Liputan6.com, Jakarta - Turki sekarang akan dikenal sebagai Türkiye di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setelah badan antarpemerintah menyetujui permintaan resmi untuk perubahan nama tersebut. PBB mengatakan telah menerima permintaan dari Ankara dan perubahan itu dilakukan segera setelahnya, dilansir dari laman Indian Express, Rabu (8/6/2022).
Penerimaan PBB atas perubahan nama ini menandai dimulainya proses adopsi serupa oleh badan-badan dan organisasi internasional serupa lainnya. Proses rebranding nama negara sudah dimulai sejak tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Pada Desember 2021, presiden negara itu Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan “kata Turkiye mewakili dan mengekspresikan budaya, peradaban, dan nilai-nilai bangsa Turki dengan cara terbaik.”
Di dalam negeri, warga menyebut tanah itu sebagai Turkiye, tetapi versi Inggrisnya 'Turkey' diadopsi secara internasional. Mengapa Turki ingin disebut Türkiye?
Penyiar negara TRT telah menerbitkan laporan tahun lalu yang menjelaskan beberapa alasannya. Dikatakan 'Turki' diadopsi setelah kemerdekaan negara itu pada 1923.
“Selama berabad-abad, orang Eropa pertama-tama menyebut negara Ottoman dan kemudian ke Turkiye dengan banyak nama. Tetapi nama yang paling melekat adalah "Turquia" Latin dan "Turki" yang lebih umum di mana-mana, kata laporan itu.
Tapi anehnya, ada lebih banyak pembenaran. Rupanya, pemerintah negara itu tidak senang dengan hasil pencarian Google yang muncul untuk kata 'Turki'. Beberapa dari hasil ini termasuk kalkun yang disajikan untuk Thanksgiving dan makanan Natal di Amerika Utara.
Pemerintah juga keberatan dengan definisi Kamus Cambridge tentang istilah "kalkun"; "sesuatu yang gagal dengan buruk" atau "orang bodoh atau konyol".
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alasan Lain
TRT mengatakan asosiasi yang tidak menarik ini dapat ditelusuri kembali berabad-abad, ketika “penjajah Eropa menginjakkan kaki di Amerika Utara, mereka bertemu dengan kalkun liar, seekor burung yang mereka anggap mirip dengan ayam mutiara, yang asli Afrika timur dan diimpor ke Eropa melalui Kekaisaran Ottoman.”
Burung itu segera menemukan jalannya ke meja dan makanan penjajah, dan asosiasi burung di festival ini telah tertancap sejak itu.
Bagaimana Türkiye mengatasinya? Pemerintah telah memulai kampanye re-branding besar-besaran, di mana “Made in Türkiye ' akan ditampilkan di semua produk yang diekspor. BBC juga melaporkan bahwa sejak Januari 2022, pemerintah juga meluncurkan kampanye pariwisata dengan tag line “Hello Türkiye”.
Tetapi BBC melaporkan bahwa sementara para pendukung pemerintah mendukung langkah tersebut, tapi menemukan sedikit yang menerima di luar lingkaran itu mengingat krisis ekonomi yang sedang dialami negara itu. Ini juga bisa menjadi gangguan sementara negara itu bersiap untuk pemilihan tahun depan.
Advertisement
Perubahan Hagia Sophia
Tak hanya hanya nama Turki yang berubah menjadi Turkiye, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengubah Hagia Sophia di Istanbul, yang awalnya didirikan sebagai katedral menjadi sebuah masjid. Didirikan 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral, Ottoman menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid. Namun pada 1934, bangunan tersebut diubah menjadi museum.
"Pembukaan kembali Hagia Sophia Istanbul untuk tempat beribadah tidak akan menghilangkan identitasnya, karena akan selalu menjadi warisan sejarah dunia," kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin, diberitakan kanal Global Liputan6.com.
Erdogan mengatakan pada Rabu, 27 Maret 2019, bahwa "sudah tiba saatnya" untuk mengubah ikon Istanbul Hagia Sophia menjadi masjid. Menurutnya, menjadikan bangunan itu sebagai museum adalah "kesalahan yag sangat besar."
"Hagia Sophia tidak akan disebut sebuah museum. Status itu tidak akan lagi berlaku. Kami akan menyebut Hagia Sophia sebagai sebuah masjid," kata Erdogan kepada televisi A Haber. "Mereka yang datang ke Hagia Sophia akan mengunjungi Masjid Hagia Sophia," katanya.
Diizinkan Masuk
"Pembukaan kembali Hagia Sophia Istanbul untuk tempat beribadah tidak akan menghilangkan identitasnya, karena akan selalu menjadi warisan sejarah dunia," kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin.
Meski menjadi tempat beribadah, lanjut Kalin, tak menghalangi wisatawan untuk mengunjunginya. Turki masih akan melestarikan ikon Kristen di sana.
"Semua masjid utama kami seperti Masjid Biru, Masjid Fatih dan Suleymaniye, mereka terbuka untuk pengunjung dan jemaah," kata Kalin. Ia juga mengutip contoh-contoh Katedral Notre Dame yang ikonis di Prancis dan Basilika Sacre-Coeur, gereja-gereja terkenal di dunia yang terbuka baik untuk turis maupun penyembah.
"Membuka Hagia Sophia untuk beribadah tidak membuat turis lokal atau asing tidak mengunjungi situs ini," tegas Kalın. "Jadi, kerugian dari warisan dunia tidak perlu dipertanyakan," tambah Kalin.
Advertisement