga menggandeng Dian HP sebagai komposer dan Avip Priatna selaku konduktor, yang diiringi lantunan musik Jakarta Concert Orchestra dan paduan suara Batavia Madrigal Singers. Dian menyusun musiknya untuk pentas ini berangkat dari pemahamannya soal naskah monolog Inggit.

"Ini sangat personal, seperti isi hati yang dituangkan ke dalam buku harian. Jadi, komposisi musik saya juga bergerak mengikuti ekspresi personal Inggit dan paduan suara menjadi representasi suara pikiran Inggit Garnasih," ia menjelaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Lebih Bernyawa

Dian mengatakan, jeda dua tahun membuatnya lebih bekerja keras, terutama untuk membangkitkan kembali "rasa dan getar Inggit" dalam komposisi itu. Hal itu yang disahut Avip Priatna agar "lebih bernyawa."

Avip mengaku menyambut baik saat tawaran keterlibatan dalam monolog itu datang. Perannya dan tim diharapkan dapat memberi kekuatan yang lebih dari monolog itu sendiri. "Sehingga monolog ini bisa lebih 'bernyawa,'" ia menyambung.

Dalam proses, ia berdiskusi dengan banyak pihak disertai latihan bersama Happy Salma yang menjadi solis. Mereka yang terlibat berusaha menggali berbagai kemungkinan agar tidak sekadar menyanyikan nada, tapi lebih menggali kemungkinan-kemungkinan lain dalam berekspresi dengan menjiwai makna kata-kata yang lebih dalam.

"Begitu halnya proses dan dialog saya dengan paduan suara. Sebagai konduktor, saya berusaha untuk menyampaikan keindahan musik karya Dian HP dalam pertunjukan ini. Musik indah yang tidak sekadar indah, tapi ekspresif dan dalam. Hal ini yang ingin kami persembahkan kepada penonton," ia menjelaskan.

Pementasan ini juga dilengkapi kehadiran Ati Sriati (Pemeran Pendukung- Ibu Amsi), Jessica Januar (Pemeran Pendukung- Ratna Djuami), dan Desak Putu Pandara Btari Patavika (Pemeran Pendukung - Kartika). Seluruh pemain tampil di atas panggung dengan arahan Iskandar Loedin (Pimpinan Artistik dan Skenografer), dan balutan busana dari Biyan dan Tenun Baron.

 

3 dari 4 halaman

Peran Ganda

Selain berperan sebagai Inggit Garnasih, Happy Salma juga bertindak sebagai produser. Ia berkolaborasi kembali dengan Marsha Timothy selaku co-producer dan Ratna Ayu Budhiarti sebagai penulis naskah. Ratna mengungkap, penulisan naskah Monolog Inggit dimulai sejak 2017 setelah berbincang dengan Wawan dan produser pementasan itu.

"Saya ingin menghadirkan kembali kisah Inggit yang layak dikenang, serta diteladani. Saya berupaya menghadirkan petikan-petikan peristiwa dalam kehidupan Inggit selama mendampingi Soekarno, mulai dari sejengkal jarak yang mendekatkan, diakhiri pula dengan sejengkal jarak yang menjauhkan. Namun, Inggit tetap tegak setelah dihantam ombak," ujarnya.

Pandangan Happy terhadap sosok Inggit yang sudah dipentaskan 13 kali pada kurun waktu 2011--2014 itu tetap sama. Istri kedua Bung Karno itu, kata sang aktris, adalah sosok penting dan saksi berbagai peristiwa masa perjuangan yang dilalui para tokoh pendiri bangsa.

"Inggit adalah sebuah spirit tentang kejujuran dan cerminan kedalaman perasaan seorang perempuan. Ini adalah sebuah fase yang tidak pernah dibicarakan dalam narasi sejarah besar, kisah yang ada di wilayah domestik para pendiri bangsa ini," ujarnya.

Dengan peran ganda yang dipikulnya, Happy mengaku memerlukan konsentrasi dan stamina lebih. Ia merasa beruntung, proses produksi dan dialog-dialog dengan seluruh tim terjalin dengan baik. "Mereka adalah para seniman mumpuni dengan reputasi terpujikan di bidangnya masing-masing yang mencurahkan energi terbaiknya untuk mewujudkan pertunjukan ini," pujinya.

4 dari 4 halaman

Terjual Habis

Pementasan itu akan berlangsung dua hari, yakni Jumat dan Sabtu, 20--21 Mei 2022, pukul 20.00 WIB di Ciputra Artpreneur Theatre, Kuningan, Jakarta. Pentas itu merupakan persembahan Titimangsa bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Sleepbuddy.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menyampaikan, "Pementasan monolog Happy Salma dalam teater musikal Inggit Garnasih ini dihadirkan untuk melepas kerinduan para penikmat seni yang menantikan untuk menyaksikan pertunjukan secara langsung. Selain itu, pementasan ini juga menghadirkan rasa dan energi baru."

Ia mengungkap, tiket pertunjukan untuk dua hari sudah terjual habis, meski kuota penonton masih 75 persen dari total kapasitas gedung. Pertunjukan ini diharapkan mampu memberi sumbangsih terhadap pertumbuhan ekosistem teater Indonesia yang lebih maju dan berkelanjutan.

Beriringan dengan pementasan, diselenggarakan pula live painting dan pameran lukisan "Merekam Inggit" oleh Bayu Wardhana dengan kurator Agus Noor. Lukisan-lukisan dalam pameran ini merekam perjalanan hidup dan batin Inggit Garnasih dalam menyertai Sukarno. Seluruh lukisan dibuat sebagai respons dari pementasan dan dilelang, selanjutnya akan didistribusikan sebagai bentuk partisipasi untuk mewujudkan Museum Inggit.