Sukses

Malaysia Airlines Operasikan Penerbangan Berbahan Bakar Minyak Goreng di Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Penerbangan pesawat Malaysia Airlines dengan bahan bakar minyak goreng ini dilakukan dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Liputan6.com, Jakarta -  Malaysia Airlines siap melakukan terobosan baru. Mereka akan menjalankan penerbangan perdana menggunakan bahan bakar minyak goreng dari Kuala Lumpur ke Singapura pada hari Minggu, 5 Juni 2022.

Melansir Says, Rabu, 1 Juni 2022, dalam siaran persnya, maskapai nasional Malaysia itu mengumumkan bahwa mereka akan mengoperasikan penerbangan pertama berbahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Penerbangan yang melayani rute antar dua negara itu dijalankan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2022.

Penerbangan MH603 bertenaga SAF dari Kuala Lumpur ke Singapura dan penerbangan MH606 dari Singapura ke Kuala Lumpur sejalan dengan komitmen Malaysia Airlines untuk masa depan yang berkelanjutan. Perusahaan mengatakan penerbangan tersebut adalah salah satu dari banyak langkah untuk mendukung penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih layak untuk penerbangan reguler pada 2025.

Untuk merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, maskapai ini juga memberikan diskon 15 persen untuk penerbangan antara kedua negara tersebut pada 5 Juni 2022. "Tamu dapat memesan tiket mulai saat ini sampai 4 Juni 2022 untuk menikmati diskon hingga 15 persen saat mereka bepergian dengan penerbangan bertenaga SAF," terang siaran pers tersebut.

Untuk menikmati diskon, kode promo 'SAF2022' harus dimasukkan saat checkout di laman resmi Malaysia Airlines. "Para tamu didorong untuk melakukan pemesanan secepat mungkin karena tiket terjual dengan cepat," jelas mereka.

MH603 dijadwalkan berangkat dari Bandara Internasional Kuala Lumpur (KUL) pada 12:25 waktu setempat, dan tiba di Bandara Changi Singapura (SIN) pada 13:30 waktu setempat. Sementara, MH606 akan berangkat SIN pukul 14:40, dan tiba di KUL pukul 15:40 waktu setempat.

Penerbangan bertenaga SAF ini rencananya akan dioperasikan pada pesawat Boeing 737-800. Di dalamnya menggunakan campuran sekitar 38 persen SAF dan bahan bakar jet konvensional.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Mengurangi Emisi Gas

"Dibandingkan dengan bahan bakar jet fosil konvensional, opsi bahan bakar berkelanjutan ini, terbuat dari 100 persen limbah terbarukan dan bahan baku residu (seperti minyak goreng), yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80 persen," tambahnya.

Apa yang akan dilakukan Malaysia Airlines bukan yang pertama. Sebelumnya, pesawat berukuran besar Airbus A380 berhasil terbang selama tiga jam dengan minyak masak pada 25 Maret lalu. Penggunaan minyak goreng ini diprediksi akan membuat penerbangan lebih ramah lingkungan.

Airbus A380 adalah pesawat berbadan lebar besar yang dikembangkan dan diproduksi oleh Airbus. Ini adalah pesawat penumpang terbesar di dunia.

Berdasarkan laporan CNN, Rabu (6/4/2022), uji coba itu dilakukan di Bandara Airport di Toulouse, Prancis. Pesawat diterbangkan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang umumnya terdiri atas minyak masak dan sisa lemak. Bahan bakar itu dioperasikan di mesin Rolls-Royce Trent 900 tunggal.

Setelahnya, Airbus menerbangan pesawat A380 lagi pada 29 Maret dengan rute dari Toulouse menuju Nice. Penerbangan kedua ini bertujuan memantau lepas landas dan pendaratan pesawat. Bahan bakar itu terbuat dari Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA) yang berbasis dari aromatics dan sulfur.  Perusahaan yang menyuplainya adalah TotalEnergies yang berbasis di Normandy.

 

3 dari 4 halaman

Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Melansir kanal Global Liputan6.com, uji coba penerbangan pesawat dengan SAF telah dilakukan Airbus sejak tahun lalu dengan pesawat A350 diuji coba pada Maret 2021.  Airbus berharap pesawatnya bisa memperoleh sertifikasi untuk terbang dengan SAF pada akhir dekade ini.

Saat ini, pesawat Airbus bisa menggunakan 50 persen SAF yang dicampur kerosene. "Penambahan penggunaan SAF tetap menjadi kunci untuk meraih ambisi industri untuk nol emisi karbon pada 2050," ujar pihak Airbus. Rencananya, Airbus ingin memiliki pesawat zero emission pertama di 2035.Salah satu tantangan yang ada yakni harga SAF yang tinggi, sehingga adopsi pemakaian yang luas diprediksi tak terjadi dalam waktu dekat.

Inggris juga mengumumkan akan mengganti bahan bakar pesawat yang diklaim dapat mengurangi polusi udara. Aktivitas penerbangan yang semakin sibuk, terutama saat sebelum pandemi, menjadi penyumbang polusi udara hingga berakibat pada pemanasan global. Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps, mengungkapkan rencana mendorong maskapai penerbangan di Inggris untuk menggunakan 10 persen bahan bakar ramah lingkungan di pesawat pada 2030 mendatang.

4 dari 4 halaman

Kotoran Manusia

Dilansir dari laman gov.uk dan NZ Herald, salah satunya adalah bahan bakar yang terbuat dari kotoran manusia. Dengan bahan bakar tersebut, di masa depan penumpang pesawat dapat keliling dunia menggunakan tinja manusia. Inovasi terbaru ini akan diuji coba pertama kali oleh penduduk Inggris.

Shap bahkan menyebutkan ingin mengajak semua maskapai penerbangan di dunia untuk mengubah bahan bakar armadanya menggunakan kotoran manusia. Ia berharap gebrakan ini terwujud sebelum perubahan lingkungan meningkat menjadi 75 persen pada 2050.

Bukan hanya tinja, pemerintah Inggris juga berencana membuat bahan bakar pesawat dari limbah rumah tangga seperti minyak goreng. Inovasi ini diprediksi dapat menghemat 23 megaton karbon pada 2050 mendatang.

Jumlah tersebut setara dengan setengah juta penerbangan dari Inggris ke Tenerife di Spanyol, per tahun. Kalau rencana tersebut terwujud, bahan bakar baru ini dapat menghasilkan 11.000 pekerjaan ramah lingkungan di Inggris pada 2050.

Proyek ini diperkirkan membutuhkan bujet sekitar 29,6 juta dolar AS atau setara Rp428 miliar, demi mengubah limbah rumah tangga seperti kotoran manusia menjadi bahan bakar pesawat. Pemerintah Inggris telah memilih delapan perusahaan untuk mewujudkan inovasi itu.