Liputan6.com, Jakarta - CrescentRating kembali merilis Global Muslim Travel Index (GMTI), yang mana tahun ini merupakan edisi ke-7 dari laporan tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka memaparkan penelitian dan wawasan komprehensif untuk membantu pemangku kepentingan melayani wisatawan Muslim dengan lebih baik.
Pada GMTI 2022, Indonesia naik dua peringkat dari tahun lalu, menempati posisi ke-2 bersama Arab Saudi dan Turki. Sementara, Malaysia masih bertahan di peringkat pertama. ”Dengan pembenahan serius, saya percaya, mengejar Malaysia bukanlah hal yang mustahil," kata pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi, dalam keterangan pada Rabu (1/6/2022).
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laporan GMTI 2022 yang diterima Liputan6.com, kriteria pemeringkatan GMTI didasarkan pada "CrescentRating model ACES," yang diresmikan dalam laporan GMTI 2017. Model ACES mencakup empat bidang utama guna memungkinkan destinasi menarik lebih banyak pelancong Muslim.
Pertama, kemudahan akses ke tempat tujuan, yang memengaruhi 10 persen skor penilaian. Ini meliputi kebijakan visa, persyaratan masuk wilayah tersebut, konektivitas, transportasi, dan infrastruktur. Lalu, komunikasi internal dan eksternal oleh destinasi wisata. Memengaruhi 20 persen skor penilaian, poin ini termasuk pemasaran destinasi, kecakapan komunikasi, dan kesadaran pemangku kepentingan.
Ketiga, situasi di tujuan perjalanan. Mengisi 30 persen skor penilaian, faktor ini meliputi keamanan, batasan keyakinan warga lokal, kedatangan pengunjung, iklim yang mendukung, serta praktik keberlanjutan.
Terakhir, layanan yang disediakan tujuan wisata halal dengan beban 40 persen skor penilaian. Ini termasuk kebutuhan pokok, seperti makanan halal dan fasilitas salat, layanan utama di hotel dan bandara, serta pengalaman unik.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ceruk Pasar Wisatawan Muslim
Sejalan dengan itu, Taufan menggarisbawahi, pelayanan dan fasilitas yang ramah terhadap pelancong Muslim jadi salah dua kunci utama. Ia menyebut, ceruk pasar wisatawan muslim tidaklah kecil. Proyeksi perkembangan pasarnya mencapai 230 juta pelancong, dengan perputaran uang hingga USD 225 miliar pada 2028.
Ia berkata, "Data menunjukkan pelancong muslim terus bertambah, dengan perputaran uang yang signifikan. Kita berada di jalur yang tepat saat ini."
Sementara sejak 2017, kriteria dan subkriteria GMTI telah berkembang mengikuti perkembangan pasar perjalanan halal. Laporan tersebut juga telah memperhitungkan tren keseluruhan dalam ruang perjalanan dan gaya hidup.
"Mengikuti tren saat ini, ACES model telah ditingkatkan untuk mempertimbangkan inisiatif oleh destinasi guna mendorong pariwisata berkelanjutan," pihaknya menulis.
Masing-masing bidang utama dinilai menggunakan pengukuran kuantitatif di beberapa kriteria. Sebagai tambahan, setiap skor kriteria diturunkan menggunakan beberapa subkriteria. Lebih dari 50 kumpulan data digunakan untuk dikompilasi pada skor GMTI berdasarkan model ACES 3.0.
Advertisement
Rusia dan Ukraina Dikeluarkan dari Daftar
Lebih lanjut GMTI 2022 memaparkan, populasi Muslim global beragam dan terdistribusi secara geografis. Mereka sekarang hadir di lebih dari 200 negara. 48 negara memiliki mayoritas penduduk Muslim, sementara di 28 negara, Muslim mewakili antara 10 persen dan 50 persen populasi.
Mempertimbangkan faktor-faktor ini, edisi pertama GMTI 2015 memeringkat 100 destinasi. Jumlah tujuan meningkat jadi 130 pada 2016 dan telah diadopsi untuk GMTI edisi 2017, 2018, dan 2019. Pada 2021, GMTI memberi peringkat pada 140 tujuan. Beberapa tujuan telah dijatuhkan, dan yang baru ditambahkan pada tahun lalu.
Mengingat situasi saat ini di Ukraina, peringkat GMTI 2022 sementara mengeluarkan Rusia dan Ukraina dari daftar. Dengan demikian, laporan ini memeringkat 138 destinasi. Destinasi-destinasi ini sekarang mencakup lebih dari 98 persen kedatangan pengunjung Muslim.
Malaysia memang masih ada di peringkat teratas, namun skornya semakin menyempit dengan negara lain, termasuk Indonesia. Uzbekistan kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam peringkat, mendaki tujuh posisi jadi peringkat ke-9 tahun ini. Lalu, Singapura masih satu-satunya negara non-Organisasi Kerja Sama Islam yang masuk peringkat 20 besar GMTI 2022.
Peringkat GMTI 2022
1. Malaysia (74)
2. Indonesia (70)
2. Arab Saudi (70)
2. Turki (70)
5. Uni Emirat Arab (66)
6. Qatar (64)
7. Iran (63)
7. Yordania (63)
9. Bahrain (62)
9. Singapura (62)
9. Uzbekistan (62)
12. Brunei (61)
12. Mesir (61)
12. Oman (61)
12. Kuwait (61)
12. Maroko (61)
17. Pakistan (60)
17. Tunisia (60)
19. Libanon (56)
19. Maladewa (56)
Kemudian, GMTI 2022 juga memuat peringkat 20 besar negara non-Organisasi Kerja Sama Islam. Mereka adalah:
1. Singapura (62)
2. Taiwan (52)
3. Thailand (51)
3. Inggris Raya (51)
5. Hong Kong (50)
6. Jepang (45)
6. Afrika Selatan (45)
8. Filipina (43)
8. Amerika Serikat (43)
10. Australia (42)
10. Spanyol (42)
12. Prancis (41)
12. Jerman (41)
12. Irlandia (41)
15. Bosnia dan Herzegovina (40)
16. Georgia (39)
16. Italia (39)
16. Korea Selatan (39)
16. Tanzania (39)
20. Kenya (38)
Secara regional, Asia Barat dan Afrika Utara merupakan wilayah dengan peringkat teratas pada GMTI 2022. Hal ini disebabkan kedua wilayah tersebut terutama terdiri dari tujuan mayoritas Muslim. Asia Barat, termasuk Turki dan negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC).
Tujuan utama di Afrika Utara adalah Mesir dan Maroko. Asia Tenggara, dengan pembangkit tenaga perjalanan halal Malaysia dan Indonesia, mengikuti mereka di tempat ketiga. Asia Tengah, yang dipimpin Uzbekistan, terus meningkatkan skornya.
Ini memiliki potensi untuk menyalip daerah lain untuk jadi wilayah teratas. Amerika Selatan dan Amerika Tengah adalah tujuan perjalanan dengan peringkat terendah pada GMTI 2022.
Advertisement